Perlombaan Seru Merambah Motor Listrik
Makin banyak perusahaan kini menyadari bahwa masa depan industri transportasi dunia adalah pada kendaraan listrik. Ditambah lagi dengan isu pemanasan global dan komitmen dunia untuk mengurangi emisi karbon, kendaraan listrik dipastikan bakal merajai industri otomotif masa depan.
Di kalangan emiten pasar modal pun akhir-akhir ini mulai banyak yang menjajaki peluang bisnis di kendaraan listrik ini. Beberapa emiten bahkan sebelumnya sama sekali belum pernah berkecimpung di dunia otomotif, tetapi dengan mantap memilih untuk mendiversifikasikan bisnisnya ke lini baru ini.
Terbaru, ada PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) yang mengumumkan kolaborasi dengan Gojek untuk membentuk usaha patungan bernama Electrum. Perusahaan ini ditujukan untuk membangun ekosistem kendaraan listrik roda dua di Indonesia.
Langkah ini ditempuh karena kedua perusahaan ini memandang bahwa kendaraan roda dua adalah moda transportasi utama masyarakat Indonesia dan paling banyak peminatnya, sebab harganya lebih terjangkau ketimbang mobil.
Kedua perusahaan ini akan berinvestasi hingga US$1 miliar dalam 5 tahun ke depan untuk membangun ekosistem dari hulu hingga hilir. Langkah ini diharapkan dapat menjadi kontribusi untuk mendukung pemerintah menciptakan ekosistem yang matang pada kendaraan listrik nasional 2030 nanti.
Ekosistem ini mencakup pengembangan motor listrik, teknologi pembuatan baterai, infrastruktur penukaran baterai atau pengisian ulang baterai (charging station), hingga pembiayaan kendaraan listrik.
Gojek sendiri memiliki kepentingan di sini, mengingat perusahaan ini dirintis dengan mengandalkan para mitra pengemudi kendaraan roda dua. Artinya, keberlanjutan bisnisnya akan ditentukan oleh perkembangan di industri kendaraan motor, khususnya roda dua.
Dengan demikian, mengantisipasi arah perkembangan tren industri ini di masa mendatang adalah langkah cerdas yang layak ditempuh. Lagi pula, Gojek sudah memiliki ekosistem digital yang solid dan tidak sulit untuk menciptakan kolaborasi baru dan memperluasnya ke ekosistem kendaraan listrik.
Di sisi lain, TBS Energi Utama memiliki visi untuk berkembang di industri energi. Perusahaan ini semula bernama PT Toba Bara Sejahtera Tbk. yang disingkat dengan TBS dan bergerak di industri tambang batu bara. Perusahaan ini adalah milik Menko Marinves Luhut Binsar Panjaitan.
Namun, seiring dengan perkembangannya, perseroan memutuskan untuk beralih fokus pada bisnis energi terintegrasi, bukan hanya batu bara. Lebih spesifik lagi, perseroan ingin berfokus pada pengembangan energi yang bersih dan berkelanjutan.
Energi hijau jelas adalah tantangan terbesar saat ini sekaligus menjadi arah perkembangan masa depan energi dunia. Dengan demikian, masuk akal jika akhirnya TBS masuk ke bisnis kendaraan listrik ini. Masuk akal juga jika akhirnya mitra yang digandeng adalah Gojek, sebab sama-sama memiliki kepentingan di industri ini.
Sebelum kedua perusahaan ini mengumumkan langkah strategis ini, beberapa perusahaan lain juga sudah lebih dahulu menyampaikan rencana yang sama. Bukan tidak mungkin, di masa mendatang akan ada lebih banyak lagi perusahaan yang meramaikan persaingan di industri ini.
Emiten tambang lain yang juga kepincut di bisnis kendaraan listrik yakni PT Indika Energy Tbk. (INDY). Sejauh ini, perusahaan ini sudah melakukan tahap awal pengembangan bisnis motor listrik, meskipun belum dapat memastikan kapan waktu produksi dan pemasarannya.
Untuk bisnis baru ini, INDY telah mendirikan PT Electra Mobilitas Indonesia (EMI) pada awal April 2021 lalu. Perusahaan ini sepenuhnya dimiliki oleh Indika Group dan menjalin kemitraan dengan social impact fund dari Amerika Serikat dengan mengumpulkan pendanaan sekitar US$500 juta.
Namun, pendanaan tersebut belum digunakan untuk pengembangan kendaraan listrik, melainkan energi baru terbarukan (EBT) panel surya.
Di luar perusahaan energi, ada pula konglomerasi Grup Kresna yang juga meramaikan persaingan di industri kendaraan listrik ini. Pada pertengahan tahun ini, sejumlah perusahaan teknologi yang terafiliasi dengan grup ini merintis usaha patungan di bisnis kendaraan listrik ini.
Salah satu emiten grup ini, yakni PT NFC Indonesia Tbk. (NFCX) telah menggandeng PT SiCepat Expres Indonesia untuk masuk ke bisnis ini dengan membentuk perusahaan patungan bernama PT Energi Selalu Baru (ESB).
Fokus perusahaan ini yakni pada distribusi sepeda motor listrik, penukaran baterai, dan berbagai layanan pendukungnya. Dua emiten lainnya di grup ini, yakni PT Digital Mediatama Maxima Tbk. (DMMX) dan PT Telefast Indonesia Tbk. (TFAS) turut menjadi pemegang saham minoritas di ESB.
Nah, ESB ini memiliki saham mayoritas pada perusahaan manufaktur kendaraan listrik, yakni PT Volta Indonesia Semesta (Volta).
Sebagai perusahaan teknologi, visi NFCX untuk masuk ke bisnis kendaraan listrik ini tidak terlepas dari rencana ekspansi layanan digitalnya.
EBS akan menyediakan platform digital dan teknologi Internet-of-Things (IoT) untuk meningkatkan penyerapan dan penerimaan penggunaan kendaraan listrik di Indonesia dengan menyediakan distribusi sepeda motor listrik yang seamless dan layanan penukaran baterai (battery exchange).
NFCX akan menyediakan dan mengelola platform digital untuk registrasi dan pengelolaan kendaraan, pembayaran, dan rewards. Sementara itu, Volta akan menjadi rumah produksi utama sepeda motor listrik untuk ESB.
Perusahaan ini telah menargetkan bisa memproduksi 5.000 unit motor listrik per bulan atau 60.000 unit per tahun setelah pabrik barunya diresmikan pada Kamis, 11 November 2021 pekan lalu di Semarang, Jawa Tengah. Youtuber Deddy Corbuzier menjadi brand ambassador-nya.
Integrasi Grup Kresna ini memungkinkan kendaraan listrik Volta dilengkapi dengan aplikasi yang dapat diunduh di smartphone untuk memudahkan pemilik kendaraan dalam mencari informasi, mendaftarkan pengguna, menghidupkan/mematikan sepeda motor, meminjam sepeda motor, mencari dealer, serta servis aneka sepeda motor.
Lantas, apa kepentingan SiCepat Express? Sebagai perusahaan logistik dan kurir, tidak sulit untuk membayangkan manfaat yang akan diterima oleh SiCepat ketika industri kendaraan listrik ini berkembang, sebab ini akan mendukung proses alur logistik mereka menjadi lebih lancar.
Perusahaan ini berencana untuk meningkatkan penggunaan motor listrik untuk armada mereka, sehingga mereka akan sangat membutuhkan infrastruktur kendaraan listrik yang kuat, terutama untuk penukaran baterai, suku cadang, dan servis. Ini dapat diintegrasikan dengan drop point logistik mereka.
Selain dari kalangan swasta, kalangan BUMN juga tidak ketinggalan ingin mencicipi potensi besar bisnis ini di masa mendatang. Ada PT Wijaya Karya (Persero) Tbk., emiten BUMN konstruksi yang juga berambisi masuk ke bisnis ini melalui anak perusahaannya, PT Wijaya Karya Industri & Konstruksi (WIKON).
Pada akhir kuartal III/2021, WIKON resmi menguasai 100% saham produsen sepeda motor listrik Gesits dengan mengambil alih saham PT Gesits Technologies Indo (GTI) di PT WIKA Industri Manufaktur (WIMA). Jangan salah, perusahaan ini sudah membukukan penjualan. Artinya, pasarnya sudah ada.
Hingga kuartal III/2021, WIMA sudah menjual Gesit sekitar 2.800 unit, sedangkan hingga akhir tahun ini ditargetkan bisa mencapai 5.000 hingga 7.000 unit. Ini memang masih jauh lebih rendah dibanding penjualan sepeda motor BBM, tetapi pertumbuhannya menjanjikan.
Perkembangan ini pun menarik minat perusahaan pembiayaan, termasuk dari kalangan startup peer-to-peer lending. Terkini, ada P2P lending klaster produktif PT Investree Radhika Jaya (Investree) yang menyalurkan pendanaan ke Gesit.
Perusahaan ini telah mendapatkan kepercayaan untuk menyalurkan pendanaan berdampak sosial dari responsAbility Investments AG, yakni perusahaan investasi asal Zurich, Swiss, senilai US$10 juta. Investree memilih distributor Gesit di Bali sebagai penerima pendanaan tersebut.
Di luar perusahaan-perusahaan yang baru merintis peluang di industri motor listrik ini, ada juga PT Gaya Abadi Sempurna Tbk. (SLIS) yang juga sudah lebih dahulu berkonsentrasi pada pengembangan kendaraan listrik ini, khususnya sepeda listrik dengan merek Selis.
Namun, di luar itu, perusahaan ini juga berencana untuk terus berinovasi untuk memberikan produk-produk motor listrik terbaik di kelasnya. Perusahaan ini juga memiliki portofolio produk kendaraan listrik kategori SPV dan motor listrik kategori e-motor.
Tidak hanya motor dengan sistem charging saja, tetapi juga fast-charging dan battery swap. Perusahaan ini menargetkan tahun depan dapat meningkatkan penjualannya minimal 30% dari tahun ini.
Nah, semakin banyaknya peminat di industri kendaraan listrik ini, perusahaan penyedia suku cadang kendaraan seperti PT Astra Otoparts Tbk. (AUTO) yang selama ini fokus pada penyediaan suku cadang kendaraan berbasis BBM juga bakal menyediakan suku cadang kendaraan listrik.
Emiten ini berencana untuk mulai merambah pengembangan manufaktur suku cadang kendaraan listrik mulai tahun depan. Perseroan menyadari bahwa saatnya akan tiba permintaan terhadap suku cadang kendaraan listrik akan meningkat. Perseroan ingin tetap menjadi pemasok utama ketika saat itu tiba.
Jelas bahwa saat ini antusiasme dunia usaha di industri kendaraan listrik ini sedang bangkit. Dalam waktu dekat, kita akan segera terbiasa melihat lebih banyak kendaraan listrik yang berseliweran di jalan raya dan ini akan menjadi tren baru.
Seiring dengan itu, langkah mereka untuk sedini mungkin masuk ke bisnis ini tentu membuka peluang pertumbuhan yang besar bagi mereka di masa mendatang.
Tantangannya tentu saja adalah dalam hal mempopulerkan kendaraan listrik ini di Indonesia. Bagaimanapun, hingga kini kendaraan BBM masih mendominasi pasar kendaraan bermotor dan sudah memiliki infrastruktur yang jauh lebih matang, sedangkan kendaraan listrik masih sangat baru.
Akan butuh waktu sebelum pergeseran tren itu terjadi dan akhirnya mendominasi. Namun, mereka yang masuk lebih awal berpeluang besar menikmati keuntungan paling tinggi ketika pergeseran itu telah terjadi.
Lagi pula, di Indonesia, peluangnya sangat besar sebab Indonesia memiliki basis konsumen yang sangat besar. Selain itu, Indonesia juga memiliki sumber daya alam pendukung industri baterai kendaraan listrik yang berlimpah, mencakup nikel, kobalt, dan tembaga.
Kondisi ini menjadikan Indonesia telah secara aktif menggaet berbagai perusahaan asing untuk bermitra guna meningkatkan rantai nilai terkait produksi baterai kendaraan listrik.
Di sisi lain, Presiden Jokowi menargetkan untuk memiliki 374 ribu mobil listrik, 11,8 juta motor listrik, 6 ribu unit Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) dan 17 ribu Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) pada 2025.
Pada 2030, angka ini diharapkan bertumbuh menjadi 2,2 juta unit untuk mobil listrik, 13 juta unit untuk motor listrik, 32 ribu unit untuk SPKLU dan 67 ribu unit untuk SPBKLU. Selain itu, menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia, Indonesia bertujuan untuk meningkatkan investasi di sektor baterai kendaraan listrik menjadi US$ 35 miliar pada tahun 2033.
Jelas, industri kendaraan listrik sedang sangat panas-panasnya saat ini.
Date: