Daftar Saham Batubara di BEI Update 2021
Saham batubara cukup menarik untuk dimasukkan dalam portofolio investasi. Alasannya, harga komoditas ini terus menanjak.
Batubara adalah salah satu komoditas tambang unggulan Indonesia. Lokasi tambang batubara di Indonesia tersebar di sejumlah daerah seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan sebagainya. Batubara yang ditambang di Indonesia dipasarkan untuk pasar dalam negeri dan juga ekspor.
Batubara banyak digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Kendati kerap dianggap merusak lingkungan, permintaan batubara dari berbagai negara, termasuk negara maju, masih tinggi pada saat ini.
Besarnya potensi batubara membuat banyak pengusaha tertarik untuk terlibat dalam bisnis batubara. Tahukah kamu bahwa ada banyak perusahaan batubara yang sudah melantai di bursa efek Indonesia (BEI)? Dengan kata lain, masyarakat bisa menjadi pemegang saham perusahaan-perusahaan itu.
Apa saja saham perusahaan batubara dan juga perusahaan jasa pertambangan batubara yang telah menjadi emiten di BEI? Simak daftarnya berikut ini:
1. Bukit Asam (PTBA)
Bukit Asam (PTBA) merupakan perusahaan pelat merah yang bergerak di bidang penambangan komoditas batubara. Perusahaan ini merupakan transformasi dan perusahaan bentukan kolonial Belanda di masa penjajahan dulu.
Bukit Asam melantai di Bursa Efek Indonesia pada 2002 dengan kode emiten PTBA. Saat IPO, harga saham PTBA dilepas seharga Rp575 per lembarnya.
Pada 2017 lalu, PTBA melakukan pemecahan nominal saham (stock split) dengan rasio 1:5. Langkah stock split ini membuat harga saham PTBA 'dipecah' dari Rp11.200 per lembar menjadi Rp2.240 per lembar saham.
Awal 2017, pemerintah juga membentuk holding BUMN pertambangan yang terdiri dari PTBA, Aneka Tambang (ANTM), Timah (TINS), dan Inalum (persero). Inalum didapuk menjadi induk holding. PTBA kini berstatus sebagai anak usaha BUMN di bawah kendali Inalum.
2. Adaro Energy (ADRO)
Adaro Energy merupakan salah satu pemain sektor tambang batubara terbesar di Indonesia. Wilayah pertambangannya terutama berlokasi di Kalimantan Selatan. Ada nama-nama konglomerat ternama Indonesia di balik kepemilikan perusahaan ini.
Di antaranya adalah keluarga Rachmat, keluarga Thohir, keluarga Subianto, Edwin Soeryadjaya, dan Sandiaga Uno. Total kepemilikan saham mereka di Adaro setara dengan 43,91 persen. Kelima pemegang saham Adaro ini menyatukan kepemilikan saham di bawah naungan PT Adaro Strategic Investments (ASI).
Anak-anak usaha Adaro Energy sendiri menjalankan bisnis di sektor yang cukup luas. Selain tambang batubara, anak usaha Adaro juga bergerak di jasa angkutan kapal, pengerukan, jasa pelabuhan, hingga pembangkit listrik.
3. Indika Energy (INDY)
Indika Energy memiliki empat lini bisnis utama yaitu sumber daya energi, jasa energi, infrastruktur energi dan portofolio terdiversifikasi. Indika Energy memiliki anak usaha bernama Kideco Jaya Agung yang merupakan produsen batubara terbesar ketiga dan salah satu yang berbiaya produksi terendah di Indonesia.
Pada saat ini, Kideco mengoperasikan lima wilayah konsesi dengan menggunakan metode pertambangan terbuka, dengan cadangan batubara potensial dan terbukti diperkirakan mencapai 651 juta ton dan sumber daya batubara diperkirakan mencapai 1.376 juta ton.
Selain Kideco, Indika juga memiliki anak usaha bernama Mitrabahtera Segara Sejati (MBSS) yang bergerak di bidang transportasi air dan jasa logistik terintegrasi.
4. Indo Tambangraya Megah (ITMG)
Indo Tambangraya Megah didirikan pada 1987 dengan fokus bisnis di sektor pertambangan. ITMG pertama kali melantai di bursa pada 2007 lalu. Pemegang saham mayoritas ITMG adalah Banpu Minerals (Singapore) Pte.Ltd sebesar 65,14%.
5. United Tractors (UNTR)
Perusahaan ini memang tidak bergerak di lingkung eksplorasi dan eksploitasi batubara secara langsung. Tapi peranannya di industri pertambangan sangat vital. United Tractors (UNTR) adalah distributor alat berat ternama di Indonesia. UNTR sekaligus menjadi distributor tunggal Komatsu dan Tadano, Bomag, UD Trucks, dan Scania.
UNTR melantai di bursa pertama kali pada 1989 dengan PT Astra International Tbk (ASII) sebagai pemegang saham mayoritas. Salah seorang investor legendaris Indonesia, Lo Kheng Hong, pernah mendapatkan keuntungan besar ketika berinvestasi di saham UNTR.
LKH membeli saham UNTR pertama kali pada 1998 seharga Rp250 per lembar. Ia membelinya sebanyak 6 juta lembar saham saat itu dengan modal total Rp1,5 miliar. Selang 6-8 tahun kemudian, harga saham UNTR bangkit. LKH menjualnya dengan harga Rp15.000 per lembar. Artinya, Lo Kheng Hong mendapat hasil penjualan sampai Rp90 miliar atau untung 5.900 persen!
Selain lima emiten batubara di atas, masih ada nama-nama emiten lain yang juga bergerak di industri batubara nasional. Mereka adalah:
AIMS - Akbar Indo Makmur Stimec Tbk
BUMI - Bumi Resources Tbk
BESS - Batulicin Nusantara Maritim Tbk
BOSS - Borneo Olah Sarana Sukses Tbk
BSSR - Baramulti Suksessarana Tbk
ARII - Atlas Resources Tbk
BYAN - Bayan Resources Tbk
CNKO - Exploitasi Energi Indonesia Tbk
DEWA - Darma Henwa Tbk
DOID - Delta Dunia Makmur Tbk
DSSA - Dian Swastatika Sentosa Tbk
DWGL - Dwi Guna Laksana Tbk
GEMS - Golden Energy Mines Tbk
GTBO - Garda Tujuh Buana Tbk
HRUM - Harum Energy Tbk
ITMA - Sumber Energi Andalan Tbk
KKGI - Resource Alam Indonesia Tbk
MBAP - Mitrabara Adiperdana Tbk
MYOH - Samindo Resources Tbk
SMMT - Golden Eagle Energy Tbk
TOBA - TBS Energi Utama Tbk
APEX - Apexindo Pratama Duta Tbk
BRMS - Bumi Resources Minerals Tbk
CITA - Cita Mineral Investindo Tbk
CKRA - Cakra Mineral Tbk
CTTH - Citatah Tbk
FIRE - Alfa Energy Investama Tbk
MDKA - Merdeka Copper Gold Tbk
MITI - Mitra Investindo Tbk
PKPK - Perdana Karya Perkasa Tbk
PSAB - J Resources Asia Pasifik Tbk
PTRO - Petrosea Tbk
SMMT - Golden Eagle Energy Tbk
SMRU - SMR Utama Tbk
TINS - Timah Tbk
Date: