Laku Rp26 Triliun! Rekor Mengesankan ORI 019

Date:

[Waktu baca: 6 menit]

Pemasaran Obligasi Ritel Indonesia (ORI) seri ORI019 resmi berakhir hari ini, Kamis, 18 Februari 2021 pukul 10.00 WIB. Namun, investor sudah tidak dapat lagi memesan instrumen tersebut sejak sehari sebelumnya, lantaran kuotanya sudah ludes.

Instrumen surat berharga negara (SBN) ritel ini ramai pembeli. Semula, pemerintah hanya menargetkan penjualan instrumen ORI019 ini hingga Rp10 triliun saat instrumen ini mulai dipasarkan pada Senin, 25 Januari 2021.

Namun, kuota tersebut segera terpenuhi pada pekan kedua. Pemerintah pun terus menaikkan batas kuota maksimal, tetapi selalu terpenuhi saking banyaknya peminat instrumen ini. Terakhir, pemerintah menaikkan kuotanya menjadi Rp25 triliun.

Kuota tersebut pun ludes pada Rabu, 17 Februari 2021 siang. Petang harinya, pemerintah akhirnya kembali menaikkan lagi kuotanya, tetapi hanya bertambah Rp1 triliun menjadi Rp26 triliun. Tambahan kuota itu pun segera habis sehingga pemasaran ORI019 pun terhenti, walaupun sebenarnya masih ada waktu tersisa.

Nilai pemasaran sebesar Rp26 triliun ini adalah rekor penjualan SBN ritel secara online. Rekor sebelumnya dipecahkan oleh SBN ritel jenis sukuk ritel dengan seri SR013 pada 2020 lalu, yakni Rp25,67 triliun. Padahal, kupon ORI019 ini juga adalah rekor terendah sepanjang sejarah ORI, yakni hanya 5,57% per tahun.

Adapun, sebelum dipasarkan secara online, ORI dipasarkan secara offline melalui sejumlah mitra distribusi (midis), seperti bank dan sekuritas. Untuk membelinya, investor dapat mendatangi kantor cabang bank selama jam kerja.

Kini, dengan metode pemasaran online, investor dapat melakukan pemesanan dalam 24 jam di berbagai midis. Midis pun kini makin beragam, tidak saja terbatas pada bank dan sekuritas, tetapi juga platform teknologi finansial seperti peer-to-peer (P2P) lending dan agen pemasar reksa dana online.

Selama dipasarkan secara offline, ORI pernah mencetak rekor penjualan pada 2015 lalu, yakni ORI012. Namun, hal itu wajar sebab kupon yang diberikan pemerintah sangat tinggi, yakni 9% per tahun. Tingginya pemesanan ORI019 di tengah kupon yang sangat rendah tahun ini justru jauh lebih luar biasa.

Baca juga: Mengenal Investasi ORI (Obligasi Negara Ritel

Likuiditas Pasar Cukup Tinggi

Ada banyak faktor yang dapat ditengarai menjadi pendorong tingginya permintaan ORI019 pada awal tahun ini. Faktor likuiditas atau ketersediaan dana tunai di kalangan investor ritel dapat menjadi salah satu alasannya.

Sepanjang awal tahun ini, indikator tingginya tingkat likuiditas dapat terlihat dari beberapa hal. Pertama, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) industri perbankan sangat tinggi, setidaknya berdasarkan data sementara hingga akhir tahun 2020 lalu.

Pertumbuhan DPK pada tahun 2020 terlihat paling tinggi, sebaliknya kredit justru tertekan paling dalam. Berikut ini pertumbuhan DPK perbankan beberapa tahun terakhir (dalam Rp triliun).

Kedua, transaksi rata-rata harian di pasar saham melonjak drastis menjadi lebih dari Rp20 triliun per hari pada awal tahun ini, padahal tahun lalu masih relatif rendah di bawah Rp10 triliun per hari. Kenaikan tingkat transaksi ini tidak terlepas dari naiknya jumlah investor di pasar modal.

Sepanjang 2020 lalu, jumlah investor di pasar modal naik 56,21% menjadi 3,88 juta investor dari sebelumnya 2,48 juta pada 2019. Pada Januari 2021, jumlahnya meningkat lagi 8,83% dibandingkan dengan posisi akhir 2020 menjadi 4,22 juta investor.

Tampaknya, gairah investor untuk masuk ke pasar modal memang sangat tinggi akhir-akhir ini. Khusus di pasar surat berharga negara (SBN), pertambahan jumlah investor pada 2020 lalu mencapai 45,57% menjadi 460.372 investor. Pada Januari 2021, jumlahnya naik lagi 3,69% menjadi 477.381 investor.

Ketiga, kucuran stimulus pemerintah sebagai respons atas dampak pandemi Covid-19 menyebabkan uang beredar di kalangan masyarakat pun meningkat. Namun, tingkat kepercayaan masyarakat untuk mulai konsumtif masih rendah. Alhasil, masyarakat cenderung memilih mengamankan dana berlebihnya dengan berinvestasi.

Sayangnya, dengan tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia yang saat ini sangat rendah, yakni hanya 3,75%, menjadikan suku bunga perbankan juga ikut turun. Alhasil, menempatkan uang di deposito bank menjadi pilihan yang kurang menguntungkan bagi investor, meskipun ini paling aman.

Di pasar saham memang ada tren peningkatan kinerja, tetapi volatilitasnya sangat tinggi. Setelah melonjak tinggi pada awal Januari 2021, IHSG justru terkoreksi cukup dalam menjelang akhir bulan yang sama. Alhasil, saham pun bukan pilihan terbaik bagi investor untuk mengamankan dananya.

Oleh karena itu, hadirnya ORI019 yang masih menawarkan tingkat kupon yang lebih tinggi dari pada deposito bank menjadi pilihan yang lebih menarik.

Pasalnya, instrumen ini menjanjikan tingkat keuntungan tetap melalui pembayaran kupon rutin per bulan, serta dapat dicairkan kapan saja lantaran bisa ditransaksikan di pasar sekunder. Hal ini menjadi keuntungan berganda bagi investor di tengah pandemi.

Selain itu, tingkat pajak penghasilan yang dikenakan pada kupon ORI juga hanya 15%, lebih rendah ketimbang pajak terhadap bunga deposito yang sebesar 20%. Jelas, jauh lebih untung membeli ORI ketimbang menempatkan dana di deposito bank.

Bank Indonesia juga kemungkinan masih akan cukup lama mempertahankan tingkat bunganya yang rendah, bahkan masih terbuka kembali menurunkannya. Jika demikian, bunga deposito bisa turun makin dalam lagi.

Baca juga: Pilih Mana: ORI 019 atau Deposito Bank BUMN?

Bagaimana dengan Seri SBN Ritel Selanjutnya?

Jika bunga acuan Bank Indonesia turun lagi, tentu kupon yang diberikan pada seri-seri SBN ritel yang dipasarkan di bulan-bulan mendatang bisa lebih rendah lagi dibandingkan dengan kupon ORI019. Oleh karena itu, lebih baik bagi investor untuk membeli ORI019 ketimbang menunggu seri berikutnya.

Sayangnya, periode pemasaran ORI019 sudah berakhir dan kuotanya memang sudah habis. Oleh karena itu, pemerintah memang mewanti-wanti investor agar membeli SBN ritel pada periode pemasaran yang lebih awal, bukannya menunggu hingga menjelang akhir masa penawaran agar tidak kehabisan kuota.

Adapun, pemerintah masih akan menerbitkan lima seri SBN ritel tahun ini setelah ORI019. Pemerintah menargetkan dapat menyerap Rp80 triliun dari penerbitan SBN ritel tahun ini, lebih tinggi dibanding capaian tahun lalu yang sebesar Rp76,78 triliun.

Setelah seri ORI, pemerintah akan menerbitkan jenis SBN ritel lainnya, yakni sukuk ritel (SR), saving bonds retail (SBR), dan sukuk tabungan (ST). ORI dan SR adalah jenis SBN ritel yang dapat diperjualbelikan di pasar sekunder, sedangkan SBR dan ST tidak dapat ditransaksikan di pasar sekunder.

Berikut ini daftar rencana penerbitan seri-seri SBN ritel tahun ini:

Lantas, apakah minat investor pada seri-seri SBN ritel berikutnya akan sama besarnya seperti ORI019? Hal ini sulit dipastikan. Namun, jika menimbang kondisi instrumen investasi lain yang cenderung terbatas tingkat keuntungannya, SBN ritel kemungkinan masih akan sangat diminati.

Lagi pula, investor kini makin mengenal instrumen ini sebab pasar sudah kian teredukasi. Investor juga sudah tidak asing lagi dengan metode pembeliannya secara online. Mitra distribusi instrumen ini pun cukup gencar melakukan kegiatan promosi untuk menarik minat investor, terutama milenial.

Tambahan pula, SBN ritel dapat dianggap sebagai instrumen safe haven, atau instrumen yang aman untuk dimiliki, dan dapat dijadikan sarana lindung nilai terhadap potensi inflasi. Selama proses recovery ekonomi belum selesai, akan lebih aman bagi investor untuk memilih SBN ritel ketimbang jenis aset lain.

Kenaikan Harga, Mungkinkah?

Saat ini, yield obligasi negara tenor 3 tahun yang menjadi acuan bagi ORI019 memiliki yield di kisaran 5% atau sudah lebih rendah dibandingkan posisi yield saat ORI019 pertama kali ditawarkan. Artinya, kupon ORI019 lebih tinggi dibandingkan yield surat utang negara (SUN) di pasar sekunder.

Hal ini tentu membuka peluang bagi investor yang nantinya ingin menjual instrumen ini di pasar sekunder untuk mendapatkan kenaikan harga jual. Seperti diketahui, hubungan antara yield dan harga obligasi berbanding terbalik. Jika yield turun, artinya harga naik, demikiapun sebaliknya.

Hal ini menjadi nilai tambah dari instrumen ini yang sulit didapatkan pada jenis SBN ritel yang tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder, seperti SBR dan ST. Yield SUN 3 tahun bisa turun lebih dalam lagi jika Bank Indonesia kembali menurunkan suku bunga acuannya. Alhasil, tidak heran jika instrumen ini diserbu peminat pada awal tahun ini.

Umumnya, ketika ORI dijual di pasar sekunder, pembelinya adalah investor institusi, antara lain bank atau sekuritas. Oleh karena itu, bagi investor individu, cukup sulit untuk mencari ORI di pasar sekunder.

Namun, seri sukuk ritel yang akan mulai dipasarkan pada akhir bulan Februari 2020 ini sama menariknya dengan ORI. Jika kamu berminat berinvestasi di SBN ritel, belum terlambat untuk ikut bergabung.