Selamat Hari Riya

Date:

[Waktu baca5 menit]

Seperti hari raya lainnya, hari raya Idul Fitri erat kaitannya dengan kumpul keluarga besar. Berkumpul untuk makan bersama, menanyakan kabar terkini, atau mengomentari kinerja pemerintah tanpa sumpah serapah. Hari besar seperti ini menjadi wadah pertemuan dengan saudara-saudara yang jarang dijumpai. Tante yang gemar bertanya kapan nikah, om yang anti vaksin, atau sepupu yang ternyata buron aplikasi pinjaman online.

Kumpul keluarga besar punya kecenderungan untuk menjadi ajang membandingkan antara pencapaian saudara yang satu dengan yang lainnya. Karena jarang bertemu, awalnya basa-basi bertanya kabar. Yang seharusnya dapat dijawab dengan satu kata ‘baik’, seringnya menjadi panjang dengan sederet pencapaian yang tak sengaja tersebut.

Flexing, begitu istilah anak sekarang. Bagi yang baru pertama kali mendengar kata flexing, mungkin lebih familiar dengan versi syariahnya. Riya.

Entah apa motivasinya, riya bisa terselip di satu dua percakapan kala kumpul-kumpul seperti pada hari raya atau acara sejenis lainnya. Reuni akbar, arisan keluarga, penyuluhan karang taruna, atau buka bersama. Mungkin niatnya murni berbagi kabar, ingin berbasa-basi, atau sekedar memancing pembicaraan agar lebih menarik.

Sepupu A sudah punya tabungan 100 juta di usia 25 tahun, jumlah follower Instagram sepupu B sudah lebih banyak dari penduduk negara Malta, atau sepupu C yang ternyata masuk Forbes 30 Under 30.

Lalu seperti biasa, kita mulai berkaca dan membandingkannya dengan pencapaian diri sendiri. Tabungan masih minimalis, jumlah follower Instagram tak beranjak dari tiga digit, dan masuk dalam daftar Forbes 30 Underpaid. Kecil hati, sudah pasti. Alhasil hanya bisa berdiri di pojokan sambil mengasihani diri sendiri.

Oke, mari kita simpan sejenak mengenai momen kebersamaan pada hari raya dan beralih ke cerita tentang seorang pemuda bernama Harsh Dalal.

Nama Harsh Dalal ramai diperbincangkan satu-dua hari ke belakang kala Forbes mencoret namanya dari daftar Forbes 30 Under 30 Asia tahun 2021. Di usianya yang baru 19 tahun, Harsh seharusnya jadi panutan bagi generasinya. Ia adalah co-founder dan CEO dari sebuah start up bernama Team Labs, sebuah perusahaan pengembangan software yang valuasinya dikabarkan mencapai USD 25 juta.

Dalam wawancaranya dengan salah satu media, Harsh menyebutkan bahwa ia telah mengumpulkan funding sebesar USD 9.8 juta dari beberapa venture capital, seperti Grand Canyon Capital, Startup Capital Ventures, dan Korea Investment Corporation. Pada sesi wawancara yang sama, Harsh juga mengatakan bahwa saat ini Team Labs memiliki lebih dari 100 karyawan yang tersebar di 8 kota.

Sebuah pencapaian yang layak diriyakan saat kumpul keluarga di hari raya, bukan?

Namun ibarat film, cerita Harsh Dalal menyimpan plot twist. Perusahaan media Tech in Asia melakukan investigasi karena menemukan beberapa kejanggalan pada wawancara Harsh Dalal dan fakta-fakta di lapangan.

Yang pertama, Startup Capital Ventures dan Korea Investment Corporation tidak pernah melakukan investasi pada Team Labs. Saat dikonfirmasi, Harsh mengatakan bahwa keduanya memang bukan investor dari Team Labs, malah menanyakan dari mana sumber informasi yang keliru tersebut. Saat ditelusuri, ternyata sumber informasinya adalah dari official press release Team Labs sendiri.

Harsh menekankan bahwa satu-satunya investor Team Labs adalah Grand Canyon Capital. Yang menarik, ketika dilakukan penelusuran, Grand Canyon Capital pun tidak terlihat seperti venture capital yang meyakinkan. Untuk merespon argumen tersebut, Harsh coba mengenalkan 3 orang dari Grand Canyon Capital kepada Tech in Asia. Namun saat dilakukan penelusuran lebih lanjut, Tech in Asia tidak dapat menemukan credential ketiga orang tersebut di mana pun.

Selain investor, Tech in Asia juga mencoba melakukan penelusuran terhadap karyawan Team Labs. Tercatat dalam sesi wawancara sebelumnya, Harsh mengatakan bahwa Team Labs telah memiliki lebih dari 100 orang karyawan. Namun di halaman Linkedin Team Labs hanya tertulis 11 orang. 

Pada website Team Labs, tercantum ada 8 orang leader, yang 4 di antaranya tidak mempunyai akun Linkedin. Ketika coba mencari 4 orang tersebut pada mesin pencari Google, satu-satunya hasil pencarian hanyalah website Team Labs itu sendiri. Sementara sisanya yang mempunyai akun Linkedin, tidak dapat diverifikasi mengenai status kepegawaian di tempat kerja sebelumnya ataupun universitas tempat mereka kuliah.

Berdasarkan temuan-temuan tadi dan desakan dari pembaca, akhirnya Forbes mengeluarkan Harsh Dalal dari daftar Forbes 30 Under 30 Asia tahun 2021.

Sekarang bayangkan Harsh Dalal adalah sepupumu yang hadir saat kumpul keluarga di hari raya. Bayangkan saat dia riya di depan ibunya dan ibumu. Lalu bayangkan ibumu bertanya, "kamu kapan kayak gitu?". Opor yang tadinya nikmat, terasa hambar seketika.

Kemudian bayangkan semua pencapaian tadi ternyata masih dipertanyakan kebenarannya. Sia-siakah kita yang sudah berdiri di pojokan sambil mengasihani diri? Percumakah kita berkecil hati?

Tapi bukan berarti semua yang dikatakan sepupumu yang sukses itu patut dicurigai sebagai tipuan. Jika itu memang benar, then good for them. Bila ceritanya terdengar aneh, ya sudahlah.

Karena seperti yang pernah dibahas pada tulisan ini, kita tidak punya kendali atas apa yang orang lain akan lakukan atau katakan. Kita tidak bisa melarang mereka untuk riya. Yang bisa kita kontrol adalah bagaimana kita meresponnya.

Di hari raya yang kadang riya ini, yang bisa kita lakukan adalah menebalkan telinga kita. Bukan tidak mendengarkan, tapi apa yang masuk ke telinga jangan terlalu dipusingkan.

Seimbangkan dengan mengingat-ingat keberhasilan diri sendiri. Latih diri untuk membesarkan hati. Kita masih dapat bertahan hidup di tengah pandemi hari ini saja sudah suatu prestasi. Hargai setiap upaya. Jangan kecilkan nilai sebuah pencapaian.

Ingat-ingat lagi setiap kemenangan, meski tak perlu disuarakan.

Rayakan saja dalam hati.