Window Dressing: Bukti Kinerja IHSG Desember 1990-2019

Date:

[Waktu baca: 5 menit]

Setiap menjelang akhir tahun, istilah window dressing sering dibicarakan oleh para pelaku pasar saham. Bagi sebagian pelaku, momentum window dressing adalah kesempatan untuk memperoleh keuntungan.

Apa arti window dressing? Secara sederhana, window dressing adalah strategi yang dilakukan oleh manajer investasi atau pengelola dana untuk "mempercantik" atau memperbaiki kinerja portofolio investasi dengan cara menjual saham berkinerja jelek dan menggantinya dengan saham berkinerja bagus.

Kenapa perlu "dipercantik"? Karena manajer investasi perlu melaporkan kinerja portofolio investasi akhir tahun kepada klien. Fenomena window dressing dikenal luas secara internasional dan juga terjadi di Indonesia.

Apa yang terjadi saat window dressing? Harga sejumlah saham naik karena manajer investasi membeli saham dalam jumlah tidak sedikit sebagai bagian dari upaya mempercantik kinerja portofolio. Peningkatan permintaan saham itu diharapkan mendongkrak harga saham.

Peningkatan harga tersebut turut tercermin dalam IHSG. IHSG biasanya naik selama Desember atau satu bulan terakhir sebelum tahun berganti dihitung dari akhir November hingga akhir Desember.

Benarkah demikian?  Berikut data pergerakan IHSG selama bulan Desember dari 1990-2019:

Dalam 29 tahun terakhir, kinerja IHSG selama Desember hampir selalu positif. Kinerja IHSG Desember hanya negatif pada 1992 (-3,92%), 1994 (-2,69%) dan 2000 (-3%). Dengan kata lain, dalam 19 tahun terakhir (2001-2019), kinerja IHSG Desember selalu positif.

Pada 1998 dan 2008 dimana tahun tersebut terjadi krisis finansial yang memporakporandakan IHSG, kinerja IHSG Desember juga positif yaitu masing-masing 3,05% dan 9,17%. Di Amerika Serikat, window dressing biasanya diiringi dengan fenomena yang disebut dengan Santa Claus Rally atau peningkatan harga saham menjelang Natal.

Apa yang dilakukan saat window dressing? Momentum window dressing biasanya dimanfaatkan oleh sebagian pelaku pasar dengan membeli saham di awal bulan dan menjualnya ketika tahun hendak berganti. Tentu saja, tidak semua pelaku pasar menerapkan strategi jangka pendek ini.

Bagaimana dengan 2020? Apakah kinerja IHSG akan kembali positif pada Desember atau justru sebaliknya? Pasar saham adalah pasar yang penuh kejutan dimana aneka kemungkinan bisa terjadi. 

Yang pasti, IHSG telah reli 9% sepanjang November 2020 karena berbagai sentimen. Di samping itu, portofolio investasi yang dikelola oleh manajer investasi belum semuanya tampak cantik. Salah satu contohnya, kinerja sejumlah reksadana saham yang masih "merah" secara year to date atau bahkan sejak penerbitan.