Saham Apa yang Diharapkan Stock Split?
[Waktu baca: 4 menit]
Aksi korporasi berupa pemecahan nilai saham atau yang dikenal dengan istilah stock split adalah salah satu aksi korporasi yang disukai investor ritel.
Stock split disukai oleh investor ritel karena harga saham menjadi relatif lebih terjangkau bagi kantong investor. Stock split dilakukan dengan cara memecah selembar saham menjadi beberapa lembar saham dalam rasio tertentu.
Stock split adalah aksi korporasi yang hampir setiap dilakukan oleh perusahaan yang telah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada 2019, misalnya, sebanyak 11 perusahaan melakukan stock split.
Berdasarkan pengalaman di BEI, perusahaan melakukan stock split ketika harga pasar sahamnya sudah berada di level belasan ribu atau puluhan ribu Rupiah, kendati sejumlah saham dengan harga kurang dari Rp10.000 juga ada yang melakukan aksi korporasi tersebut.
Pada saat ini, ada sejumlah saham di BEI yang harga pasarnya telah mencapai belasan ribu atau puluhan ribu Rupiah. Sebagian dari perusahaan tersebut pernah melakukan stock split di masa lalu, namun seiring berjalannya waktu, harga-harga saham perusahaan tersebut kembali "mahal".
Dalam sejumlah kesempatan, manajemen perusahaan tersebut pernah mengungkapkan menjawab isu stock split. Nah, saham-saham apa saja yang sering diharapkan oleh investor ritel untuk melakukan stock split? Ini daftarnya:
1. BBCA
BBCA adalah kode saham PT Bank Central Asia Tbk. Dalam 52 pekan terakhir, harga saham BBCA bergerak dalam rentang Rp21.625-Rp35.300 per lembarnya.
Pada awal November 2020, harga BBCA bergerak di kisaran Rp29.000 per lembar. Dengan kata lain, investor ritel yang berminat untuk membeli saham BBCA harus merogoh kocek minimal Rp2,9 juta untuk membeli 1 lot (=100 lembar) saham BBCA.
Dalam sejumlah kesempatan, Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja pernah menjelaskan mengenai isu stock split ini. Menurutnya, stock split tidak akan dilakukan ketika harga saham berada dalam tren naik. Stock split, menurutnya, akan dilakukan ketika harga saham bergerak dalam tren landai.
Sebelumnya, bank swasta terbesar di Indonesia itu pernah melakukan stock split pada 2008. Pada saat itu, harga BBCA sebesar Rp7.200 dan dipecah dengan rasio 1:2 dimana harga setelah stock split menjadi Rp3.600.
BBCA adalah salah satu saham blue chips yang bergerak dalam tren meningkat dalam jangka panjang. Dalam 12 tahun terakhir, harga BBCA tumbuh berkali-kali lipat. Sejumlah saham bank yang dikategorikan blue chips lainnya seperti BBRI dan BMRI juga pernah melakukan stock split beberapa waktu lalu.
2. GGRM
GGRM adalah kode saham untuk perusahaan rokok PT Gudang Garam Tbk. Dalam 52 pekan terakhir, harga GGRM bergerak dalam rentang Rp30.625-Rp59/075 per lembar.
Pada awal November 2020, harga GGRM bergerak di level Rp40.000an per lembar. Dengan kata lain, investor ritel yang berminat membeli saham perusahaan rokok ini kudu merogoh kocek minimal Rp4 juta untuk membeli satu lot GGRM.
Sama seperti BBCA, GGRM pun pernah melakukan stock split di masa lalu. Perusahaan yang memiliki pabrik di Kediri, Jawa Timur ini melakukan stock split pada 1996. Setelah itu, GGRM belum melakukan stock split lagi.
Salah satu pesaingnya, PT HM Sampoerna Tbk., pernah melakukan stock split pada 2016 dengan rasio 1:25 dimana harganya menjadi Rp3.700 per lembar dari Rp92.500 pada saat itu.
3. UNTR
UNTR adalah kode saham untuk perusahaan alat berart PT United Tractors. Dalam 52 pekan terakhir, harga saham UNTR bergerak dalam rentang Rp12.000-Rp25.175 per lembar.
Pada awal November 2020, harga UNTR bergerak di level Rp20.675 per lembar. Dengan kata lain, investor ritel yang hendak membeli UNTR harus merogoh kocek minimal Rp2 juta untuk membeli satu lot UNTR.
Anak usaha PT Astra International Tbk. ini pernah melakukan stock split pada 2000. Dalam suatu wawancara dengan media massa pada 2018, manajemen UNTR menyatakan belum ada rencana stock split.
4. INTP
INTP adalah kode saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Saham perusahaan semen ini bergerak dalam rentang Rp8.650-Rp20.900 per lembar dalam 52 pekan terakhir.
Pada awal November 2020, harga INTP bergerak di level Rp12.000an per lembar. Dengan demikian, investor ritel perlu merogoh kocek minimal Rp1,2 juta untuk membeli 1 lot INTP.
Sama seperti UNTR, BBCA dan GGRM, INTP juga pernah melakukan stock split pada 1996. Pada saat itu, perusahaan memecah harga sahamnya dari Rp1.000 menjadi Rp500 per lembar.
Date: