Melirik Saham Kelas Dua

Date:

Selama hampir satu tahun ke belakang, bisa dibilang bahwa IHSG belum beranjak kemana-mana. Sejak naik secara cepat dari level 5000an di bulan Oktober 2020, kini IHSG stabil di level 6,000-6,200 selama beberapa bulan terakhir.

Kondisi IHSG yang sideways ini tidak berbanding lurus dengan kinerja emiten-emiten di dalamnya. Beberapa emiten di bursa sudah mencatatkan perbaikan kinerja (turnaround) jika dibandingkan dengan kinerja tahun 2020 mereka.

Namun karena bobot perhitungan IHSG yang mayoritas hanya dipengaruhi oleh beberapa emiten saja, IHSG akan tetap landai jika emiten-emiten tersebut belum bergerak banyak.

Oleh karena itu, kondisi ini menawarkan peluang untuk lebih jeli memeriksa laporan keuangan masing-masing emiten, terutama di saham lapis kedua yang telah kembali mencatatkan performa ciamik di 2021 namun harganya berada di level pandemi. 

Salah satunya adalah PT Astra Otoparts Tbk. (AUTO).

AUTO adalah anak perusahaan Astra International yang bergerak dalam proses produksi, distribusi dan penjualan komponen otomotif terbesar di Indonesia. Mereka menjual suku cadang baik untuk induk perusahaan mereka (Astra International) dan atau secara terpisah untuk after sale service kepada masyarakat di Indonesia.

Sedikit flashback ke belakang, selama tahun 2020 kinerja mereka nyanyar oleh pandemi, pendapatan turun sebesar 23,2% dari Rp15,4 triliun (2019) menjadi Rp11,8 triliun di tahun 2020. 

Borok tersebut sejalan dengan turunnya pasar otomotif di Indonesia.

Industri kendaraan roda empat turun 48,4% menjadi 532.027 unit di tahun 2020 dari 1.030.126 unit pada tahun 2019, sedangkan untuk pasar otomotif kendaraan roda dua mengalami penurunan sebesar 37,8% menjadi 4.363.408 unit (2020) dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 7.010.529 unit (2019). 

Akibatnya laba bersih AUTO untuk tahun 2020 hanya sebesar Rp 2 miliar saja, terjun bebas jika dibandingkan dengan laba mereka di tahun 2019 (Rp 739 miliar) dan tahun 2018 (Rp610 miliar). Padahal AUTO adalah perusahaan yang konsisten mencetak kenaikan laba selama lima tahun terakhir, mulai tahun 2015 (Rp319 miliar) hingga tahun 2019 (Rp739 miliar). 

Harga saham AUTO di pasar pun terjun bebas hingga ke level 600an di awal pandemi yang lalu (Maret 2020). Setelah itu, harga saham AUTO sempat rebound ke Rp1,200an hingga kembali turun dalam beberapa bulan ke belakang ke harganya saat ini Rp1,000an per lembar.

 Namun sepertinya, kondisi AUTO sudah mulai membaik.

Sepanjang tahun 2021, AUTO perlahan mulai memperbaiki kinerja operasional mereka. Pendapatan sudah menembus Rp7,1 triliun di enam bulan pertama 2021. Jika disetahunkan nanti, penjualan mereka sudah hampir mendekati angka total penjualan pra pandemi di 2019 sebesar Rp15,4 triliun.

Akibatnya, laba bersih mereka di Q2 2021 sudah menyentuh Rp267 miliar, jauh melesat jika dibandingkan dengan laba setahun penuh 2020 yang sebesar Rp2 miliar saja.

Namun anehnya, harga AUTO di pasar belum juga mencerminkan perbaikan kinerjanya.

Padahal jika ditilik lebih jauh, neraca AUTO bisa dikategorikan sangat sehat. Total utang berbunga mereka hanya Rp570 miliar, jumlah yang sangat kecil jika dibandingkan dengan posisi cash yang mereka miliki sebesar Rp1,7 triliun.

Cash flow from operation di kuartal dua 2021, sudah mencapai Rp1,4 triliun. Artinya uang tunai dan laba bersih yang mereka catat benar-benar berasal dari kegiatan operasional mereka. Bukan sekadar laba secara akuntansi saja.

Di harganya sekarang, AUTO hanya dijual 0,48x dari nilai bukunya. Range ini tentu sudah tergolong sangat murah, meskipun tidak semurah di awal pandemi ketika harga AUTO jatuh dan sahamnya dijual dengan PBV 0,3x saja.

Tapi jika dibandingkan dengan ‘kekayaan’ yang tercatat dalam neraca mereka, harga AUTO ini sudah tergolong murah apalagi mengingat AUTO adalah anak perusahaan Astra yang dikenal dengan GCG (good corporate governance) yang sangat baik dan sudah terbukti melalui berbagai macam krisis di Indonesia.

Market capitalization AUTO saat ini sebesar Rp4,9 triliun di mana posisi cash mereka saja sudah mencapai Rp1,7 triliun atau hampir 35% dari market cap mereka di pasar. 

Ini tentu bisa menjadi tambahan margin of safety (MoS) dalam membeli AUTO.

AUTO tentu bisa dibilang sebagai saham cyclical di mana pergerakannya dipengaruhi kondisi ekonomi. Ketika situasi ekonomi memburuk tentu orang-orang berhenti membeli kendaraan baru, baik roda dua atau roda empat.

Dan ketika ekonomi membaik, barulah geliat belanja kendaraan bermotor kembali muncul. Sebagai informasi, angka penjualan kendaraan bermotor masih dijadikan salah satu indikator makro ekonomi di Indonesia.

Di Q2 2021, geliat perbaikan ekonomi itu mulai terlihat. 

Ekonomi Indonesia di kuartal II 2021 sudah tumbuh 7,07% jika dibandingkan dengan kuartal II tahun 2020 lalu. Dan sejalan dengan itu, angka penjualan kendaraan bermotor Indonesia sudah mulai bangkit, apalagi dengan berbagai insentif perpajakan yang diberikan Pemerintah sepanjang tahun ini.

Berdasarkan laporan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) sepanjang semester I/2021, penjualan mobil secara nasional mencapai 387.873 unit. Angka ini tercatat naik 33,5 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 290.582 unit.  

Jadi benar saja jika kinerja AUTO membaik sepanjang paruh pertama tahun 2021 ini. 

Okay, sekarang kita sudah menemukan saham bagus yang sedang dijual murah. Mungkin nanti di kuartal III, AUTO kembali mencatatkan penurunan laba akibat PPKM yang diberlakukan sepanjang bulan Juli. 

Tapi jika menilik kinerja yang berhasil dibukukan sepanjang semester I 2021, kecil kemungkinan kinerja AUTO akan lebih buruk daripada kinerja tahun 2020 mereka, sehingga peluang penurunan lebih jauh saham AUTO sangat terbatas. 

Paling parah, saham AUTO bisa turun ke level pandemi ke Rp600an per lembar saham seperti akhir Maret 2020.

Di harganya sekarang, AUTO sebenarnya sudah cukup murah jika dibandingkan dengan kinerja masa lalunya. Posisinya sabagai pemimpin pangsa pasar penyedia suku cadang otomotif di Indonesia sepertinya masih belum akan tergoyahkan dalam waktu dekat.

Pun jika masih belum yakin, saham ini bisa dimasukkan ke dalam watchlist, siapa tau pesimisme pasar terhadap saham ini, yang sudah terjadi selama beberapa bulan ke belakang, menawarkan peluang untuk membeli saham AUTO di harga yang lebih rendah.