Kisah Garibaldi 'Boy' Thohir, Konglomerat dengan Bisnis Batubara Hingga Pelabuhan

Date:

[Waktu baca: 5 menit]

Orang lebih mengenalnya dengan panggilan 'Boy' Thohir. Pemilik nama asli Garibaldi Thohir ini lahir pada 1 Mei 1965. Boy, yang juga kakak kandung dari Erick Thohir (Menteri BUMN era Presiden Jokowi), adalah putra dari Mochammad Thohir atau lebih familiar dipanggil Teddy Thohir. Teddy adalah perintis Grup Astra International bersama William Soerjadjaja. 

Garibaldi Thohir masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia versi Forbes tahun 2020. Boy berada di urutan ke-15 dengan kekayaan sekitar US$1,65 miliar (per akhir 2020). Kekayaan Boy Thohir sebagian besar didapat dari bisnisnya yang bergerak di sektor batubara. 

Boy Thohir yang juga menjabat komisaris utama PT Karya Anak Bangsa (Gojek) ini tercatat memiliki sejumlah emiten, seperti ADRO (Adaro Energy), MDKA (Merdeka Gold Copper), WOMF (WOM Finance), ESSA (Surya Eka Perkasa), dan PORT (Nusantara Pelabuhan Handal). 

Lantas seperti apa profil Garibaldi Thohir? Big Alpha merangkumnya untuk kamu. 

1. Kuliah di Amerika Serikat

Jiwa bisnis seorang Boy Thohir barangkali memang menurun dari sang ayah, Teddy Thohir. Masa kecil Boy sebenarnya sama saja dengan anak-anak seumurannya. Boy Thohir terbiasa naik metromini atau becak. 

Hanya saja, sang ayah memang memiliki karir yang cemerlang. Kegigihan Teddy Thohir dalam membangun Astra International menjadikan Boy Thohir sebagai anak yang beruntung karena bisa menuntut ilmu di Amerika Serikat pada masa itu.

Boy meraih gelar BS dari University of Southern California, AS pada 1988 dan gelar MBA bidang adminsitrasi niaga dari Northrop University California, AS pada 1989.

2. Jatuh Bangun Membangun Bisnis

Boy yang telah mengantongi gelar MBA dari Northrop University di California, AS, lantas bergabung ke Astra. Setelah merasa cukup dengan ilmu bisnis yang didapat, Boy mencoba peruntungan dengan membangun perusahaan yang bergerak di bidang properti. 

Sayang, bisnisnya ini tidak berjalan mulus. Masalah pembebasan lahan menjadi kendala utama. Karenanya, Boy memutuskan untuk menjual perusahaan ini ke ayahnya. Pada tahun 1992, Boy lantas bergabung dengan perusahaan tambang di Sawahlunto, Sumatra Barat yaitu PT Allied Indo Coal. 

Bisnis Boy terus berkembang. Tahun 1997, dirinya memulai bisnis di bidang keuangan dengan mengakuisisi perusahaan multi-finance yakni PT Wahana Ottomitra Multiartha alias WOM Finance. 

3. Membeli Saham Adaro Energy

Dengan pengalaman bisnis yang sudah mumpuni, pada 2005 Boy Thohir membentuk konsorsium bersama pengusaha-pengusaha lainnya yaitu Theodore Permadi Rachmat, Edwin Soeryadjaya, Sandiaga Uno, dan Benny Subianto. Konsorsium ini lantas membeli saham Adaro Energy dari New Hope, perusahaan asal Australia. 

Tahun 2016, Adaro juga berhasil mengambil alih 100 persen kepemilikan saham IndoMet Coal dari BHP Biliton Pty. Ltd. Australia. IndoMet Coal ini adalah perusahaan yang mengelola proyek tujuh KK (kontrak karya) batubara di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. 

Pada 2013, Garibaldi Thohir memborong 2 juta lembar saham Adaro Energy (ADRO) di harga Rp950 per lembarnya.  Sampai hari ini, Garibaldi Thohir alias Boy Thohir masih menjabat posisi Presiden Direktur di Adaro Energy. Adaro kini bertransformasi menjadi salah satu pemain utama di industri batu bara Indonesia. Boy juga tercatat sebagai pemegang 6,18 persen saham ADRO.

Bagaimana kondisi Adaro di bawah kepempimpinan Boy Thohir? Bagaimana pula prospek perusahaan tambang batubara seperti Adaro di tengah perkembangan energi baru terbarukan? Simak ulasannya dalam artikel: Adaro Energy (ADRO) dan Zaman yang Berubah.

4. Masuk Daftar Orang Terkaya Indonesia

Dengan banyaknya bisnis yang dijalankan Garibaldi Thohir, tak heran dirinya masuk dalam jajaran orang terkaya di Indonesia.  Pada 2020, Forbes memasukkan nama komisaris Gojek ini di urutan ke-15 orang terkaya di Indonesia. Kekayaannya tembus US$1,65 miliar atau setara Rp23,26 triliun.

Selain ADRO, saham emiten lain yang dimiliki oleh Boy Thohir adalah Merdeka Gold Copper (MDKA). MDKA merupakan perusahaan yang menambang emas di Banyuwangi, Jawa Timur. Di MDKA, Boy menjadi komisaris sekaligus memiliki saham secara langsung sebesar 8,95%.

Di samping itu, Boy memiliki saham WOM Finance secara tidak langsung melalui Wahanaartha Harsaka. Perusahaan itu dimiliki oleh Boy beserta sejumlah mitra bisnisnya dan sejumlah anggota keluarganya seperti Edna Thohir, Erick Thohir, M.Thohir dan sebagainya.

Boy juga memiliki saham di Surya Eka Perkasa (ESSA) melalui PT Trinugraha Akraya Sejahtera yang memiliki sekitar 25% saham perusahaan tersebut. Di sisi lain, Boy memiliki saham Nusantara Pelabuhan Handal (PORT) melalui Episenta Utama Investasi. Episenta merupakan perusahaan yang dikendalikan oleh Boy dan memiliki 74% saham PORT. Dalam perusahaan ini, Boy tidak menjadi direksi atau komisaris.


 

Tags: