Saham SMMA: Grup Keuangan Sinarmas yang Melesat

Date:

[Waktu baca: 5 menit]

Peringkat 10 besar kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI) biasanya didominasi oleh perusahaan "itu-itu saja": BCA, BRI, Unilever, Bank Mandiri, Telkom, Astra International, HM Sampoerna dan sebagainya.

Namun, sampai Agustus 2020, ada sebuah perusahaan yang jarang masuk ke peringkat 10 besar menggeser sejumlah perusahaan big caps lainnya. Menduduki peringkat 10 perusahaan berkapitalisasi pasar besar di BEI, perusahaan itu adalah PT Sinar Mas Multiartha Tbk. (SMMA).

Berdasarkan data RTI, dalam 5 tahun terakhir, harga saham SMMA telah melesat lebih dari 300%. Pada 2015, saham SMMA seharga Rp5.000 sedangkan kini harganya Rp16.500.

Dari namanya, kita mengenal Sinar Mas Multiartha adalah perusahaan yang dimiliki oleh salah satu konglomerasi terbesar di Indonesia, grup Sinar Mas. Sinar Mas Multiartha secara khusus mengelola bisnis jasa keuangan grup Sinar Mas.

Profil 

Sinar Mas Multi Artha adalah perusahaan yang mengelola perusahaan jasa keuangan seperti asuransi, perusahaan pembiayaan (multifinance), sekuritas, bank, perdagangan, manajemen dana dan sebagainya. Usahanya membentang dari Jakarta hingga Nanjing, China.

Sepanjang 2015-2020, perusahaan melakukan serangkaian aksi korporasi. Salah satunya adalah ketika entitas anak, PT Asuransi Sinar Mas, membeli 50% saham PT Asuransi Jiwa Mega Life dari Mega Corpora. Nama perusahaan itu kemudian diubah menjadi PT Asuransi Simas Jiwa.

Di samping itu, perusahaan ini juga melakukan investasi di sejumlah perusahaan keuangan yang sedang naik daun, perusahaan teknologi finansial (tekfin) atau peer-to-peer lending seperti PT Dana Pinjaman Inklusif, PT Dana Saham Bersama dan sebagainya.

Pada 2019, Sinar Mas Multi Artha sempat dikabarkan akan menjadi pembeli siaga dari proses right issue yang akan digelar oleh PT Bank China Construction Bank Indonesia Tbk. Dalam perkembangannya, Sinar Mas Multi Artha hanya mengeksekusi sedikit haknya.

Kinerja Keuangan

Mengapa harga saham SMMA melesat? Salah satu kemungkinannya adalah sentimen peningkatan kinerja Sinar Mas Multi Artha. Pada 2019, pendapatan Sinar Mas Multi Artha meningkat 12,15% menjadi Rp41 triliun dibandingkan dengan Rp37 triliun pada 2018.

Pendapatan perusahaan banyak ditopang oleh entitas anaknya. Dari berbagai lini usaha, pendapatan entitas anak yang melesat pada 2019 antara lain pendapatan bunga dan bagi hasil yang meningkat 10% dan keuntungan dan investasi reksadana 88%. Seperti diketahui, Sinar Mas Multi Artha memiliki anak usaha bank dan perusahaan aset manajemen.

Di samping itu, perusahaan membukukan keuntungan atas penjualan investasi dalam saham sebesar Rp4,8 triliun dan keuntungan atas kenaikan nilai wajar efek yang diperdagangkan sebesar Rp2,5 triliun pada 2019. Pada 2018, Sinar Mas Multi Artha tidak membukukan keuntungan tersebut.

Di saat yang bersamaan, beban Sinar Mas Multi Artha hanya bertambah 2,82% menjadi Rp36,73 triliun pada 2019 dibandingkan dengan Rp35,73 triliun pada 2018. Dengan demikian, laba tahun berjalan perusahaan melesat 229% menjadi Rp5 triliun pada 2019 dibandingkan dengan Rp1,53 triliun pada 2018.

Seiring peningkatan laba tersebut, rasio laba terhadap ekuitas (ROE) perusahaan meningkat menjadi 22% pada 2019 dibandingkan dengan 6,12% pada 2018 dan 8,01% pada 2017. Begitupula dengan ROA Sinar Mas Multi Artha yang menjadi 5,09% pada 2019 dibandingkan dengan 1,53% pada 2018.

Sumber: Laporan Tahunan SMMA

Prospek 2020

Sama seperti perusahaan dari berbagai industri lainnya, Sinar Mas Multi Artha menghadapi kondisi yang tidak mudah akibat pandemi virus corona. Tidak sedikit perusahaan keuangan yang menurunkan target kinerjanya pada 2020.

Kinerja perusahaan keuangan seperti bank atau asuransi biasanya akan mengikuti kinerja pertumbuhan ekonomi. Seperti diketahui, Indonesia diperkirakan mengalami resesi pada kuartal III/2020 setelah pertumbuhan ekonomi diperkirakan kembali minus.

Dalam Penjelasan Terkait Dampak Pandemik COVID-19 Periode Agustus 2020 yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia, Sinar Mas Multi Artha memperkirakan laba bersih dan pendapatan perusahaan turun 25%-50% pada 2020.

Dalam laporan yang sama, perusahaan menyatakan tetap optimis dan berusaha meningkatkan kinerja perusahan dan anak perusahaan dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Pada kuartal II/2020, laba perusahaan turun 6,83% menjadi Rp593,3 miliar. Bagaimana dengan kuartal III/2020? Kita tunggu saja.