January Effect di Indonesia: Simak Data 30 Tahun Terakhir
[Waktu baca: 4 menit]
Setiap menjelang atau memasuki bulan Januari, istilah yang sering disebut para pelaku pasar saham adalah January Effect. Apakah January Effect akan terjadi pada 2021?
January Effect adalah konsep yang menyatakan bahwa harga saham cenderung naik di bulan pertama setiap tahun tersebut. Konsep ini pertama kali diamati oleh investment banker asal Washington, Amerika Serikat, Sidney Wachtel pada 1942.
Menurutnya, harga saham (di bursa Amerika Serikat) cenderung naik pada bulan Januari. Mengapa? Ada berbagai kemungkinan. Pertama, investor menggunakan bonus yang diterimanya pada akhir tahun untuk berinvestasi saham di bulan Januari. Bonus itu menjadi "amunisi" (modal) tambahan dalam berinvestasi.
Kedua, investor menganggap bulan Januari adalah bulan yang baik untuk berinvestasi. Sebagai bulan pertama di awal tahun, Januari dianggap waktu yang tepat untuk memulai investasi sebagai bagian dari resolusi tahun baru. Kesadaran atas waktu turut menentukan keputusan investasi.
Berbagai konsep atau teori mengenai pasar modal dari luar Indonesia memang sering coba digunakan untuk mengamati pasar modal Indonesia. Tidak hanya January Effect, ada pula windows dressing yang biasa terjadi di bulan Desember serta sell in May and go away di bulan Mei.
Apakah efek kalendar berupa January Effect itu ada di Indonesia? Data membuktikan sebagai berikut:
IHSG | Akhir Desember | Akhir Januari | Perubahan |
1991 | 418 | 383 | -8.37% |
1992 | 247 | 282 | 14.17% |
1993 | 274 | 280 | 2.19% |
1994 | 589 | 592 | 0.51% |
1995 | 470 | 434 | -7.66% |
1996 | 514 | 579 | 12.65% |
1997 | 637 | 691 | 8.48% |
1998 | 402 | 486 | 20.90% |
1999 | 398 | 412 | 3.52% |
2000 | 677 | 636 | -6.06% |
2001 | 416 | 426 | 2.40% |
2002 | 392 | 452 | 15.31% |
2003 | 425 | 388 | -8.71% |
2004 | 692 | 753 | 8.82% |
2005 | 1000 | 1045 | 4.50% |
2006 | 1163 | 1232 | 5.93% |
2007 | 1806 | 1757 | -2.71% |
2008 | 2746 | 2627 | -4.33% |
2009 | 1355 | 1333 | -1.62% |
2010 | 2534 | 2611 | 3.04% |
2011 | 3704 | 3409 | -7.96% |
2012 | 3822 | 3942 | 3.14% |
2013 | 4317 | 4454 | 3.17% |
2014 | 4274 | 4419 | 3.39% |
2015 | 5227 | 5289 | 1.19% |
2016 | 4593 | 5297 | 15.33% |
2017 | 5297 | 5294 | -0.06% |
2018 | 6356 | 6606 | 3.93% |
2019 | 6194 | 6533 | 5.47% |
2020 | 6300 | 5940 | -5.71% |
Data di atas menunjukkan dalam 30 tahun terakhir (1991-2020), IHSG lebih banyak naik daripada turun sepanjang Januari (dihitung dari akhir Desember hingga akhir Januari). IHSG Januari turun pada 1991, 1995, 2000, 2003, 2007, 2008, 2011, 2017 dan 2020.
Dengan kata lain, IHSG bisa naik dan juga bisa turun di bulan Januari walau sejarah membuktikan lebih banyak naik. Dibandingkan di bulan Januari, IHSG lebih sering naik di bulan Desember seiring efek kalender window dressing.
Apa yang perlu dilakukan setelah mengetahui konsep January Effect? Bagi yang percaya dengan konsep ini, pelaku pasar (khususnya swing trader) membeli saham di awal bulan lalu menjualnya di akhir bulan atau setelah target keuntungan tercapai.
Tentu saja, tidak semua pelaku pasar mengindahkan konsep January Effect ini. Ada investor yang mulai membeli saham di bulan Januari namun tidak segera melepasnya dalam hitungan satu-empat minggu melainkan menahannya dalam waktu beberapa bulan hingga beberapa tahun. January Effect hanya dianggap fragmen singkat dari perjalanan investasi yang panjang dan berliku.
Date: