PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk. (IPCC) - Hikayat Tukang Parkir Pelabuhan
[PART I]
The Profile
PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) adalah sebuah perusahaan publik yang bergerak di bidang logistik dan transportasi. IPCC didirikan pada tahun 1960 dan berkantor pusat di Jakarta, Indonesia.
IPCC didirikan sebagai entitas bisnis yang terpisah dengan kepemilikan 99% oleh PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) dan 1% dimiliki oleh PT Multi Terminal Indonesia di bulan Desember 2012.
Setelah proses IPO, IPCC kini dimiliki oleh Pelindo Multi Terminal (71,3%), Multi Terminal Indonesia (0,7%), dan investor publik (28%).
IPCC menyediakan berbagai layanan terminal kendaraan, pelabuhan, dan jasa logistik. Layanan terminal kendaraan mencakup pengelolaan, pemeliharaan, dan pengamanan kendaraan, sedangkan layanan pelabuhan mencakup pengelolaan bongkar muat barang di pelabuhan dan fasilitas pendukung lainnya.
IPCC juga menyediakan layanan logistik seperti pengangkutan barang dan penyimpanan.
The Business Model
Model bisnis IPCC didasarkan pada pengelolaan terminal kendaraan dan pelabuhan yang efisien dan handal serta penyediaan layanan logistik yang komprehensif. IPCC menghasilkan pendapatan dari berbagai sumber, termasuk biaya jasa layanan, sewa terminal dan pelabuhan, serta pengelolaan fasilitas logistik.
Secara sederhana, IPCC adalah perusahaan yang menjadi ‘tukang parkir’ mobil di pelabuhan yang akan dibayar berdasarkan jumlah kendaraan yang berhasil mereka proses.
Mereka menyewa lahan di dekat pelabuhan untuk dijadikan lahan parkir bagi kendaraan yang akan diekspor ke luar negeri maupun kendaraan yang akan masuk ke Indonesia melalu proses impor.
Sekarang IPCC mengelola beberapa pelabuhan seperti Belawan Car Terminal, Makasar Car Terminal, MKTO Gresik, dan yang terbesar adalah Tanjung Priok Car Terminal yang menjadi international hub bagi proses ekspor impor kendaraan di Indonesia.
Saat ini, konsumen utama IPCC adalah Hyundai Motor Indonesia. Tapi manajemen mengatakan bahwa mereka sedang membuka percakapan dengan para pabrik otomotif lainnya seperti Suzuki, Isuzu, dan lainnya.
Karena posisinya yang unik ini, IPCC bisa dibilang seolah tidak memiliki pesaing karena dalam satu lahan pelabuhan yang sama, tidak mungkin ada dua pengelola jasa handling kendaraan yang berbeda.
Apalagi status IPCC sebagai anak dari Pelindo dipastikan akan mendapat keistimewaan untuk mengelola hub besar seperti Belawan dan Tanjung Priok. Inilah yang menjadi economic moat IPCC dalam beroperasi.
Jika kita lihat dari data presentasi perusahaan, selama lima tahun terakhir hampir semua volume kendaraan yang diekspor oleh GAIKINDO diproses oleh IPCC.
The Valuation
Lantas, apa yang membuat saham IPCC ini menarik pada untuk dikoleksi saat ini?
IPCC saat ini diobral oleh pasar.
Harga jual IPCC di pasar (market cap) adalah sekitar Rp1 triliun. Harga itu hampir sama dengan posisi cash yang dimiliki perusahaan saat ini, yakni sebesar Rp890 miliar per Q3 2022.
Which means, IPCC is traded almost equal with its cash position. If you’re buying this company, all assets in their books are sold for free!
Ditambah lagi, IPCC adalah sebuah perusahaan yang debt-free alias tidak memiliki utang yang berbunga. Tidak ada bunga utang yang akan menggerus laba mereka ke depan.
Karena jasa handling kendaraan adalah jasa dengan biaya yang cukup rendah (capital light) –di mana IPCC hanya cukup menyewa lahan dan menyediakan tenaga kerja, marjin keuntungan IPCC juga relatif tebal.
This company basically is gushing out cash!
Selama 12 bulan terakhir, cash yang didapat IPCC sebesar Rp300 miliar. Tanpa ada kepentingan untuk capex yang berlebihan (karena sewa lahan yang sudah dilakukan kepada Pelindo sudah dilakukan untuk jangka panjang) dan kewajiban membayar utang, maka otomatis IPCC akan terus menumpuk cash dalam pundi-pundi mereka.
So, this is a company that you could buy for Rp1 trillion. It has almost Rp900 billions in their banks and it’s gushing out cash Rp300 billions every year.
It’s basically a license for printing money.
The Risks
Oke, lalu risikonya ada di mana?
Karena IPCC adalah jasa handling kendaraan, maka operasional IPCC akan sangat bergantung kepada industri otomotif yang sangat siklikal.
Ini terjadi ketika pandemic, di mana aktivitas ekspor impor kendaraan melambat. Tapi saat ini, aktivitas ekonomi sudah kembali menggeliat.
IPCC juga diuntungkan oleh masuknya Hyundai ke Indonesia, di mana mereka berkomitmen untuk membangun pabrik di Indonesia untuk mobil listrik sekaligus menjadi yang pertama di ASEAN.
Komitmen ini tidak main-main. Hyundai sudah berkomitmen untuk menanamkan investasi sebesar Rp21 triliun di Indonesia. Dan saat ini merk kendaraan listrik apa yang paling banyak kita lihat di jalanan Indonesia?
Iya, Hyundai!
This is another tailwind for IPCC.
Jadi berapa target harga IPCC?
Menentukan nilai intrinsik sebuah bisnis adalah hal yang sangat sulit dilakukan. Karena basically kita akan mencoba untuk menentukan arus kas yang masuk bertahun-tahun ke depan hingga nanti perusahaan ini berhenti beroperasi suatu saat nanti.
Angka tersebut lalu kita diskontokan dengan asumsi tingkat suku bunga. Dengan melakukan itu saja, sudah ada unsur estimasi yang kita lakukan. Level akurasinya tentu sangat rendah.
Lantas, kita harus bagaimana?
Membeli IPCC di harga sekarang (Rp590) seperti hampir tidak memiliki risiko sama sekali. Dengan posisi kas yang sama dengan market cap, itu berarti margin of safety yang kita miliki adalah 100%. Any increase is your upside.
Sebagai bayangan saja, harga IPO IPCC ada di harga Rp1,640 di tahun 2018 yang lalu. Dari harganya sekarang, kenaikannya hampir 200%.
But the call is yours. (IPCC – Fin)
Date: