Pilah-pilih Investasi Kripto Alternatif Bitcoin
[Waktu baca: 6 menit]
Bitcoin belum berhenti menggila. Pekan ini harga mata uang kripto paling populer di dunia tersebut konsisten menembus level psikologis US$50.000, hingga puncaknya sempat mencapai nominal US$52.621,84 per keping pada pertengahan perdagangan Kamis (18/2/2021). Ini merupakan harga tertinggi baru sepanjang masa.
Rekor tersebut tercapai, salah satunya, dipicu sentimen rilis data penjualan ritel, output industri dan harga produsen AS sepanjang Januari 2021 yang mengindikasikan tanda-tanda pemulihan ekonomi di Negeri Paman Sam.
Keputusan beberapa korporasi besar seperti Microstrategy Inc., Square Inc., hingga terakhir Tesla Inc. untuk mulai melirik Bitcoin sebagai aset investasi juga semakin mengerek permintaan terhadap aset kripto temuan Satoshi Nakamoto tersebut.
Bila ditarik mundur, tak sampai 2 bulan, harga Bitcoin yang sempat terkoreksi ke level US$51.168,70 alias Rp735,4 juta per Jumat (19/2/21) pukul 12.00 WIB telah menguat sekitar 89,6% dari posisi awal tahun senilai US$26.975,73. Ini merupakan tren lanjutan setelah sepanjang 2020 Bitcoiun mengalami kenaikan hingga 275,17%.
Patut digarisbawahi bahwa meski harganya sudah tinggi, Bitcoin dapat diperdagangkan dengan transaksi pecahan nyaris tak terbatas. Aset kripto ini bahkan bisa diperjual belikan dengan nominal US$2 saja, atau setara kurang dari Rp30.000. Tentu dengan catatan nilai tersebut proporsional sesuai dengan harga yang ada.
Unit Nilai BTC
Walau demikian, adanya tren kenaikan yang sudah berlebihan bikin sebagian kalangan masih ragu untuk terus melakukan pembelian Bitcoin.
Volatilitas harga Bitcoin yang cenderung tinggi juga tak selalu cocok dengan kondisi psikologis seluruh investor. Maka, menjadi wajar bila aset-aset kripto lain—yang volatilitas harganya cenderung lebih stabil—juga mulai dilirik sebagai alternatif.
Saat ini di dunia telah diperdagangkan lebih dari 4.400 jenis mata uang kripto. Beberapa di antaranya tercatat memiliki rekam jejak harga cenderung stabil, meski nilai kapitalisasinya memang masih jauh bila dibandingkan dengan Bitcoin.
Baca juga: Dollar, Bitcoin dan IHSG: Outlook 2021
Ethereum: Penopang Bitcoin
Salah satu yang sudah teruji adalah Ethereum. Diluncurkan sejak 2015, atau 6 tahun setelah kelahiran Bitcoin, Ethereum bisa dibilang merupakan alternatif Bitcoin dengan kinerja paling sukses saat ini.
Bila mengacu data coinmarketcap.com, kapitalisasi pasar Ethereum per Jumat (19/2/2021) siang telah mencapai US$26,61 miliar. Nominal ini berada di urutan kedua, hanya kalah dari Bitcoin yang telah punya kapitalisasi pasar di atas US$950 miliar.
Bila dilihat dengan lanskap lebih luas, Etherium juga merupakan satu-satunya aset kripto di luar Bitcoin yang punya kapitalisasi pasar 12 digit dolar AS.
Keberhasilan Ethereum membayangi Bitcoin sebenarnya beralasan. Ethereum punya daya tarik lain berupa fungsi untuk kontrak pintar (smart contract), sesuatu yang tidak dimiliki Bitcoin.
Smart Contract merupakan perjanjian dalam bentuk kode komputer yang terdesentralisasi, yang mana mana daya komputasi bergantung pada node-node di dalam Ethereum itu sendiri. Sehingga, tidak seperti perjanjian kontrak konvensional, keberadaan Ethereum memungkinkan beberapa pihak menyepakati sebuah perjanjian atau transaksi yang aman tanpa diperlukan pengacara atau legalitas hukum tertentu.
Bila digabungkan dengan sistem blockchain yang dimiliki Bitcoin, Ethereum akan memungkinkan sebuah kontrak pintar dilakukan di luar pantauan sistem suatu otoritas. Inilah sebabnya harga Ethereum cenderung mengikuti tren naik turun Bitcoin. Banyak pengguna Bitcoin yang juga bergantung pada Ethereum untuk menjalankan kepentingan-kepentingan mereka.
Menimbang fungsi tersebut, wajar bila saat ini Ethereum belum bisa mengimbangi nilai tukar Bitcoin. Tetapi, bila ke depan perkembangan teknologi yang kompleks menuntut semakin tingginya kebutuhan kontrak pintar, bukan mustahil jarak kapitalisasi pasar antara Bitcoin dan Ethereum bakal terpangkas.
Potensi tersebut agaknya juga tampak dari tren sejak awal tahun. Harga Ethereum yang berkisar US$1.906,82 per keping pada Jumat (19/2/2021) pukul 12.00 WIB tercatat telah menguat 155,5% dari posisi awal tahun yang sebesar US$746,06.
Artinya, hingga sebulan lebih tahun 2021 berjalan, persentase penguatan harga Ethereum justru lebih tinggi bila dibandingkan Bitcoin.
Baca juga: Secerah Apa Prospek Investasi di Platform P2P Lending Tahun Ini?
Litecoin: Lebih Stabil
Alternatif aset kripto lain yang bisa dijajaki dan barangkali cenderung lebih cocok untuk pemula adalah Litecoin. Aset kripto ini berusia lebih tua dari Etherium, tepatnya pertama kali diluncurkan pada 2011.
Kapitalisasi pasar Litecoin yang cuma di kisaran US$14,96 miliar memang jauh lebih rendah dari kapitalisasi pasar Bitecoin maupun Ethereum. Litecoin juga masih kalah secara pangsa pasar bila dibandingkan Binance Coin, Thether atau Cardano.
Namun, aset kripto yang satu ini punya satu hal yang tak dimiliki Bitcoin, Ethereum dan kompetitor papan atas lain, yakni stabilitas harga.
Ya, bila dibandingkan Bitecoin atau Ethereum, fluktuasi harga Litecoin dalam jangka pendek cenderung lebih landai. Dalam 24 jam persentase pergerakan mata uang kripto ini jarang menyentuh 2 digit.
Meski demikian, toh kondisi tersebut tak menghalangi tren penguatan jangka panjang yang terjadi.
Per Jumat (19/2/2021) pukul 12.00 WIB misal, harga Litecoin yang mencapai US$223,76 telah menguat sekitar 74% dari nilai US$128,26 per keping secara year to date (ytd).
Sepanjang 2020, dari bulan Januari menuju Desember Litecoin juga mengalami total penguatan harga hingga 140% lebih.
Cardano: Ethereum Killer yang Masih Murah
Satu nama mata uang kripto lain yang bisa jadi alternatif Bitcoin adalah Cardano.
Sama seperti Ethereum, Cardano merupakan salah satu nama menonjol lantaran pada 2020 penguatan harga aset kripto ini mampu mengimbangi Bitcoin, tepatnya mencapai 200% lebih.
Alasannya pun hampir sama. Seperti Ethereum, penguatan Cardano dipicu oleh teknologi yang mereka tawarkan. Kemampuan mereka mengekseskusi kontrak pintar boleh jadi belum secemerlang Ethereum. Namun, kecepatan transaksi yang dimiliki mata uang kripto ini disebut-sebut telah menandingi Ethereum.
Julukan Ethereum Killer pun kerap disematkan pada Cardano. Bukan saja karena kemampuan yang mirip, tapi juga lantaran mata uang ini dirintis oleh Charles Hoskinson. Seperti diwartakan Investopedia, Hoskinson merupakan salah satu anggota tim yang pertama kali merintis Ethereum, namun memutuskan hengkang karena perbedaan pendapat dengan pendiri-pendiri lainnya.
Potensi investasi Cardano ada pada harganya yang jauh lebih murah. Per Jumat (19/12/2021) siang misal, harga satu keping Cardano masih ada pada kisaran US$0,89 atau tak sampai Rp13.000.
Faktor harga yang masih sangat rendah itu, tentu saja, membuat ruang bagi proporsi kenaikan Cardano cenderung terbuka lebih lebar. Maka, wajar bila pada kapitalisasi pasar mata uang kripto ini berada di peringkat 3, hanya kalah dari Bitcoin dan Etherium.
Date: