Ada Apa dengan Saham BBRI?

Date:

[Waktu baca: 5 menit]

Harga saham bank pelat merah, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., (BBRI) mengalami fluktuasi yang signifikan dalam beberapa waktu terakhir.

Setelah tersungkur dalam sebulan terakhir, saham ini rebound pada sesi I perdagangan pada Selasa, 19  Mei 2020. Namun, dalam sebulan terakhir, saham yang masuk indeks LQ-45 dan sering dikategorikan sebagai blue chip ini telah turun lebih dari 15%. Dalam tiga bulan terakhir, harga saham ini telah anjlok hingga lebih dari 45%.

Pergerakan Saham BBRI

Sumber: RTI, diakses pukul 10.30 WIB pada 19 Mei 2020

Berdasarkan data RTI Analytics, nilai jual bersih investor asing (net foreign sell) saham BBRI mencapai Rp8 triliun dalam tiga bulan terakhir. Dalam sepekan terakhir, net foreign sell BBRI mencapai Rp1,5 triliun. Dengan kata lain, lebih banyak investor asing yang menjual daripada membeli saham BBRI. Situasi itu membuat saham BBRI terus turun drastis. Ada apa dengan BBRI?

Restrukturisasi Kredit dan Bank Jangkar

Salah satu isu yang dihadapi BBRI adalah restrukturisasi kredit debitur yang usahanya terpukul akibat virus corona. Seperti diketahui, sejak virus corona mewabah dan pemerintah menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah kota, banyak usaha terkena dampak.

Debitur atau peminjam kredit dari BRI kebanyakan adalah usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Tidak seperti 1998, UMKM sangat terdampak gejolak yang disebabkan oleh virus corona pada 2020 karena masyarakat mengurangi secara drastis aktivitas ekonomi di luar rumah.

Berdasarkan data perseroan per 30 April 2020, pinjaman yang direstrukturisasi oleh BRI mencapai Rp101,2 triliun atau sekitar 11% dari seluruh pinjaman yang disalurkan kepada sekitar 1,4 juta debitur.

Sumber: Laporan Kinerja BBRI Kuartal I/2020

Restrukturisasi kredit yang dilakukan oleh salah satu bank terbesar di Indonesia ini antara lain berupa penundaan pembayaran bunga dan angsuran pokok dengan berbagai skema. Salah satu contoh skema, debitur yang omzet usahanya turun 30%-60% maka diberikan penundaan pembayaran bunga dan angsuran selama 6 bulan.

Situasi itu dikhawatirkan akan berdampak signifikan terhadap kinerja keuangan bank ini. Penundaan pembayaran bunga dan pokok akan berdampak terhadap likuiditas dan pendapatan perusahaan.

Seperti dikutip dari laporan paparan kinerja kuartal I/2020, manajemen BBRI memprediksi bottom line (laba bersih) perusahaan akan berada di bawah rata-rata yang tidak biasa pada akhir 2020. Sejumlah laporan media menyatakan pertumbuhan kredit BRI dipangkas dari 11% menjadi 5%.

Di samping itu, marjin bunga bersih yang sebelumnya ditargetkan mencapai 6,8% diubah menjadi 5,5% pada 2020. Manajemen menyatakan akan menyampaikan perubahan target itu kepada Otoritas Jasa Keuangan pada Juni 2020.

Selain soal restrukturisasi kredit,  harga saham bank-bank besar, termasuk BRI, mengalami penurunan selama sepekan sejak 11 Mei-17 Mei 2020 yang diduga disebabkan oleh isu mengenai bank jangkar (anchor bank).

Seperti diketahui, sebagai bagian dari pemulihan ekonomi nasional, pemerintah berencana menunjuk sejumlah bank besar sebagai bank jangkar yang akan menjadi penyedia likuiditas bagi bank-bank yang mengalami masalah likuiditas karena corona. 

Bank jangkar akan menjadi bank yang menerima penempatan dana dari Kementerian Keuangan dimana dananya akan dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Bank lain akan mendapatkan bantuan likuiditas dengan menjaminkan kreditnya.

BRI diperkirakan akan menjadi bank jangkar karena kriterianya sesuai dengan yang ditetapkan pemerintah yaitu bank umum yang berbadan hukum Indonesia, beroperasi di wilayah Indonesia dan paling sedikit 51% sahamnya dimiliki Warga Negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia serta termasuk dalam kategori 15 bank beraset terbesar di Indonesia

Data Kinerja

Sebagai pengingat, ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun lebih dari 30% hingga level 3.900, harga saham BBRI turun drastis dan sempat menyentuh titik terendah di level Rp2.440 pada 24 Maret 2020.

Setelah itu, sama seperti sejumlah saham bluechip lainnya, saham BBRI rebound hingga ke level Rp3.000an. Tidak sedikit investor yang berpikir bahwa saham BBRI "kembali normal" setelah dihantam kepanikan akibat virus corona.

Namun, kenyataan berbicara lain. Memasuki April 2020, perkembangan penanganan virus corona di dunia maupun Indonesia belum memberikan kabar yang terlalu menggembirakan. Berbagai data ekonomi makro juga menunjukkan perekonomian Indonesia mengalami kontraksi yang luar biasa pada kuartal I/2020 dan diperkirakan berlanjut pada kuartal II/2020.

Data restrukturisasi kredit juga semakin membuka mata para investor bahwa situasi yang dihadapi oleh BRI sangat menantang dan diperkirakan dapat menekan kinerja perusahaan sampai akhir tahun. 

Berbagai data kinerja perusahaan, termasuk data restrukturisasi kredit dan kejelasan mengenai skema bank jangkar, perlu dipantau secara cermat oleh para investor sebelum mengambil keputusan investasi atas saham BBRI.

 

Apabila Anda berencana untuk berinvestasi saham, Big Alpha telah menyusun sebuah e-book kuartalan yang berisi 15 saham pilihan. Klik di sini untuk melakukan pemesanan.