Putus Setelah Bertahun-tahun Pacaran, Apakah Termasuk Investasi Bodong?

Date:

Seorang follower akun Big Alpha di Twitter mengirim pesan berisi curahan hati mengenai kisah asmaranya yang kandas. Setelah empat tahun pacaran, hubungannya putus dan tidak berlanjut ke pelaminan. 

Dalam masa pacaran selama lebih dari 1.440 hari, dia menghitung biaya yang dikeluarkan untuk menginap di hotel, tiket travel, bensin, biaya kencan dan sebagainya. Kebetulan, hubungan mereka hubungan antar-kota alias long-distance relationship.

Berapa uang yang dikeluarkan? Sekitar Rp63 juta. “Investasi cinta ternyata mahal banget. Apalagi kalau ga berujung pelaminan,” katanya. Tragis memang.

Direct message di Twitter itu ternyata memicu diskusi di tab mention kami, dan membuat kami merasa harus membahasnya lebih jauh.

Jadi, apakah biaya pacaran itu investasi?

 

Investasi Bodong

Pertanyaannya, apakah pacaran bertahun-tahun tapi kemudian putus seperti itu adalah investasi bodong? Pertanyaan ini sebenarnya pertanyaan gurauan, tapi sebenarnya mengandung makna yang serius.

Dalam pengertian umum, investasi bodong adalah kegiatan pengelolaan aset (terutama berupa uang) yang menjanjikan tingkat keuntungan sangat tinggi namun tidak terealisasi atau tidak mungkin terealisasi.

Dalam berbagai praktik investasi bodong, pengelola menawarkan produk investasi dengan janji keuntungan yang sangat tinggi. “Investor” atau korban diminta untuk menyerahkan uang untuk dikelola oleh pengelola investasi itu.

Setelah korban (biasanya terdiri dari banyak orang) menyerahkan sejumlah uang, pengelola melarikan diri membawa kabur uang tersebut. Kasus seperti ini pernah terjadi di Klaten (Jawa Tengah), Lumajang (Jawa Timur) dan berbagai daerah lain di Indonesia.

Sebagian dari anggota masyarakat kita tertarik untuk berinvestasi di investasi bodong itu karena tergiur dengan janji keuntungan yang tinggi. Didorong hasrat ingin cepat kaya, mereka mempercayakan uang kepada pengelola tersebut.

Oke, itu sedikit tentang definisi umum mengenai investasi bodong.

Kembali ke pacaran. Apabila salah satu pihak menjanjikan sesuatu (misalnya, pernikahan) di ujung masa pacaran dan pihak tersebut meminta pasangannya untuk mengeluarkan uang untuk biaya pacaran (makan, nonton, jalan-jalan) maka situasi itu mirip dengan modus investasi bodong.

Modus itu akan terbukti mirip investasi bodong kalau di ujung masa pacaran mereka tidak jadi menikah. Sudah diminta keluar uang banyak, tapi tidak jadi menikah. Tidak sedikit kasus seperti ini terjadi di sekitar kita.

 

Bukan Investasi Bodong

Pacaran adalah masa untuk mengenal satu sama lain. Dalam proses itu, kedua belah pihak biasanya menghabiskan waktu bersama, termasuk untuk melakukan aktivitas yang membutuhkan uang seperti makan, nonton film atau jalan-jalan.

There are two people flirting with each other and enjoying their time.

Sama halnya pernikahan yang tidak selalu berujung ke situasi “sehidup-semati”, pacaran juga bisa berujung ke putus. Pacaran bisa berakhir dengan pernikahan, tapi juga memiliki risiko putus. 

Dengan karakteristik di atas, ongkos yang dikeluarkan selama pacaran tidak cocok dikategorikan sebagai investasi (investment) melainkan lebih ke entertainment expenses

Manfaat dari beban pengeluaran makan, nonton, ongkos transport dan hotel selama LDR, sudah dinikmati dalam tahun berjalan tanpa bisa diteruskan (carry forward) ke tahun berikutnya.

Prinsip ini juga sesuai dengan salah satu prinsip akuntansi bernama matching principle, dimana biaya yang dikeluarkan dan benefit yang diterima haruslah dicatat dalam periode yang sama.

Toh, benefit yang melekat dalam masa pacaran sudah berhasil dinikmati, baik itu companionship atau benefit dari aktivitas pacaran itu sendiri (makan, nonton, traveling dan sebagainya).

Jadi, next time kamu mengeluarkan uang untuk pasanganmu, anggaplah itu biaya yang tidak akan pernah kamu dapatkan imbal hasilnya.

It’s not an investment, it’s an expense.