Masih Ada! Harga Saham LQ-45 di Bawah Rp1.000

Date:

[Waktu baca: 3 menit]

Bagi sebagian investor atau trader saham, membeli saham bukan hanya mempertimbangkan data fundamental atau indikator teknikal, tapi juga nominal harga pasar. Mengapa?

Harga pasar diperhatikan karena akan menentukan modal yang dibutuhkan untuk membeli saham tersebut. Sebagai contoh sederhana, membeli saham dengan harga pasar di atas Rp1.000 dan saham dengan harga pasar di bawah Rp1.000 tentu membutuhkan modal yang berbeda.

Misalnya, saham A seharga Rp900 per lembar dan saham B Rp1.500 per lembar. Untuk membeli 1 lot (100 lembar) saham A dibutuhkan modal minimal sekitar Rp90.000 sedangkan untuk membeli saham B minimal Rp150.000. Berbeda, bukan?

Itulah mengapa sebagian investor atau trader saham, termasuk para pemula yang bermodal tipis, mengincar saham-saham dengan harga pasar di bawah Rp1.000.

Pertanyaannya, saham apa yang harga pasarnya di bawah Rp1.000? Pada saat ini, terdapat banyak saham yang masuk kategori itu. Berikut ini tiga saham yang masuk Indeks LQ-45 yang harga pasarnya masih di bawah Rp1.000!

1. SRIL (Sri Rejeki Isman)

Harga SRIL pada penutupan perdagangan, Selasa, 12 Januari 2021 sebesar Rp270 per lembar. SRIL adalah saham LQ-45 yang harga pasarnya paling rendah saat ini. Perusahaan yang memproduksi tekstil dan garmen ini melakukan IPO pada 17 Juni 2013 dengan harga penawaran perdana sebesar Rp240 per lembar.

2. SMRA (Summarecon Agung)

Harga SMRA pada penutupan perdagangan, Selasa, 12 Januari 2021 sebesar Rp880 per lembar. SMRA adalah perusahaan properti yang IPO pada 1990 dan pernah melakukan stock split pada 1996.

3. PWON (Pakuwon Jati)

Harga PWON pada penutupan perdagangan, Selasa, 12 Januari 2021 sebesar Rp570. PWON adalah perusahaan properti yang IPO pada 1989 dan pernah beberapa kali melakukan stock split (1996, 2007 dan 2012).

Bukan Jaminan Murah

Perlu diingat, harga pasar di bawah Rp1.000 bukan berarti saham tersebut murah atau mahal.

Murah atau mahalnya suatu saham biasanya diukur dengan indikator seperti harga saham dibandingkan dengan laba bersih atau price to earning ratio (PER) serta harga saham dibandingkan dengan nilai buku atau price to book value (PBV).

Untuk mengetahui tinggi atau rendahnya PER serta PBV suatu saham bisa diukur dengan membandingkan data pada saat ini dengan data historis indikator tersebut dalam beberapa waktu terakhir serta dibandingkan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama. Salah satu tantangan bagi investor saham adalah menemukan saham murah pada saat ini untuk dijual di harga yang lebih mahal di masa depan.