Teman Jualan, Apakah Kita Harus Membeli?

Date:

[Waktu baca: 3 menit]

Pada masa pandemi virus corona, kita menemukan teman yang baru mulai menjalankan usaha dengan memasarkan barang atau jasa yang diproduksi sendiri atau pihak lain. Mereka menawarkan produk seperti makanan, kerajinan tangan hingga jasa desain.

Teman tersebut mulai menjalankan usaha dengan berbagai alasan, mulai dari adanya waktu luang karena bekerja di rumah hingga diberhentikan dari pekerjaannya sehingga harus mencari sumber penghasilan lain.

Teman atau orang yang kita kenal secara akrab atau tidak tersebut biasanya memasarkan dagangannya melalui media sosial, baik grup WhatsApp, Instagram, Twitter atau Facebook. 

Tidak jarang, teman tersebut menawarkan dagangannya secara langsung kepada kita. Tentu saja, kita memiliki dua pilihan yaitu membeli atau tidak membeli produk tersebut. Bagaimana sebaiknya kita perlu bersikap?

Sebelum mengambil keputusan membeli atau tidak, ada sejumlah hal yang barangkali dapat dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan tersebut. Berikut ini sejumlah hal tersebut:

1. Kebutuhan

Sebelum mengambil keputusan tersebut, kita perlu berpikir apakah produk atau jasa yang ditawarkan tersebut dibutuhkan oleh kita. Jangan sampai, kita membeli produk yang kita sendiri tidak membutuhkannya.

Sebagai contoh, seorang teman menawarkan barang dagangan berupa kaos kepada kita. Di saat yang bersamaan, kita sudah memiliki banyak kaos di lemari dan bahkan tidak semua kaos itu sempat dipakai.

Tentu saja, kita bisa memutuskan untuk tidak membeli barang tersebut dengan alasan kita tidak membutuhkannya. Namun sebaliknya, apabila barang dan jasa tersebut adalah sesuatu yang kita butuhkan, kita bisa segera membelinya.

2. Beli Untuk Membantu

Dalam sejumlah kasus, tidak jarang keputusan pembelian dilakukan dengan pertimbangan alasan ingin membantu teman, apalagi teman tersebut sedang menghadapi tantangan pemotongan gaji atau pemberhentikan kerja di masa pandemi.

Dalam kasus ini, keputusan pembelian didasarkan solidaritas sosial terhadap teman yang membutuhkan pertolongan. Tidak ada salahnya kita membelanjakan uang untuk "menghidupkan kompor" di rumah teman.

3. Pengalaman Baru

Tidak ada salahnya pula kita membeli produk yang ditawarkan oleh teman untuk mendapatkan pengalaman baru. Misalnya, seorang teman menawarkan jenis makanan yang sebelumnya belum pernah kita coba.

Kita bisa membeli makanan tersebut untuk mendapatkan pengalaman yang sebelumnya belum pernah kita miliki. Tentu saja, keputusan transaksi ini juga perlu mempertimbangkan kondisi keuangan kita.

4. Berani Menolak

Saat teman menawarkan produk, bukan tidak mungkin kita sedang menghadapi masalah keuangan pribadi. Oleh karena itu, kita perlu berani menolak tawaran tersebut dengan alasan kondisi keuangan personal.

Menolak tawaran teman memang terkadang tidaklah mudah. Namun, kita perlu jujur terhadap kondisi keuangan kita sehingga tidak mengambil keputusan yang justru memperburuk keadaan.