Mengintip MDKA, Saham Baru di LQ-45
[Waktu baca: 7 menit]
Pada akhir Juli 2020, Bursa Efek Indonesia mengumumkan penghuni baru indeks LQ-45 periode Agustus 2020-Januari 2021.
Indeks LQ-45 adalah indeks yang mengukur kinerja harga dari 45 saham yang memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar serta didukung oleh fundamental perusahaan yang baik.
Tiga penghuni baru itu yaitu PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA), PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA), dan PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA). Mereka mengganti posisi yang dulu dihuni PT Barito Pacific Tbk. (BRPT), PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF), dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT).
Secara year to date, kinerja saham MDKA lebih "moncer" daripada SMRA dan MIKA. Sejak awal 2020 hingga 22 Oktober 2020, harga MDKA telah naik 69%, sedangkan MIKA 0,37% dan SMRA turun 36%.
Pergerakan harga MDKA secara year to date hingga 22 Oktober 2020. Sumber grafik: Google Finance.
MDKA adalah satu dari sedikit saham LQ-45 yang harganya telah bangkit setelah mengalami koreksi besar-besaran pada Maret 2020 akibat kepanikan investor seluruh dunia terhadap penyebaran awal virus corona di Indonesia.
Setelah mengalami harga terendahnya di Rp905 per 23 Maret 2020 sepanjang tahun seperti hampir semua saham di BEI, harga MDKA kini terus merangsek naik dengan bergerak di level Rp1.700-Rp1.800 dalam beberapa pekan terakhir.
Mengapa kinerja saham MDKA moncer ketimbang mayoritas saham LQ-45? Berikut ulasannya.
Profil MDKA
Dibandingkan dengan perusahaan pertambangan lain yang sudah melantai di BEI, Merdeka Copper Gold terbilang relatif baru dalam hal produksi. Merdeka Copper melakukan produksi perdana emas pada 2017 atau tiga tahun lalu.
Perusahaan ini melakukan penambangan emas di Tujuh Bukit, Banyuwangi, Jawa Timur. Berdasarkan Laporan Tahunan 2019, proyek emas Tujuh Bukit ini memiliki sumberdaya 190 juta ton bijih yang mengandung 2,3 juta ounces emas dan 89,8 juta ounces perak. Pada 2019, Proyek Emas Tujuh Bukit menghasilkan sebanyak 223.042 ounces emas.
Selain itu, Merdeka Copper Gold memiliki dua proyek utama lainnya yaitu Proyek Wetar Copper yang sudah berproduksi dan Proyek Emas Pani yang belum berproduksi. Proyek Wetar Copper memiliki sumberdaya 22 juta ton bijih yang mengandung 289.000 ton tembaga sedangkan Proyek Emas Pani memiliki sumberdaya 89,5 juta ton bijih yang mengandung 2,37 juta ounces emas.
Di Proyek Wetar, Merdeka Copper mengincar Proyek Acid Iron Metal Wetar/Morowali yang dianggap menjanjikan dengan bekerja sama dengan perusahaan setempat sebagai pengguna utama produk tersebut. Seperti diketahui, Morowali adalah kawasan industri yang sedang berkembang di Sulawesi Tengah.
Dengan kata lain, Merdeka Copper yang awalnya hanya perusahaan dengan satu proyek pertambangan di Banyuwangi, kini kian membesar dengan aneka aset di sejumlah tempat. Berdasarkan laporan keuangan 2019, aset Merdeka Copper Gold hampir bertambah tiga kali lipat dari US$326 juta (2016) menjadi US$951 juta (2019).
Dari laporan laba ruginya, Merdeka Copper Gold membukukan pendapatan US$402 juta pada 2019 ataau meningkat 36% dibandingkan dengan US$239,9 juta pada 2018. Sementara itu, laba tahun berjalan sebesar US$69,3 juta pada 2019 atau melesat 20% dibandingkan dengan US$57,9 juta pada 2018.
Pendapatan tersebut diperoleh setelah perusahaan menjual emas 219.410 ounces dengan harga jual rata-rata sebesar AS$ 1.398/ounce, menjual perak sejumlah 357.516 ounces dengan harga jual rata-rata sebesar AS$ 16/ounce, menjual tembaga sejumlah 16.753 ton dengan harga jual rata-rata sebesar AS$ 6.011/ton dan memperoleh pendapatan jasa konstruksi dan jasa pengolahan data sebesar US$ 895.000.
Dari tabel di bawah juga tampak bahwa Merdeka Copper secara konsisten membukukan pertumbuhan pendapatan serta laba bersih dalam kurun tiga tahun terakhir (2017-2019). Sebagai perusahaan yang baru berdiri pada 2012, Merdeka Copper Gold barangkali dapat disebut sebagai perusahaan yang sedang berada dalam fase pertumbuhan.
Ringkasan Kinerja Keuangan Merdeka Copper Gold. Sumber: Laporan Tahunan Merdeka Copper (2019).
Mengacu kepada laporan arus kasnya, Merdeka Copper Gold membukukan arus kas bersih dari aktivitas operasi sebesar US$123,4 juta pada 2019 atau lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan US$50,9 juta pada 2018. Dengan kata lain, kegiatan operasi perusahaan ini bisa menghasilkan cash flow yang positif.
Sentimen Emas
Ada banyak perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang solid, namun pergerakan harga sahamnya tidak "sebagus" Merdeka Gold Copper. Mengapa demikian? Dari berbagai kemungkinan, salah satu di antaranya adalah sentimen emas, sebuah komoditas yang mengalami peningkatan harga sepanjang 2019-2020.
Seperti diketahui, harga emas di Indonesia mengalami reli sepanjang paruh pertama 2020 dimana harganya mencapai Rp1 juta per gram telah meningkat sekitar 30% dibandingkan dengan harga pada akhir 2019. Peningkatan harga emas bukannya tanpa sebab. Harga instrumen yang sering disebut safe haven tersebut mengalami reli karena sejumlah faktor.
Faktor tersebut antara lain ketegangan geopolitik AS-China, masifnya penyebaran virus corona hingga aneka stimulus dari berbagai negara. Manajemen Merdeka Copper Gold memiliki informasi yang menarik seperti yang tercantum dalam laporan keuangannya.
Menurut mereka, peningkatan harga emas tidak lain disebabkan oleh peningkatan permintaan emas oleh sejumlah bank sentral di dunia mneyusul penerbitan kesepakatan Basel-III yang mereklasifikasi emas sebagai modal tier-1.
Peningkatan peringkat emas menjadi modal tier-1 dari modal tier-3 memiliki arti yang penting bagi neraca keuangan sebuah bank. Sepanjang 2019, harga emas sendiri telah meningkat sekitar 19%. Pemborongan emas ini dipelopori oleh bank-bank sentral Jerman, Cina, Rusia dan bahkan negara-negara kecil seperti Serbia.
Ditambah aneka kondisi yang mencemaskan pada 2020, harga emas terus meningkat seiring kepercayaan bahwa emas adalah aset yang menyimpan nilai terbaik dalam kondisi apapun. Peningkatan harga emas yang dipicu peningkatan permintaan emas sedikit banyak mempengaruhi kepercayaan investor terhadap saham MDKA.
Kinerja Solid
Di samping itu, di tengah kontraksi ekonomi Indonesia, Merdeka Copper Gold masih mampu membukukan keuntungan US$38,26 juta per 30 Juni 2020, kendati turun 19% dibandingkan dengan US$42,25 juta per 30 Juni 2019.
Laba tersebut diperolehs etelah perusahaan membukukan pendapatan sebesar US$199 juta pada semester I/2020 naik 3,7% dibandingkan dengan US$35,42 juta pada periode yang sama 2019. Pendapatan perusahaan paling banyak disumbangkan dari penjualan ekspor dan hanya sebagian kecil yang dijual di pasar lokal.
Di antara perusahaan sejenis (perusahaan tambang), Merdeka Copper memiliki return on equity (ROE) yang cukup besar yaitu 13,8% atau kedua terbesar setelah PT Citra Mineral Investindo Tbk. (26,2%). Return on Asset (ROA) Merdeka Copper Gold 8,13% atau salah satu tertinggi dimana perusahaan tambang lainnya memiliki ROA di bawah 8%.
Begitupula dengan rasio profitabilitas lainnya, Merdeka Coppr Gold memiliki net profit margin (NPM) sebesar 38,5% atau kedua terbesar setelah PT Bumi Resources Minerals Tbk. (92%).
Sepanjang September 2020, saham MDKA adalah salah satu saham yang paling sering diperdagangkan di BEI, baik secara frekuensi maupun nilai perdagangan. Sebagai perusahaan yang berusia kurang dari 1 dasawarsa, Merdeka Copper Gold telah masuk ke dalam 50 besar perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar di BEI.
Date: