Tetap Waspadai Corona, Ini Tips Transaksi di Kala Pandemi
Virus corona belum juga lenyap dari Indonesia. Jumlah kasus baru terus bertambah bahkan menembus rekor harian pada Selasa, 9 Juni 2020.
Terdapat tambahan kasus baru virus corona sebanyak 1.043 kasus positif. Dengan demikian, jumlah kasus positif mencapai 33.076 serta 11.414 orang di antaranya sembuh dan 1.923 meninggal.
Rekor tersebut terjadi di tengah penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Transisi di Jakarta dan Jawa Timur. PSBB Transisi melonggarkan sejumlah aktivitas yang sebelumnya diperketat seperti penggunaan ojek online, operasional pusat perbelanjaan hingga penggunaan tempat ibadah.
Di Jakarta, pusat perbelanjaan atau mal rencananya akan dibuka pada 15 Juni setelah dibatasi selama 2,5 bulan. Pembukaan itu diharapkan dapat menggerakkan kembali roda-roda perekonomian yang sempat tersendat dalam beberapa waktu terakhir.
Dalam PSBB Transisi, aktivitas transaksi seperti jual beli berpotensi dapat kembali menggeliat. Kendati demikian, protokol kesehatan harus diterapkan demi mencegah penularan virus corona. Berikut ini sejumlah tips sederhana yang dapat diterapkan di tengah pandemi virus corona:
1. Gunakan Dompet Digital
Sebisa mungkin transaksi dilakukan menggunakan dompet digital sehingga menghindari kontak fisik dengan orang lain. Dengan demikian, kita dapat mempersiapkan diri dengan mengisi saldo dompet digital untuk bertransaksi.
Tentu saja, transaksi menggunakan dompet digital belum dapat dilakukan di semua tempat. Oleh karena itu, tidak ada salahnya mempersiapkan diri untuk mengantisipasi risiko kesehatan.
2. Frekuensi Ambil Uang di ATM
Mengingat tidak semua transaksi dapat dilakukan dengan menggunakan dompet digital atau uang elektronik, kita masih membutuhkan uang tunai untuk bertransaksi.
Dalam kondisi seperti ini, kita bisa mengatur frekuensi mengambil uang tunai di ATM. Misalnya, kita mengetahui kebutuhan uang tunai kita dalam sebulan mencapai Rp1 juta. Nah, kita bisa mengambil uang dengan jumlah tersebut saat ke ATM dengan sekali penarikan.
Dengan kata lain, kita tidak perlu berkali-kali datang ke ATM untuk menarik uang dalam jumlah yang lebih kecil (Rp100.000 atau Rp200.000 sekali penarikan). Perubahan kebiasaan itu mengurangi potensi kita untuk menyentuh permukaan yang sering disentuh banyak orang.
3. Belanja Digital
Untuk menghindari kerumunan, kita bisa berbelanja melalui marketplace, media sosial atau platform lain. Pada saat ini, banyak platform yang memudahkan kita untuk berbelanja.
Di Jakarta, misalnya, perusahaan daerah yang mengelola pasar-pasar tradisional di Jakarta membuat program "Belanja dari Rumah". Dengan demikian, kita bisa berbelanja dengan cara mengirim pesan kepada para pedagang pasar. Buah-buahan, sayuran atau bahan pokok yang kita beli kemudian dikirim oleh ojek/kurir.
4. Atur Frekuensi Belanja
Selain belanja digital melalui marketplace atau platform lain, kita bisa berbelanja secara langsung di pasar tradisional atau pasar modern yang memang tetap boleh beroperasi. Dalam situasi ini, kita bisa menerapkan strategi belanja bulanan atau dwi-mingguan.
Maksudnya, dalam sekali waktu, kita berbelanja aneka kebutuhan untuk keperluan dua-tiga minggu atau satu bulan ke depan. Dengan demikian, kita tidak perlu bolak balik berbelanja ke supermarket untuk membeli kebutuhan yang sebenarnya bisa disimpan seperti minyak goreng, bumbu instan atau kecap.
Tentu saja, strategi ini tidak bisa diterapkan untuk berbelanja sayur-sayuran atau buah-buahan yang cepat layu atau busuk. Oleh karena itu, ketika perlu berbelanja di pasar, kita harus menggunakan berbagai alat pelindung diri seperti masker atau bahkan faceshield dan sarung tangan.
Apabila Anda berencana untuk berinvestasi saham, Big Alpha telah menyusun sebuah e-book kuartalan yang berisi 15 saham pilihan. Klik di sini untuk melakukan pemesanan.
Date: