Perbedaan Saham dan Reksa Dana Saham

Date:

[Waktu baca: 4 menit]

Sebagian investor pemula terkadang bingung membedakan saham dan reksa dana saham. Apa perbedaan saham dan reksa dana saham?  Bagaimana potensi keuntunga di antara dua instrumen ini? 

Berikut ini sejumlah perbedaan saham dan reksa dana saham:

1. Jenis Instrumen

Apa perbedaan rendang dan nasi padang? Keduanya adalah makanan, tapi memiliki perbedaan. Nasi padang bisa berisi rendang, tapi rendang tidak bisa berisi nasi padang.

Keduanya bisa dimakan, tapi berbeda karena rendang adalah lauk tanpa nasi, sedangkan nasi padang adalah satu menu yang terdiri dari nasi dan lauk. Ilustrasi ini dapat digunakan untuk memahami perbedaan saham dan reksa dana saham.

Saham dan reksa dana adalah dua jenis instrumen investasi yang berbeda. Reksa dana saham berarti instrumen investasi yang berisi saham, sedangkan saham tidak bisa berisi reksa dana. 

Perbedaan keduanya dipisahkan secara jelas berdasarkan definisinya dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Dalam UU tersebut, saham dikategorikan sebagai efek, sedangkan reksa dana diartikan sebagai wadah menghimpun dana yang diinvestasikan di portofolio efek.

Saham adalah bukti kepemilikan suatu pihak atas perusahaan, sedangkan reksa dana saham adalah instrumen investasi yang berisi saham. Keduanya memiliki persamaan: sama-sama dapat dibeli oleh investor sebagai instrumen investasi.

2. Manajer Investasi VS Diri Sendiri

Perbedaan kedua antara saham dan reksa dana saham adalah pihak yang mengelola dan memilih saham. Sederhananya, dalam investasi saham, investor bisa memilih sendiri saham yang akan dibeli. Di sisi lain, dalam investasi reksa dana saham, investor tidak bisa memilih saham yang akan dibeli.

Mengapa demikian? Berbeda dari investasi saham dimana investor bisa bebas memilih saham, investor reksa dana tidak bisa memilih saham yang akan dikelola dalam reksa dana saham karena hal tersebut merupakan tugas dari manajer investasi.

Manajer investasi adalah pihak yang bekerja untuk mengelola sekumpulan efek (seperti saham) supaya efek tersebut menghasilkan keuntungan. Manajer investasi atau perusahaan manajemen aset adalah pihak yang memilah, mempelajari lalu membeli efek tersebut untuk ditransaksikan.

Dengan kata lain, "pekerjaan rumah" yang seharusnya dilakukan investor saham diambil alih oleh manajer investasi ketika mengelola reksa dana saham. Reksa dana saham menjadi alternatif bagi investor yang ingin investasi saham tapi tidak punya waktu memilah dan mempelajari saham.

Apakah berarti investor reksa dana saham dapat mempercayakan sepenuhnya kepada manajer investasi?  Idealnya, investor reksa dana perlu melakukan sejumlah hal supaya tidak melakukan 5 kesalahan ini.

3. Perantara

Dalam investasi saham, perantara proses transaksi adalah perusahaan sekuritas (broker saham) atau pihak yang mengatur pertemuan antara pembeli dan penjual saham. Dengan kata lain, investor saham bertransaksi saham melalui perusahaan sekuritas tersebut.

Dalam investasi reksa dana saham, perantara proses transaksi adalah wakil penjual reksa dana yang bisa berupa bank, manajer investasi atau perusahaan teknologi finansial. Investor bisa membeli reksa dana saham dengan cara datang langsung ke bank atau melalui aplikasi di smartphone.

4. Potensi Keuntungan

Pada umumnya, potensi keuntungan saham lebih tinggi daripada reksa dana saham, tentu saja disertai dengan risiko yang tinggi pula. Dalam satu hari perdagangan, harga suatu saham bisa melesat hingga 20%-35% sedangkan harga reksa dana saham membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengalami peningkatan harga sebesar itu.

Mengapa demikian? Reksa dana saham tidak hanya berisi satu saham melainkan beberapa saham dengan jumlah alokasi yang telah ditentukan oleh regulasi. Peningkatan harga suatu saham dalam portofolio efek reksa dana saham akan berpengaruh terhadap harga reksa dana sesuai dengan alokasinya. Dinamika pergerakan saham yang ada di dalam reksa dana saham tentu saja berbeda-beda.

Dari sudut pandang manajer investasi, uang yang dikelola dalam reksa dana adalah "uang orang lain". Dengan demikian, saham yang dipilih biasanya bukan saham-saham berisiko tinggi.  Manajer investasi juga tidak bisa seenaknya memilih saham. Sementara itu, dalam investasi saham, investor saham bebas memilih saham, tentu saja dengan segala risikonya.