Probabilitas IHSG Naik di Bulan April

Date:

[Waktu baca: 4 menit]

Kita akan segera memasuki bulan April 2021. Di bulan keempat ini, umat Muslim akan menjalani bulan Ramadhan yang diperkirakan akan dimulai pada tanggal 13 April.

Bagaimana dengan pergerakan IHSG di bulan April? Menarik untuk dicermati data historis pergerakan IHSG di bulan April dalam 19 tahun terakhir.

Berikut ini datanya (dalam %):

Tahun April
2020 3.91
2019 -0.21
2018 -3.14
2017 2.1
2016 -0.14
2015 -7.83
2014 1.51
2013 1.88
2012 1.44
2011 3.83
2010 6.98
2009 20.13
2008 -5.83
2007 9.19
2006 10.69
2005 -4.68
2004 6.49
2003 13.28
2002 10.85
Average 3.71

Dari data di atas diketahui bahwa rata-rata pergerakan IHSG dalam 19 tahun terakhir (2002-2019) adalah 3,71%. Dalam 19 tahun, IHSG naik 13 kali dan turun 6 kali. Dengan kata lain, probabilitas IHSG naik adalah 68% dalam 2002-2019.

Apakah IHSG akan naik di April 2021? Belum tentu. Kinerja masa lalu tidak menjamin akan terulang lagi di masa depan. Setiap April memiliki kondisinya masing-masing. April 2019, misalnya, pemerintah menggelar Pemilihan Presiden yang berdampak terhadap banyak aspek di masyarakat (ekonomi, politik, sosial, budaya dan sebagainya).

Pada April 2020, Indonesia menghadapi fase awal penyebaran virus corona setelah pemerintah mengumumkan kasus positif pertama pada awal Maret 2020. April 2020 adalah bulan pertama pemerintah menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Sementara itu, April 2021 adalah fase dimana pemerintah menyelenggarakan vaksinasi untuk masyarakat secara berkala di berbagai daerah. Pada saat ini, ekonomi belum sepenuhnya pulih setelah terpukul oleh pandemi corona. Konsumsi masyarakat belum kembali membaik.

Bank Indonesia memperkirakan inflasi pada Maret 2021 sebesar 1,36% (year-on-year) dan 0,08% pada (month-to-month). Sebagai pengingat, pada April 2020 saat bulan Ramadhan, inflasi sebesar 1,21% (yoy) dan o,08% (mom).

Pada 2020, BPS menyatakan inflasi April 2020 merupakan inflasi terendah dalam 17 tahun terakhir. Padahal, bulan Ramadhan sering diikuti kenaikan harga-harga barang dan jasa karena adanya lonjakan permintaan barang dan jasa. Inflasi yang terlalu rendah menunjukkan adanya masalah dalam daya beli masyarakat.

Pada kuartal II/2020 yang dimulai pada bulan April, pertumbuhan ekonomi Indonesia memang terkontraksi cukup dalam akibat pandemi yang berdampak terhadap permintaan barang dan jasa. Kuartal II/2020 menjadi awal dari resesi Indonesia saat itu.

Bagaimana kuartal II/2021? Mengacu kepada pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan minus pada kuartal I/2021 dengan perkiraan minus 0%-0,1%.

Dibandingkan dengan kuartal IV/2020, persentase penurunan itu semakin mengecil. Artinya, ekonomi Indonesia mengalami proses pemulihan. Jika kinerja ekonomi terjaga dan proses vaksinasi terus berjalan sesuai target, bukan tidak mungkin ekonomi Indonesia akan tumbuh pada kuartal II/2021 kendati dengan peningkatan yang belum setinggi masa pra-pandemi. 

Di samping pencegahan penyebaran virus melalui berbagai macam cara seperti kebijakan larangan mudik dan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), proses vaksinasi menjadi salah satu kunci pemulihan kesehatan yang akan berimbas terhadap pemulihan ekonomi.


 

Tags: