Saatnya Mulai Melirik Reksa Dana Saham?
[Waktu baca: 9 menit]
Meskipun belum sampai mencapai level seperti sebelum pandemi, kinerja IHSG menjelang akhir tahun ini cenderung makin meningkat. Setelah mencapai titik kejatuhannya yang paling dalam pada Maret 2020 lalu, IHSG perlahan mulai bangkit dengan tren yang relatif konsisten.
Kini menjelang akhir tahun, IHSG diwarnai sentimen window dressing, yakni momen di mana kebanyakan manajer investasi mulai menata ulang portofolio investasinya dengan menjual saham berkinerja jelek dan menggantinya dengan yang berkinerja baik.
Aksi ini cenderung berdampak pada kenaikan harga saham-saham favorit, termasuk saham-saham blue chip, sehingga mendorong laju IHSG bergerak meningkat. Dalam dua dekade terakhir, IHSG selalu mencatatkan return positif pada bulan Desember setiap tahun, yang ditengarai salah satu faktor utamanya adalah karena kuatnya efek window dressing ini.
Nah, dalam 3 hari pertama perdagangan bulan Desember tahun ini pun, IHSG secara konsisten terus menghijau. IHSG naik 2% pada Selasa (1 Desember 2020), lalu naik 1,56% pada Rabu (2 Desember 2020), dan 0,15% pada Kamis (3 Desember 2020).
Tren positif ini sudah terjadi sejak bulan lalu. Sepanjang November 2020 pun IHSG sudah mencatatkan return 9,44% dibandingkan level pada akhir Oktober 2020 (month on month/mom).
Tren positif ini tentu bisa jadi merupakan sinyal bahwa kinerja pasar modal kini sudah bersiap memasuki tren positif, setidaknya akan segera kembali ke level harga seperti akhir 2019 lalu.
Adapun, dalam 6 bulan terakhir, IHSG sudah meningkat 25,85%. Namun, jika dibandingkan kondisi akhir tahun 2019, IHSG yang kini berada di level 5.822,94 per Kamis (3 Desember 2020) ini masih tercatat turun 7,57% year to date (ytd).
Seiring dengan meningkatnya IHSG, reksa dana saham pun kini mulai mencatatkan return positif, setelah sepanjang tahun ini terus melemah. Bahkan, data Infovesta Utama menunjukkan kinerja reksa dana saham menjadi yang paling unggul dibandingkan dengan reksa dana lainnya sepanjang November 2020 lalu.
Apakah ini menjadi sinyal bagi investor untuk mulai mempertimbangkan beralih dari instrumen investasi lain ke saham?
Berikut ini perbandingan kinerja indeks reksa dana Infovesta Utama sepanjang November 2020 dibandingkan dengan Oktober 2020 (month on month/mom):
Dari data tersebut, terlihat bahwa Infovesta 90 Equity Index, yakni indeks reksa dana saham, mencatatkan return paling tinggi sepanjang November 2020 dibandingkan dengan indeks-indeks lainnya.
Indeks ini bahkan berkinerja lebih baik dibandingkan dengan IHSG, yang menandakan para manajer investasi cukup lihai dalam meracik portofolio yang mampu mengalahkan kinerja IHSG.
Menyusul di posisi kedua yakni Infovesta 90 Balanced Fund Index atau indeks untuk reksa dana campuran. Reksa dana campuran adalah reksa dana dengan portofolio investasi yang berimbang antara saham dan obligasi. Kuatnya kinerja saham menjadi penopang kinerja indeks ini.
Sementara itu, Infovesta 90 Fixed Income Fund Index yang merupakan indeks reksa dana pendapatan tetap dengan aset dasar obligasi mencatatkan tingkat return hanya 2,21% mom atau relatif lemah.
Kinerja yang paling lemah terlihat pada Infovesta 90 Money Market Fund Index atau reksa dana pasar uang, yakni hanya tumbuh 0,41% mom.
Meskipun bervariasi, kinerja reksa dana sepanjang November 2020 tampak berhasil mencatatkan return positif pada semua jenis instrumen. Hal ini tentu menjadi pertanda baik bagi iklim investasi di dalam negeri.
Tentu saja kita tidak dapat memastikan seperti apa kinerja tiap instrumen di masa depan. Namun, tren kinerja positif IHSG pada bulan Desember yang terjadi setiap tahun selama 20 tahun terakhir memberikan optimisme bahwa kinerja positif tersebut akan berlanjut juga bulan ini.
Selain itu, kinerja pasar saham atau IHSG memang telah melemah cukup dalam sepanjang tahun ini dan masih belum kembali ke level harga seperti pada akhir 2019. Artinya, peluang rebound, setidaknya untuk kembali seperti level harga 2019, masih cukup terbuka.
Berikut ini perbandingan kinerja indeks reksa dana Infovesta sepanjang tahun ini (year to date/ytd):
Dari data tersebut, terlihat bahwa jika mengukur kinerja tiap indeks sepanjang tahun ini, reksa dana saham justru masih mencatatkan koreksi yang paling dalam, tercermin dari Infovesta 90 Equity Fund Index yang turun hingga 12,35% ytd.
Hal tersebut sejalan juga dengan kinerja IHSG yang sepanjang tahun ini sudah terkoreksi 10,91% ytd. Meskipun demikian, kondisi ini sudah jauh lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.
Kondisi pasar yang masih negatif ini justru memberikan ruang yang lebih besar bagi kenaikan harga di masa mendatang, seiring dengan prospek pemulihan ekonomi pascapandemi.
Ada beberapa indikator yang dapat menjadi sinyal adanya potensi pemulihan ekonomi di masa mendatang.
Pertama, hasil survei IHS Markit Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia menunjukkan adanya peningkatan pada kegiatan industri manufaktur Indonesia sepanjang November 2020. IHS Markit naik hampir tiga poin dari 47,8 pada Oktober 2020 menjadi 50,6 pada November 2020.
Hal ini menunjukkan adanya perbaikan kesehatan di sektor manufaktur. Hal ini turut didorong oleh pelonggaran PSBB di Jakarta pada pertengahan Oktober, sehingga perusahaan mulai meningkatkan produksi pada November.
Kedua, inflasi mulai meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini juga mengindikasikan adanya perbaikan kinerja ekonomi. Berikut ini data perkembangan inflasi sepanjang tahun ini berdasarkan data Bank Indonesia:
Terlihat bahwa setelah terus menurun sejak Februari 2020, inflasi mulai meningkat sejak September 2020 dan masih konsisten hingga November 2020. Hanya saja, level inflasi masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan kondisi awal tahun ini.
Ketiga, dana simpanan masyarakat di bank mulai menurun. Berdasarkan data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), nilai simpanan masyarakat sepanjang Oktober 2020 untuk pertama kalinya mencatatkan penurunan -0,4% mom dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Penurunan terakhir terjadi pada April 2020. Setelahnya, nominal simpanan terus meningkat, yang mengindikasikan masyarakat lebih memilih menabung dananya ketimbang melakukan konsumsi atau investasi. Adanya penurunan simpanan ini menjadi sinyal bahwa masyarakat mulai aktif berbelanja.
* Dana simpanan adalah dana pihak ketiga (DPK) bank ditambah simpanan bank lain.
Jika data-data positif ini dapat terus berlanjut trennya di masa mendatang, kondisi ekonomi nasional tentu akan lebih membaik dan mulai meninggalkan jurang resesi. Seiring dengan itu, kita boleh berharap kinerja pasar saham pun akan makin membaik.
Adapun, berdasarkan data Infovesta Utama, sudah makin banyak reksa dana saham yang berhasil membukukan return positif secara year to date (ytd) hingga akhir November 2020. Berikut ini daftarnya:
Sementara itu, jika hanya mengukur kinerja sepanjang bulan November secara mom, Infovesta Utama mencatat bahwa dari total 258 reksa dana yang dipantau, ada 243 reksa dana yang kinerjanya positif, sedangkan yang negatif hanya 15 reksa dana.
Beberapa reksa dana unggulan bahkan mampu tumbuh lebih dari 20% dalam sebulan. Berikut ini daftarnya:
Jumlah reksa dana yang berkinerja positif sepanjang November ini jauh lebih banyak dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya.
Pada akhir September 2020, misalnya, hanya ada empat reksa dana yang sudah mencatatkan return positif secara ytd. Keempatnya yakni Pacific Equity Optimum Fund (13,77% ytd), Pool Advista Kapital Syariah (6,78% ytd), Pacific Equity Flexi Fund (2,64% ytd), dan Simas Equity Syariah (2,45% ytd).
Bukan tidak mungkin, akan lebih banyak lagi reksa dana saham yang akan menghasilkan tingkat return yang positif di masa mendatang. Nah, bagaimana dengan kamu, apakah sudah siap untuk mulai beralih ke pasar saham?
Date: