Momentum Besar Akselerasi Bisnis Samudera Indonesia

Date:

Emiten pelayaran, pengangkutan logistik, dan kepelabuhan PT Samudera Indonesia Tbk. menjadi salah satu di antara jajaran emiten anggota indeks IDX Sector Transportation & Logistic yang harganya melonjak tinggi pada tahun ini.

Berdasarkan data RTI, hingga sesi pertama hari ini, Jumat (8/10), saham emiten berkode SMDR ini sudah bertengger di level Rp695, meningkat 144,72% sepanjang tahun ini atau secara year-to-date (YtD). Saham SMDR sejatinya bahkan sempat menyentuh level Rp785 pada akhir Juli 2021 lalu.

Lonjakan pesat harga saham SMDR ini mulai terjadi pada awal Mei 2021, setelah selama 2 tahun sebelumnya pergerakan sahamnya cenderung stagnan di bawah level Rp300. Adapun, terakhir kali saham SMDR menyentuh level Rp600-Rp700-an adalah pada akhir 2014 hingga awal 2015.

Oleh karena itu, menarik untuk mengetahui kinerja emiten ini dan sentimen yang mendorong lonjakan harganya. 

Sepanjang tahun ini, sebenarnya ada sejumlah sentimen penting yang mendukung bisnis SMDR. Dengan demikian, tidak begitu mengejutkan jika akhirnya sahamnya diapresiasi sangat tinggi.

Menariknya, bahkan setelah sahamnya diapresiasi sangat tinggi, valuasi SMDR masih tetap sangat murah. Price to earning ratio atau rasio harga saham berbanding laba per saham SMDR hanya 3,32 kali, sedangkan price to book value (PBV) atau harga berbanding modal per saham hanya 0,84 kali.

Sebagai pembanding, rata-rata PER dan PBV seluruh pasar atau IHSG kini ada di level 12,5 kali dan 2,4 kali. Namun, SMDR tidak sendiri dalam tren ini. Saham emiten pelayaran lainnya, yakni PT Temas Tbk. (TMAS) juga memiliki valuasi dan tren pergerakan harga yang mirip.

Sepanjang tahun ini, harga saham TMAS sudah naik 126,09% YtD ke level Rp312. Kenaikan pun mulai pesat sejak pertengahan Mei 2021 dan memuncak pada pertengahan Juni 2021 di level Rp456. PER dan PBV TMAS saat ini masing-masing 2,83 kali dan 1,17 kali.

Artinya, selain adanya sentimen individu yang menopang pergerakan kinerja SMDR tahun ini, ada pula sentimen industri yang mendorong kenaikan harga saham di kalangan emiten pelayaran dan logistik akhir-akhir ini.

 

Akuisisi Bisnis Ahlers

Salah satu kabar penting SMDR pada awal tahun ini adalah pengambilalihan kegiatan usaha Ahlers yang berada di Indonesia. Perseroan mengambil alih seluruh kegiatan komersial Ahlers melalui anak perusahaannya yakni PT Silkargo Indonesia yang bergerak sebagai penyedia layanan jasa logistik.

PT Silkargo Indonesia efektif menerima pengalihan bisnis PT Ahlers Thoeng Indonesia per 1 Maret 2021. Adapun, Ahlers adalah perusahaan logistik asal Belgia yang sudah berpengalaman lebih dari 100 tahun. Ahlers sendiri mengalihkan bisnisnya karena ingin fokus di Rusia dan negara-negara CIS.

Sementara itu, Samudera Indonesia sudah lebih dari 65 tahun mengembangkan jangkauan pelayaran dan layanan logistik untuk menghubungkan Indonesia dan dunia. Potensi Indonesia sebagai pasar terbesar di Asia Tenggara membuat SMDR terus fokus menggarap pasar domestik ini.

Melalui kerja sama ini, keduanya menyepakati perjanjian kemitraan sebagai worldwide logistics partner dengan mengkombinasikan keunggulan dan network masing-masing. Sebagian besar layanan komersial dan pelanggan Ahlers Indonesia pun akan bergabung dengan Samudera Indonesia.

Jika menilik kinerja keuangan SMDR, terlihat adanya peningkatan signifikan pada bisnis SMDR yang tentu tidak terlepas pula dari kontribusi Ahlers. Total pendapatan SMDR pada paruh pertama tahun ini adalah sebesar US$274 juta, tumbuh 10,7% year-on-year (YoY).

Sebagian besar pendapatan disumbangkan oleh lini pendapatan uang tambang atau pengangkutan sewa (freight income), yakni US$201 juta, tumbuh 20% YoY. Sementara itu, pendapatan dari jasa keagenan, forwarding, dan pelabuhan justru turun tipis 1% menjadi US$38,95 juta.

Selain itu, perseroan mengalami perbaikan signifikan dari sisi laba bersih. Hal ini terutama karena terjadinya penghematan besar pada sejumlah pos beban jasa. Berbeda dibandingkan pendapatan yang naik, beban jasa SMDR justru turun 1% menjadi US$211,6 juta.

Secara total, perseroan berhasil membukukan laba bersih sebesar US$23,64 juta pada paruh pertama tahun ini. Nilai ini meroket 380,5% YoY dibanding periode yang sama tahun lalu yang hanya US$4,92 juta.

Capaian laba bersih pada paruh pertama tahun ini bahkan sudah lebih besar dibandingkan capaian setahun penuh dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan, SMDR masih rugi dalam beberapa tahun terakhir. Berikut ini perkembangan kinerja keuangannya:

Perseroan sendiri merahasiakan nilai transaksi perjanjian dengan Ahlers ini, sebab hal itu merupakan bagian dari perjanjian tersebut. Kendati demikian, kerja sama ini tentu berdampak signifikan bagi prospek bisnis perseroan dan sejalan dengan agenda ekspansi perseroan.

Perseroan sendiri tahun ini memang memiliki sejumlah rencana ekspansi, antara lain penambahan kapasitas kapal peti kemas, kapal tanker, hingga kapal curah. Perseroan memandang bahwa peluang pertumbuhan yang lebih besar saat ini adalah pada bisnis internasional ketimbang domestik.

Oleh karena itu, kerja sama dengan Ahlers adalah langkah strategis untuk mengembangkan potensi bisnis di masa mendatang.

Perseroan juga masih memandang besarnya peluang di bisnis pelabuhan sehingga akan tetap digarap serius. Demikian juga bisnis logistik akan menjadi sasaran ekspansi perseroan, terutama mengingat kebutuhan distribusi produk nasional makin tinggi seiring dengan peningkatan transaksi online.

Adapun, total belanja modal atau capital expenditure (capex) yang dianggarkan untuk kebutuhan ekspansi ini adalah sebesar US$50 juta. Mayoritas dari dana tersebut akan digunakan untuk pembelian kapal, sisanya untuk pengembangan pelabuhan dan fasilitas logistik.

Tahun ini, perseroan akan melanjutkan strategi sebelumnya yang sudah terbukti efektif dan memberikan hasil positif, yakni penggunaan kapal berteknologi tinggi. Dengan strategi ini, perseroan berharap membalikkan kinerja rugi tahun lalu menjadi laba pada akhir tahun ini. Adapun, kerugian yang terjadi pada akhir 2020 lalu bukanlah karena operasional bisnis, melainkan kerugian buku akibat penjualan kapal yang nilai bukunya lebih tinggi dari nilai kapal.

Oleh karena itu, dengan mengganti kapal-kapal tua dengan yang baru dan berteknologi baru yang lebih canggih akan meningkatkan efektivitas bisnis di masa mendatang dan membalikkan posisi rugi perseroan.

 

Pemulihan Bisnis Pelayaran

Kondisi pandemi sempat menekan bisnis pelayaran secara internasional. Namun, seiring dengan pemulihan ekonomi global, permintaan terhadap layanan peti kemas melonjak, termasuk harganya.

Hal ini disebabkan karena tingkat permintaan mendadak menjadi lebih tinggi ketimbang pasokan jasa. Kondisi ini menguntungkan pemilik kapal dan menjadi salah satu faktor utama peningkatan kinerja keuangan SMDR tahun ini.

Rata-rata emiten pelayaran memiliki fixed cost atau biaya yang bersifat tetap, misalnya depresiasi kapal. Oleh karena itu, ketika pendapatan turun, efeknya besar terhadap tergerusnya margin, bahkan hingga rugi.

Namun, sebaliknya jika pendapatan naik, biaya yang relatif tidak berubah menyebabkan lonjakan laba menjadi tinggi pula. Hal itulah yang terjadi pada SMDR tahun ini.

Manajemen SMDR menyebutkan bahwa sampai dengan Juli 2021, kinerja SMDR meningkat lebih dari 600% YoY akibat kenaikan permintaan dan harga kargo dunia. Oleh karena itu, perseroan optimistis pada akhir tahun ini pendapatan bisa lebih dari US$500 juta.

Seiring dengan itu, laba bersih pun akan meningkat pesat, sebab biaya layanan perseroan bersifat fixed cost. Hanya saja, saking banyaknya permintaan ekspor dan biaya layanan yang meningkat, tidak semua permintaan pasar dapat terlayani. Oleh karena itu, perseroan terdesak untuk menambah kapasitas.

Bulan Mei yang lalu SMDR telah menandatangani pemesanan 2 unit kapal peti kemas baru berkapasitas 1.900 TEUs dan sejak Agustus 2021 lalu sedang dalam proses pemesanan 4 unit kapal peti kemas berikutnya.

Secara total SMDR berencana menambah 6 unit peti kemas baru dengan ukuran 1.900 TEUs hingga 2.000 TEUs. Saat ini SMDR masih dalam tahap negosiasi pemesanan kapal tersebut dan ditargetkan bisa beroperasi pada tahun 2022 hingga 2024. Adapun untuk satu armada nilai investasinya sebesar US$ 40 juta- US$ 50 juta.

Di bidang pelayaran curah kering, SMDR telah merampungkan transaksi pembelian 1 unit kapal post panamax bulk carrier yang akan diterima dan dioperasikan mulai September 2021. Harganya mencapai US$13 juta dengan ukuran 91.000 DWT.

Sementara itu, di bidang pelayaran curah cair, SMDR sedang dalam proses menambah armada chemical tanker dan juga sedang mengikuti tender pengadaan 2 kapal LPG tanker dengan kontrak jangka panjang berukuran 22.000 CBM. Investasinya mencapai US$60 juta per kapal. Jika sukses, kapal ini ditargetkan beroperasi pada Desember 2023.

Terakhir, SMDR juga dalam tahap negosiasi penambahan armada chemical tanker sekitar 1 hingga 3 unit dengan ukuran yang bervariasi yakni sekitar 9.000 hingga 19.000 DWT. Adapun nilai investasi yang dianggarkan sebesar US$ 10 juta-US$ 12 juta per kapal. Adapun target pengiriman armada baru tersebut pada kuartal terakhir tahun 2021 sampai kuartal pertama tahun depan.

Di sisi lain, harga komoditas yang meningkat pun turut menjadi sentimen positif bagi bisnis pengangkutan komoditas. SMDR pun diuntungkan karena bergerak di lini bisnis pengangkutan peti kemas dan komoditas sekaligus.

Seperti diketahui, harga batu bara global tahun ini terus memecahkan rekor baru, bahkan menembus US$200 per ton. Demikian pula harga minyak mentah global saat ini kembali seperti kondisi seperti sebelum pandemi.

Berdasarkan data Investing.com, harga minyak WTI sempat jatuh ke level US$18,55 per barel, tetapi kini sudah kembali ke level US$79,31 per barel. Seiring dengan itu, harga komoditas lainnya pun ikut meningkat.

Lonjakan harga komoditas menjadi salah satu sentimen yang menyebabkan harga saham emiten pelayaran seperti SMDR mendadak meningkat pesat pada pertengahan tahun ini, selain ditambah oleh sentimen global peningkatan permintaan terhadap layanan jasa pengangkutan peti kemas.

Peningkatan mendadak ini menyebabkan terjadinya krisis kontainer di pasar global, termasuk di Indonesia. Manajemen SMDR berdalih bahwa sebenarnya pasar tidak kekurangan kontainer, tetapi harganya saja yang mahal akibat mekanisme pasar seiring tingginya persaingan permintaan.

Sejak pemulihan pandemi, rutel China-Amerika Serikat dan China-Eropa menjadi rute yang sangat ramai dalam pemasaran kontainer sehingga menyedot kapasitas dunia untuk fokus di jalur itu, seiring permintaan yang tinggi. Alhasil, harga pengapalan pun meningkat dan menaikkan harga kargo dunia.

Selain memanfaatkan kondisi pasar yang tengah meningkat, SMDR juga memperluas potensi bisnisnya di pasar logistik perikanan dan hasil laut Indonesia. Perseroan berupaya melakukan berbagai terobosan solusi logistik, termasuk pembangunan kapal ikan dan cold storage.

Hal ini untuk menjawab kebutuhan dan tantangan rantai pasok di industri perikanan dan hasil laut nasional. Industri ini kini sedang bertumbuh dengan cukup tinggi dan memiliki potensi yang besar, mengingat Indonesia adalah negara maritim. Kontribusinya pun besar terhadap perekonomian.

Sering dengan itu, perseroan juga mengembangkan inovasi industri pelayaran dan logistik berbasis teknologi, salah satunya dengan pendirian Samudera Data Analytics & Prediction (SEDAP).

SEDAP adalah unit usaha rintisan, berisikan talenta muda, ahli IT dan data analyst yang fokus mencari inovasi solusi teknologi untuk industri pelayaran dan logistik.

Dengan akses langsung kepada real data yang dimiliki oleh Samudera Indonesia selama puluhan tahun di industri, SEDAP akan bergerak cepat menghasilkan berbagai inovasi dan solusi berbasis data, artificial intelligence (AI), dan machine learning untuk masa depan logistik yang semakin cepat.

Dengan semua perkembangan ini, tampaknya bisnis SMDR memang sedang di atas angin saat ini. Perseroan terlihat cukup agresif memanfaatkan peluang pertumbuhan yang sedang dialami melalui langkah ekspansi agresif. 

Strategi ini tentu berpotensi mengerek kinerja jangka panjang SMDR lebih tinggi lagi. Seiring dengan itu, kenaikan harga sahamnya pun menjadi sangat masuk akal. Dengan valuasinya yang masih sangat murah, potensi bagi kenaikan lanjutan harga sahamnya pun terbuka lebar.