Mengenal Prajogo Pangestu, Raja Petrokimia di Indonesia
[Waktu baca: 5 menit]
Salah satu orang yang masuk ke dalam peringkat 3 besar orang terkaya di Indonesia adalah Prajogo Pangestu. Menurut Forbes, Prajogo berada di peringkat 3 orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan US$5,6 miliar pada akhir Mei 2021.
Siapa Prajogo? Generasi milenial barangkali tidak terlalu familiar dengan nama pengusaha yang terkenal sejak era Presiden Soeharto. Pada masa Orde Baru, Prajogo dikenal dekat dengan keluarga Presiden Soeharto.
Pada masa itu, Prajogo mengelola bisnis kayu yang cukup besar di Indonesia. Seiring berjalannya waktu, Prajogo beralih ke bisnis petrokimia. Prajogo adalah pemegang saham mayoritas Barito Pacific dengan porsi kepemilikan lebih dari 70 persen.
Bisnis perusahaan dengan kode saham BRPT itu kini membentang dari pembangkit listrik hingga petrokimia. Pada 2007, Barito Pacific membeli Chandra Asri Petrochemical, perusahaan pertrokimia terbesar di Indonesia, yang kemudian bergabung dengan perusahaan lain, Tri Polyta Indonesia pada 2008. Akuisisi itu menjadikan BRPT kian besar.
Selain Chandra Asri, BRPT yang dimiliki oleh Prajogo itu kemudian membeli Star Energy, perusahaan panas bumi terbesar di Indonesia dan ketiga di dunia pada 2018. Star Energy mengoperasikan 875 MW kapasitas terpasang panas bumi.
Tentu saja, kesuksesan Prajogo Pangestu menjadi salah satu taipan di Indonesia tidak diraih dalam semalam. Berikut kisah hidup pria yang lahir pada 13 Mei 1944 tersebut.
1. Putra Penyadap Karet
Prajogo Pangestu lahir di Sungai Betung, Kalimantan Barat dengan nama kecil Phang Djun Phen. Prajogo kecil adalah putra seorang penyadap karet di sebuah perkebunan yang terletak tak jauh dari Singkawang. Nasib membuatnya hanya bersekolah hingga tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Pada masa mudanya, Prajogo sempat merantau ke Jakarta. Tapi ternyata hidup di ibukota tidak mudah. Prajogo pun kembali ke Kalimantan dan sempat menjadi supir angkutan umum. Ia menyupiri trayek Singkawang-Pontianak.
2. Berkenalan dengan Pengusaha Malaysia
Kisal awal nasib mujur seorang Prajogo muda dimulai saat dirinya berkenalan dengan Bong Sun On pada tahun 1960an. Bong Sun On adalah pengusaha asal Malaysia yang masuk ke Indonesia untuk melebarkan bisnis kayunya.
Bong Sun On atau Burhan Uray mengajak Prajogo untuk bekerja di perusahaan miliknya, PT Djajanti Group pada tahun 1969. Prajogo diberi tugas mengelola Hak Pengusahaan Hutan (HPH) di daerah Kalimantan Tengah.
Burhan Uray kemudian memindahkan perusahaannya ke Banjarmasin. Setahun berselang, Burhan mengutus Prajogo untuk menjabat General Manager pabrik Plywood Nusantara di Gresik, Jawa Timur.
Namun karir Prajogo sebagai karyawan hanya bertahan setahun. Selepas itu, Prajogo memilih menjalankan bisnisnya sendiri dengan membeli CV Pacific Lumber Coy yang arus kasnya sedang seret. Modalnya pun didapat dari pinjaman Bank Rakyat Indonesia (BRI).
Tangan dingin Prajogo dan kejeliannya dalam mencari relasi di era orde baru membuat bisnis Prajogo terus berkembang pesat. Prajogo mengubah nama perusahannya, Pacific Lumber, menjadi PT Barito Pacific Lumber. Nama ini mengacu pada asal pemilik perusahaan sebelumnya yang berasal dari Barito Selatan.
3. Ekspansi Bisnis Berlanjut
Perusahaan yang dikelola oleh Prajogo semakin berkembang. Pada 1993, perusahaan itu berubah menjadi perusahaan publik alias IPO. Setelah malang melintas mengelola bisnis pengolahan kayu, Barito Pacific mengubah haluannya menjadi perusahaan yang mengelola bisnis petrokimia dan pembangkit listrik. Ekspansi itu dilakukan dengan mengakuisisi Chandra Asri Petrochemical dan Tri Polyta Indonesia.
Barito Pacific kini menjadi salah satu perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia. Setelah sempat berada di peringkat 10 besar, BRPT kini berada di peringkat 14 perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar per akhir Mei 2021. Kapitalisasi pasar BRPT mencapai Rp93 triliun. Bagaimana prospek bisnis BRPT? Simak ulasannya dalam artikel berikut: Prospek Barito Pacific, Seberapa Menjanjikan?
4. Dapat Penghargaan dari Presiden Jokowi
Tahun 2019 lalu, Prajogo mendapat penghargaan Bintang Jasa Utama oleh Presiden Joko Widodo. Prajogo dianggap sebagai tokoh nasional yang berjasa untuk kemajuan, kesejahteraan, dan kemakmuran bangsa. Penghargaan itu diberikan bersamaan dengan 15 orang lainnya.
Pemberian tanda kehormatan bintang untuk sipil ini diatur dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan, serta Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan UU Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan tersebut.
Di masa tua Prajogo Pangestu yang kini berusia 77 tahun pada 2021, berbagai bisnis yang dimiliki oleh Prajogo dikelola secara langsung oleh anak-anaknya. Di Barito Pacific, misalnya, salah satu direkturnya adalah Baritono Pangestu, salah satu putra Prajogo Pangestu.
Date: