Ambisi Grup Emtek di Bisnis Rumah Sakit
Setidaknya, sudah dua tahun terakhir masyarakat di seluruh dunia hidup berdampingan dengan pandemi Covid-19. Tak hanya memicu krisis kesehatan, pandemi juga memperlebar jurang akibat krisis ekonomi global. Meskipun demikian, bagi bisnis rumah sakit, tidak dapat dipungkiri, pandemi justru membawa keuntungan besar.
Tentu kita tidak perlu mengabaikan fakta bahwa kondisi pandemi ini juga telah memakan korban banyak dokter, perawat, dan petugas pelayanan kesehatan lainnya. Pandemi juga telah memaksa para pekerja rumah sakit untuk bekerja ekstra keras, bukan lagi semata-mata demi keuntungan, melainkan demi keluar dari krisis ini.
Meski begitu, peningkatan kebutuhan terhadap rumah sakit juga tentu berbanding lurus dengan arus pendapatan yang mengalir ke rumah sakit. Hal ini pun terkonfirmasi oleh kinerja keuangan sejumlah emiten rumah sakit yang melonjak signifikan selama masa pandemi ini.
Periode pandemi ini pun tampaknya menjadi momentum bagi sejumlah emiten rumah sakit untuk memperluas cakupan bisnisnya. Mumpung kondisinya sedang mendukung bagi ekspansi, sebab hingga kini belum diketahui kapan Covid-19 akan berakhir.
Salah satu emiten rumah sakit yang terlihat agresif meningkatkan kapasitas bisnisnya adalah PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk. (SAME). Emiten ini adalah bagian dari Grup Emtek milik keluarga Sariaatmadja.
Emtek tampaknya kini sedang mengonsolidasikan bisnis rumah sakitnya. Sepanjang tahun ini, EMTK beberapa kali menambah kepemilikan sahamnya pada SAME. Hal ini menunjukkan keseriusan EMTK dalam pengendalian terhadap SAME, sebab EMTK memiliki rencana besar dengan bisnis SAME.
EMTK baru membeli SAME pada 30 November 2020 lalu dengan nilai Rp581,01 miliar. Transaksi itu mencakup 71,88% dari total saham SAME atau sebanyak 4,24 miliar saham. Pembelian dilakukan dari PT Omni Health Care.
Berdasarkan data transaksi insider Stockbit, EMTK tercatat beberapa kali kembali membeli saham SAME tahun ini. EMTK ikut serta dalam rights issue SAME yang digelar pada kuartal pertama tahun ini. Rights issue tersebut menyebabkan 4,24 miliar saham EMTK pada SAME terdilusi menjadi hanya setara 56,48%.
Oleh karena itu, EMTK ikut serta membeli 4,34 miliar saham baru SAME atau setara 15,71%. Dengan demikian, kepemilikan EMTK menjadi 72,19%. Pada 25 Juli 2021, EMTK lalu kembali menambah kepemilikan pada SAME sebanyak 203 juta atau 1,70% senilai Rp128,97 miliar.
Pembelian itu menyebabkan kepemilikan EMTK pada SAME menjadi 73,89%. Pembelian kembali terjadi pada 2 Juli 2021 sebanyak 124,8 juta atau setara 1,05% senilai Rp78,66 miliar, sehingga kepemilikan EMTK menjadi 8,92 miliar atau 74,94%.
Belakangan, beberapa pemegang saham lainnya juga menebus hak rights issue mereka sehingga porsi kepemilikan EMTK terdilusi menjadi 68,13%. Namun, setelahnya EMTK kembali menambah kepemilikan sebanyak 3,94 miliar saham SAME atau 7,02% sehingga porsi EMTK menjadi 75,14%.
Penguatan Bisnis SAME
Agenda EMTK mengakuisisi SAME tahun lalu segera terlihat tahun ini. EMTK segera mengonsolidasikan bisnis rumah sakit yang selama ini dijalankannya melalui PT Elang Medika Corpora (EMC) ke dalam SAME.
Adapun, EMC merupakan induk perusahaan yang memegang saham dari RS EMC Sentul dan RS EMC Tangerang. SAME mengambil alih 99,99% kepemilikan pada EMC yang semula dimiliki oleh EMTK. Nilai transaksi afiliasi ini mencapai Rp1,35 triliun. Transaksi itu tuntas pada 2 Agustus 2021 lalu.
Dana yang dikeluarkan SAME untuk membeli EMC akan masuk ke kantong EMTK. Tidak sulit untuk menebak bahwa dana tersebut pada akhirnya akan kembali mengalir ke SAME sebagai penyertaan modal dari EMTK.
Pada kenyataannya, sumber dana yang digunakan untuk akuisisi tersebut adalah dari rights issue yang telah digelar sebelumnya, yang mana EMTK juga menjadi pembeli terbesarnya.
Aksi konsolidasi ini tentu memiliki tujuan strategis. Melalui konsolidasi ini, SAME bakal memiliki pangsa pasar yang lebih luas. Konsolidasi juga menciptakan sinergi dan integrasi bisnis yang lebih kuat, sehingga mampu meningkatkan daya saing SAME terhadap grup rumah sakit lainnya.
Di antara kalangan emiten rumah sakit di Bursa Efek Indonesia, SAME kini masih berada di posisi ketiga jika dibandingkan berdasarkan total unit rumah sakit. Saat ini, SAME baru memiliki 4 unit rumah sakit Omni Hospital, yakni di Pulomas, Alam Sutera, Pekayon dan Cikarang.
Ini masih jauh lebih sedikit dibandingkan dengan beberapa pesaing besarnya.
Di posisi puncak ada PT Siloam Hospitals Tbk. (SILO) yang mengoperasikan 40 rumah sakit, disusul PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA) sebanyak 26 rumah sakit. Selain itu, ada pula emiten rumah sakit yang baru melantai tahun ini, yakni PT Bundamedik Tbk. (BHMS) yang memiliki 5 rumah sakit.
BHMS juga memiliki 2 klinik, 10 klinik bayi tabung, dan 19 laboratorium. Emiten rumah sakit lainnya yakni PT Sejahtera Anugrahjaya Tbk. (SRAJ) atau Mayapada Hospital kini baru memiliki sebanyak 2 rumah sakit, tetapi bakal ditingkatkan menjadi 5 unit pada akhir tahun ini.
Akuisisi terhadap EMC menjadikan SAME kini memiliki 6 rumah sakit. Ini tentu bakal meningkatkan kontribusi konsolidasi pada kinerja keuangan perseroan. Integrasi ini akan menguntungkan perseroan dalam hal proses pengadaan, termasuk pengadaan SDM, peralatan kesehatan, dan bahan medis.
Penyatuan operasional juga menjadikan layanan kesehatan dapat saling melengkapi bagi pasien dan pengguna layanan perseroan lainnya. Konsolidasi juga dapat mengoptimalkan pemasaran perusahaan dengan jaringan nasabah atau pasien yang lebih luas.
Kabar hangat terbaru adalah SAME juga bersiap untuk mencaplok emiten rumah sakit pendatang baru di Bursa Efek Indonesia, yakni PT Kedoya Adyaraya Tbk. (RSGK). RSGK saat ini mengoperasikan 2 rumah sakit, yakni RS Grha Kedoya dan RS Grha MM2100.
Langkah ini pun tidak terlepas dari ambisi SAME dan Grup Emtek untuk menciptakan perusahaan pelayanan kesehatan yang integrasi sekaligus memperluas pangsa pasarnya. Dengan akuisisi ini, SAME akan memiliki 8 rumah sakit.
Dengan skala usaha yang lebih besar, akan tercipta sinergi bisnis yang bakal memperkuat daya saing dibandingkan dengan pemain rumah sakit lainnya. Sama seperti keuntungan yang diperoleh dalam mengakuisisi EMC, keuntungan yang sama juga bakal diperoleh dari akuisisi atas RSGK.
Perseroan bakal mensinergikan layanan spesialis pada masing-masing rumah sakit untuk saling melengkapi dan menguatkan, sesuai dengan pangsa pasar masing-masing rumah sakit.
Perseroan dapat memiliki posisi tawar yang lebih kuat dalam bernegosiasi dengan klien institusi dan mendapatkan kesepakatan komersial yang lebih menguntungkan. Dengan skala ekonomi yang lebih besar, struktur biaya harga pokok penjualan dan biaya operasional dapat lebih efisien, sehingga secara umum bakal meningkatkan profitabilitas SAME.
Adapun, SAME sudah mulai membeli saham RSGK dari salah satu pemegang sahamnya, yakni PT United Gramedo sebanyak 18%. Transaksi terjadi pada 9 September 2021 lalu dengan harga Rp1.720 per saham. Total dana yang dikucurkan SAME mencapai Rp287,82 miliar.
Sebelumnya, SAME sudah memiliki saham RSGK sebanyak 0,49%, sehingga kini kepemilikan SAME pada RSGK sudah mencapai 18,49%. Kini, perseroan bersiap untuk menambah lagi kepemilikan hingga mencapai sebesar 66% melalui akuisisi saham milik dua pemegang saham lainnya.
Saat ini, dua pemegang saham terbesar RSGK adalah PT Medikatama Sejahtera sebesar 40% dan PT Bestama Medikacenter Investama 22%. Selebihnya, investor publik menggenggam 19,51%.
Rencananya, pembelian akan dilakukan di harga yang sama seperti pada United Gramedo, yakni Rp1.720 per saham. Adapun, total investasi yang bakal dikucurkan SAME untuk itu bakal mencapai Rp1,05 triliun. Jika merujuk pada posisi ekuitas perseroan per 31 Maret 2021 yang senilai Rp1,78 triliun, jelas transaksi ini bersifat material.
Nah, mengingat dana hasil rights issue pada awal tahun ini sudah digunakan untuk mengakuisisi EMC, perseroan akan kembali menerbitkan saham baru untuk menambah modalnya. Kali ini, skema yang akan ditempuh yakni private placement.
Rencananya, perseroan akan menerbitkan 1,71 miliar saham baru atau setara 10% dari total saham beredarnya dalam aksi private placement ini. Sejauh ini, perseroan belum mengumumkan siapa pembeli strategis yang bakal menyuntikkan modal melalui private placement itu.
Perseroan akan meminta restu pemegang saham untuk akuisisi ini serta rencana private placement pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) SAME yang bakal digelar pada 26 Oktober 2021 mendatang.
Kinerja Keuangan SAME
Intensi SAME dalam memperluas pangsa pasarnya tidak lain adalah untuk meningkatkan kapasitas bisnis dan profitabilitas. Terlepas dari kondisi pandemi yang kini tengah meningkatkan permintaan terhadap pelayanan kesehatan dan rumah sakit, pada dasarnya bisnis rumah sakit adalah bisnis yang prospektif dalam jangka panjang. Kebutuhannya akan selalu ada dan sulit tergantikan.
Di sisi lain, kapasitas rumah sakit Indonesia juga masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan total jumlah penduduknya. Oleh karena itu, ruang pertumbuhan bisnis rumah sakit juga masih cukup besar.
Kendati demikian, bisnis rumah sakit tidak selalu menguntungkan. SAME sendiri sudah menderita kerugian sejak 2019. Bahkan tahun lalu pun kerugian SAME sangat besar, mencapai Rp450 miliar. Tampaknya, kondisi itu menjadi salah satu alasan mengapa Omni Heath Care menjual bisnis rumah sakit ini kepada Emtek.
Meskipun demikian, pada paruh pertama tahun ini, terlihat bahwa kinerja SAME sudah mulai membaik. Perseroan berhasil meningkatkan kinerja pendapatan dan membalikkan kondisi rugi menjadi laba. Berikut ini kinerja keuangan perseroan dalam beberapa tahun terakhir:
Pendapatan SAME pada paruh pertama tahun ini melesat 103,1% menjadi Rp438,11 miliar dan tidak lagi rugi. Peningkatan kinerja ini ditopang oleh peningkatan pelayanan kesehatan selama pandemi pada paruh pertama tahun ini.
Kinerja ini belum mengonsolidasikan kinerja EMC, sebab perusahaan itu baru diakuisisi pada kuartal ketiga tahun ini. Artinya, jika kinerja keuangan EMC mulai dikonsolidasikan pada paruh kedua tahun ini, lonjakan kinerja SAME tentu bakal lebih tinggi lagi.
Dengan rencana bisnisnya yang besar dan keseriusan Grup Emtek untuk memantapkan posisi di bisnis kesehatan, prospek bisnis SAME pun tampaknya lebih menjanjikan saat ini, ketimbang ketika masih dimiliki Omni Health Care.
Kondisi ini pun menyebabkan investor mengapresiasi sahamnya di pasar. Sepanjang tahun ini, saham SAME sudah melejit 49,09% ke level Rp520 per hari ini, Selasa (21 September 2021).
Di sisi lain, EMTK sendiri saat ini tengah serius dalam pengembangan bisnis teknologinya. EMTK kini juga menjadi pemegang saham terbesar pada PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) dan serius berinvestasi di lini digital.
Kita belum tahu rencana apa lagi yang akan dikembangkan EMTK dalam sinergi bisnisnya di masa mendatang. Hal yang jelas, EMTK juga serius dalam membangun ekosistem digital di bidang kesehatan, seperti portal pelayanan kesehatan online dan pembayaran secara online.
Keikutsertaan SAME dalam ekosistem digital EMTK tentu menjanjikan peluang besar bisnisnya di masa mendatang. Lagi pula, akuisisi SAME oleh EMTK tentu memiliki agenda besar yang akan terbuka seiring berjalannya waktu.
Date: