Prospek Saham Batubara Tahun 2018
Salah satu sektor yang paling panas di tahun 2018 adalah sektor pertambangan batubara. Setelah bangkit dari titik terendahnya sepanjang tahun 2017, harga jual acuan batubara terus mendaki hingga saat ini.
Lalu masuk ke kuartal dua tahun 2018, bagaimana prospeknya?
Melihat kondisinya, sepertinya sektor ini akan tetap membara sepanjang 2018. Memang sepanjang Q1 2018, ketika harga acuan batubara mulai terkoreksi ke level $90an per metric ton, mulai banyak bermunculan sentimen negatif tentang saham-saham batubara.
Mulai banyak yang bilang bahwa ini adalah awal keruntuhan sektor ini setelah naik tinggi di tahun 2017 lalu.
Tapi pada kenyataannya, harga batubara terus mendaki hingga saat ini kembali menembus $100 per metric ton. Bahkan, harga jual batubara untuk bulan Juni 2018 sudah menembus $108 per metric ton yakni level harga jual tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Memang, ada beberapa emiten yang mencetak sedikit penurunan harga di kuartal satu kemarin. Big Alpha berpendapat hal ini disebabkan karena faktor seasonal saja. Untuk perusahaan batubara, selain harga jual acuan internasional, faktor cuaca adalah faktor lain yang tidak kalah penting untuk kinerja mereka.
Proses bisnis perusahaan batubara yang cenderung sederhana (gali, angkut, dan jual) jika dibandingkan dengan sektor lain, akan terganggu apabila cuaca tidak mendukung. Inilah yang sebenarnya terjadi di kuartal satu kemarin, ketika curah hujan yang cukup tinggi melanda Indonesia yang berujung ke terhambatnya kegiatan operasi perusahaan-perusahaan batubara.
Turunnya kinerja beberapa perusahaan batubara di kuartal satu akibat faktor seasonal tadi menjadi sentimen negatif untuk harga saham mereka. Ditambah lagi dengan melemahnya rupiah dan keluarnya dana asing dari IHSG beberapa waktu yang lalu, harga saham-saham batubara pun terkoreksi cukup dalam.
Lalu ke depannya bagaimana? Apakah sektor ini masih menjanjikan?
Ada beberapa hal yang layak dijadikan pertimbangan sebelum anda membeli saham batubara:
Kinerja perusahaan pertambangan batubara malah akan semakin baik seiring berkurangnya intensitas curah hujan di Indonesia. Memasuki kuartal kedua, curah hujan biasanya akan berkurang seiring dengan masuknya musim kemarau di wilayah Indonesia. Mempertimbangkan faktor ini, operasional perusahaan-perusahaan batubara harusnya tidak akan terganggu lagi.
Masuknya musim panas juga diprediksi menjadi sentimen baik untuk harga batubara, karena diperkirakan permintaan batubara dari Cina akan semakin tinggi. Dengan datangnya musim panas, kebutuhan energi akan semakin meningkat seiring meningkatnya intensitas penggunaan pendingin ruangan.
Sentimen DMO, yang kami pernah tulis di artikel ini, juga diharapkan semakin berkurang. Untuk menyiasati harga DMO yang dipatok pemerintah lebih rendah dari harga acuan, perusahaan-perusahaan batubara mulai meningkatkan penjualan batubara berkalori tinggi yang harga jualnya lebih tinggi untuk pasar ekspor. Ini dilakukan agar margin keuntungan mereka tetap terjaga sebagai net off dari harga DMO yang lebih rendah.
Harga batubara juga mendapatkan angin segar seiring meningkatnya harga minyak dunia yang sudah menembus $80 per barrel. Bahkan beberapa investment bank seperti Morgan Stanley, memprediksi harga minyak akan menyentuh $90 per barrel dalam dua tahun ke depan. Ini tentu saja menjadi sentimen baik untuk harga batubara dunia yang sama-sama bertindak sebagai komoditas energi dunia.
Lalu sekarang bagaimana?
Sentimen pelemahan rupiah dan koreksi harga jual acuan batubara di kuartal satu kemarin malah memberikan kesempatan unik untuk investor yang ingin masuk sektor ini.
Koreksi yang cukup dalam memberikan entry point yang ideal untuk masuk ke saham-saham batubara dalam jangka panjang. Bahkan jika dibandingkan dengan laba jumbo yang mereka dapatkan di kuartal satu kemarin, banyak harga saham perusahaan batubara yang dijual dibawah harga pasar.
Mempertimbangkan semua faktor di atas, sepertinya batubara masih akan panas, setidaknya hingga akhir tahun 2018.
Date: