4 Saham dari 2 Sektor Ini Meroket Berkat #dirumahaja
[Waktu baca: 7 menit]
Penyebaran virus corona kian masif di Indonesia. Jumlah orang yang positif corona terus bertambah setiap harinya. Sampai Rabu (15 April 2020), jumlah orang yang positif corona mencapai lebih dari 5.000 orang.
Dari jumlah itu, 4.000 orang di antaranya dirawat di rumah sakit. Sekitar 8% pasien itu sembuh. Sementara itu, 469 orang telah meninggal akibat virus yang sangat mematikan ini.
Di luar Indonesia, jumlah kasus corona mencapai lebih dari 2 juta di seluruh dunia. Ratusan ribu orang telah tewas akibat virus yang penyebarannya berawal dari Wuhan, China pada akhir Desember 2019 tersebut.
Untuk menghentikan atau mengurangi penyebaran virus yang mudah bertransmisi dari satu orang ke orang lain tersebut, pemerintah di banyak negara menyerukan masyarakat untuk lebih banyak beraktivitas di rumah. Bekerja, belajar, beribadah, berolahraga dan sebagainya dianjurkan dilakukan di rumah.
Di Indonesia, Presiden Joko Widodo telah menyerukan seruan yang sama. Hanya orang-orang yang memiliki kepentingan tertentu yang dapat beraktivitas di luar rumah. Seruan juga disebarkan di media sosial dengan tagar #dirumahaja.
Akibat masyarakat lebih banyak berada di rumah, permintaan terhadap produk dan jasa turun drastis secara keseluruhan. Pemerintah memperkirakan konsumsi rumah tangga di Indonesia turun hingga 1,6%-3,2% pada 2020 dibandingkan dengan 5,04% pada 2019.
Namun, pada saat #dirumahaja, konsumsi masyarakat atas produk atau jasa tertentu ternyata mengalami peningkatan. Hal ini bukan hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di berbagai negara lain seperti Amerika Serikat.
Peningkatan konsumsi untuk produk tertentu itu ternyata mengerek harga saham perusahaan. Sejumlah saham membukukan peningkatan drastis dalam sebulan terakhir kendati kinerja sejak akhir tahun 2019 (year to date) masih lesu.
Sebelum mengulas sejumlah saham yang harganya meningkat karena momentum #dirumahaja di Indonesia, kita simak sejenak beberapa saham yang melesat di Amerika Serikat berkat kebijakan #stayathome itu.
Ungguli S&P 500
Pada saat lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, sebagian orang menggunakan waktunya untuk menonton film. Pada saat ini, salah satu aplikasi yang banyak dipakai untuk menonton film di smartphone atau laptop adalah Netflix.
Netflix populer bukan hanya di negara asalnya melainkan juga Indonesia. Perusahaan penyedia data Statista memperkirakan jumlah pelanggan Netflix di Indonesia akan mencapai lebih dari 900.000 orang pada 2020. Di dunia, jumlahnya mencapai lebih dari 160 juta pelanggan.
Kebijakan #dirumahaja diperkirakan berdampak terhadap peningkatan jumlah pengguna Netflix. Harga sahamnya pun melesat. Media Barat menyatakan NFLX (kode saham Netflix) merupakan "saham di rumah saja" (stay at home stocks).
Sejak awal tahun sampai 15 April 2020, saham NFLX telah meningkat lebih 22% atau mengungguli kinerja indeks S&P500 yang tersungkur 14% akibat pandemi corona yang memukul seluruh bursa saham dunia.
Selain Netflix, perusahaan lain yang harga sahamnya meningkat adalah perusahaan teknologi yang bergerak di bidang e-dagang, Amazon. Hampir sama seperti Netflix, saham AMZN (kode saham Amazon) juga "terbang" dalam masa #stayathome ini.
Saham AMZN mengalami peningkatan karena banyak orang yang berbelanja melalui Amazon. Selain itu, jasa yang dijual oleh anak usahanya, Amazon Web Service, juga mengalami peningkatan permintaan.
Sampai 15 April 2020, harga saham AMZN dan NFLX mendekati rekor tertinggi mereka masing-masing dalam 52 pekan terakhir. Di saat banyak saham di bursa Amerika Serikat berguguran, saham AMZN dan NFLX melesat.
Saham Media dan Telekomunikasi
Sementara itu, sejumlah saham di Bursa Efek Indonesia juga mengalami peningkatan drastis karena kebijakan #dirumahaja. Sejumlah saham itu berasal dari sektor telekomunikasi dan media.
Kendati peningkatan harga sahamnya tidak seperti NFLX dan AMZN, sejumlah saham membukukan peningkatan harga dalam sebulan terakhir hingga 15 April 2020 dimana peningkatannya melampaui peningkatan IHSG.
Mereka antara lain ISAT (PT Indosat Tbk.), EXCL (PT XL Axiata Tbk.), SCMA (PT Surya Citra Media Tbk.) dan MNCN (PT Media Nusantara Citra Tbk.) Berikut ini pergerakan harga saham tersebut:
Saham |
Sektor |
1 Bulan |
Year to Date |
EXCL |
Telekomunikasi |
39% |
-30% |
ISAT |
Telekomunikasi |
31% |
-33% |
SCMA |
Media |
16% |
-41% |
MNCN |
Media |
24% |
-34% |
IHSG |
2% |
-27% |
Sumber: RTI, data diakses pada Kamis 16 April 2020 pukul 09.30 WIB
Di sektor telekomunikasi, salah satu sentimen yang kemungkinan mempengaruhi peningkatan harga saham EXCL dan ISAT adalah peningkatan penggunaan data internet. Penggunaan data internet kemungkinan besar melonjak karena masyarakat menggunakannya lebih banyak ketika beraktivitas di rumah.
Sebagai salah satu contoh, pekerja sektor formal yang biasanya bekerja di kantor lebih banyak bekerja di rumah. Untuk melakukan rapat bersama rekan sekantor, pekerja tersebut menggunakan aplikasi seperti Zoom atau Slack.
Penggunaan aplikasi pertemuan virtual itu membutuhkan data internet. Belum lagi penggunaan data internet untuk mengakses aplikasi-aplikasi lain. Dengan demikian, konsumsi data internet yang dipasarkan oleh perusahaan telekomunikasi seperti XL dan Indosat meningkat.
Pada 23 Maret 2020, XL Axiata menyatakan bahwa terdapat peningkatan penggunaan data sebesar 10%-15% dibandingkan dengan sebelumnya atau hari normal. Data internet itu banyak dipakai oleh pelanggan untuk mengakses aplikasi penunjang belajar dan bekerja di rumah dengan peningkatan trafik hingga 48%.
Kompetitor XL dan Indosat yaitu PT Telkomsel yang dimiliki oleh PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. sebenarnya juga mengalami lonjakan trafik. Kendati demikian, saham TLKM belum mengikuti jejak ISAT dan EXCL dalam sebulan terakhir.
Pada saat ini, kegiatan perkantoran sektor komunikasi masih diperbolehkan pada masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang mulai diterapkan di Jakarta sejak Jumat, 10 April 2020 dan di Bogor, Bekasi dan Depok sejak Rabu, 15 April 2020.
Selain sektor komunikasi, sektor lain yang mengalami peningkatan dalam sebulan terakhir adalah media. Saham media seperti MNCN (PT Media Nusantara Citra Tbk.) dan SCMA (PT Surya Citra Media Tbk.) membukukan peningkatan harga yang melampaui peningkatan IHSG.
Salah satu sentimen yang kemungkinan besar mempengaruhi harga MNCN dan SCMA adalah lonjakan penonton televisi hingga 50% pada saat #dirumahaja, seperti data yang disampaikan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).
Baik Surya Citra Media dan MNC memiliki layanan free to air (FTA) TV yang bisa diakses gratis oleh masyarakat. MNC memiliki beberapa stasiun televisi seperti RCTI dan Surya Citra memiliki SCTV.
Di samping itu, kedua perusahaan juga memiliki sejumlah layanan digital. Surya Citra Media memiliki Vidio.com yang diakuisisinya pada 2019 dan MNC merupakan salah satu pembuat konten di Youtube dengan pelanggan lebih dari 8 juta orang.
Tentu saja, pergerakan harga saham ISAT, EXCL, MNCN dan SCMA dalam beberapa hari terakhir tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor tunggal. Namun, kinerja sejumlah saham tersebut menunjukkan bahwa membeli (dan juga menjual) saham di momentum yang tepat dapat menghasilkan keuntungan.
Mulai 20 April 2020, Big Alpha akan menyelenggarakan berbagai seri Webinar. Klik di sini untuk informasi lebih lanjut.
Date: