Harga Emas Melambung, Bagaimana Saham Emas?

Date:

Pandemi covid-19 membuat perekonomian di setiap negara terganggu, tak terkecuali Indonesia.

Hal tersebut membuat pasar saham Indonesia mengalami koreksi cukup dalam yang tercermin pada IHSG yang mengalami koreksi bahkan hingga ke level  3,911.72 pada Maret 2020. Level tersebut merupakan level terendah dalam 5 tahun terakhir.

Situasi itu membuat para investor mengalihkan dana investasinya ke instrumen yang memiliki risiko lebih rendah seperti Surat Utang Negara atau logam mulia seperti emas.

Behavior tersebut secara tidak langsung membuat harga emas melambung tinggi.

Pada Rabu (29/4), harga emas dunia mencapai Rp839.106 per gram atau sudah meningkat sebesar 22,9% secara year to date. Mengutip data dari logammulia.com, harga emas antam bahkan mencapai Rp928.000 per gram.

Lalu, apakah kenaikan harga emas tersebut berpengaruh terhadap pergerakan harga saham perusahaan tambang terutama emas?

Pada saat ini, ada 5 perusahaan penambangan emas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bumi Resources Mineral Tbk. (BRMS), PT J Resources Asia Pasific Tbk. (PSAB), PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) dan PT Wilton Makmur Indonesia Tbk. (SQMI).

Uniknya, walaupun harga emas terus merangkak naik, tidak semua emiten emas mengalami kenaikan harga sahamnya. Hanya MDKA yang mampu mencatatkan kenaikan harga saham selama masa pandemi covid-19 ini dan sisanya terkapar di zona merah atau mengalami penurunan yang cukup tajam.

Sejak awal tahun hingga Rabu 29 April 2020, harga saham MDKA telah naik 16,82%. Sementara itu, SQMI, PSAB dan ANTM masing-masing telah turun sebesar 12,93%, 26,92% dan 40,71%. 

Adapun, BRMS masih tersungkur di dasar dengan harga saham Rp50 per lembar. Ada apa dengan MDKA yang masih mampu mencatatkan kinerja positif di tengah pandemi covid-19 dan kenaikan harga emas?

Ternyata, MDKA sendiri merupakan buruan paling manis investor asing. Hal tersebut dibuktikan adanya net foreign buy sebesar Rp 881,8 miliar secara year to date.

Selain itu, penjelasan manajemen MDKA dalam keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia pada 30 Maret 2020 yang menyatakan bahwa operasi tambang di Tujuh Bukit dan Wetar masih berlanjut. MDKA juga memiliki stok bijih yang dapat diproses namun proses pemurnian dore masih terhambat.
  
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa kenaikan harga emas tidak serta merta menjadi sentimen positif bagi pergerakan harga saham emiten penambang emas.

Namun, apakah hal tersebut selaras dengan laporan keuangan kuartal I/2020 yang akan dikeluarkan oleh setiap emiten? Patut kita tunggu laporan keuangan tersebut.

 

Apabila Anda berencana untuk berinvestasi saham, Big Alpha telah menyusun sebuah e-book kuartalan yang berisi 15 saham pilihan. Klik di sini untuk melakukan pemesanan.