Menghitung Net Profit Margin (NPM) dan Manfaatnya Bagi Investor

Date:

[Waktu baca: 4 menit]

Bagaimana mengukur keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan? Salah satu caranya adalah menghitung Net Profit Margin (NPM) atau marjin laba bersih.

Sederhananya, NPM adalah tingkat keuntungan suatu perusahaan dari penjualan atau pendapatan yang diperoleh. Sebagai sebuah rasio profitabilitas, NPM dihitung dengan membandingkan antara laba bersih dan pendapatan atau penjualan.

Dengan kata lain, NPM meneropong seberapa besar keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan dari pendapatan setelah dikurangi berbagai biaya (biaya pokok penjualan, biaya operasional, bunga, pajak dan sebagainya).

Artinya, angka NPM bukanlah sekedar angka. Di dalam angka tersebut tercermin bagaimana perusahaan menghasilkan laba setelah mengumpulkan pendapatan dan mengelola biaya. NPM biasanya dinyatakan dengan persentase (%).

Rumus NPM:

Untuk memudahkan pemahaman mengenai NPM, mari kita simak laporan keuangan perusahaan lakban PT Ekadharma International (EKAD) per 30 September 2020:

  • Pendapatan: Rp500.744.468.266
  • Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik induk: Rp72.290.270.713

Untuk menghitung NPM tersebut, data laba bersih perlu disetahunkan (annualized). Karena laba bersih tersebut adalah kuartal 3 maka perlu dikali 4/3. 

Bagaimana mengukur NPM tersebut tinggi atau rendah? Hasil perhitungan NPM setidaknya perlu dibandingkan dengan NPM perusahaan sejenis. EKAD adalah perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahaan kimia di Bursa Efek Indonesia. 

Berikut ini data NPM perusahaan sektor kimia seperti yang dirangkum oleh Laporan Statistik Bursa Efek Indonesia November 2020:

   NPM  
ADMG -24.9%
AGII 2.5%
BRPT 0.9%
DPNS 7.4%
EKAD 19.2%
ESSA -15.6%
ETWA -57.2%
INCI -14.6%
MDKI 16.1%
MOLI 7.22%
SAMF 9.81%
SRSN 5.96%
TDPM 11.1%
TPIA -2.07%
UNIC 7.6%

 

Dari tabel di atas tampak NPM EKAD adalah tertinggi di antara perusahaan kimia yang lain. Adapun, ada perusahaan yang NPM-nya minus karena mengalami rugi pada saat perhitungan.

Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan EKAD dalam menghasilkan laba dari pendapatan yang diperoleh serta biaya yang dikeluarkan lebih baik daripada perusahaan seenis. Maksudnya, setelah memperoleh pendapatan Rp500 miliar, EKAD masih mampu menghasilkan laba Rp72 miliar atau sekitar 19,2% setelah dikurangi berbagai biaya.

Untuk apa data NPM? Sebagai salah satu rasio profitabilitas, NPM adalah salah satu perangkat dalam analisa fundamental. Namun, NPM bukan hanya satu-satunya rasio yang digunakan dalam menganalisa suatu perusahaan. Rasio lain seperti ROE, DER, GPM dan sebagainya juga perlu dicermati. NPM juga digunakan dalam perangkat analisis Du Pont, namun bersamaan dengan rasio lainnya.

Di samping itu, NPM juga memiliki keterbatasan. Angka NPM yang besar bisa saja "menipu". Hal itu bisa terjadi ketika suatu perusahaan menghasilkan laba bersih yang besar namun laba tersebut diperoleh dengan cara penjualan aset yang hanya terjadi sesekali, bukan dari kinerja operasional rutin.

Oleh karena itu, investor saham perlu berhati-hati dengan angka NPM tersebut dengan cara memeriksa ulang di laporan keuangan tentang bagaimana perusahaan tersebut menghasilkan laba bersih.