Biografi Lengkap Erick Thohir, Pengusaha Muda Jadi Menteri BUMN

Date:

[Waktu baca: 4 menit]

Siapa yang tidak mengenal seorang Erick Thohir saat ini? Namanya mentereng saat membeli klub bola Italia, Inter Milan pada 2013 lalu. Pendiri Mahaka Group itu semakin dikenal saat didapuk Presiden Jokowi untuk menyiapkan gelaran Asian Games pada 2018. 

Belum hanya di situ saja, prestasi Erick Thohir semakin menonjol saat berhasil membawa Jokowi-Ma'ruf Amin memenangi kampanye pemilihan presiden (pilpres) di tahun 2019. Saat itu, Erick Thohir dipercaya sebagai Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin.

Hingga akhirnya, Erick Thohir pun dipilih Jokowi untuk masuk dalam Kabinet Indonesia Maju sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) periode 2019-2024. Erick Thohir menjelma dari seorang bos swasta yang sukses menjadi bos di pemerintahan. 

Lantas seperti apa biografi lengkap Erick Thohir? Ini ceritanya

1. Latar Keluarga Erick Thohir

Nama besar Erick Thohir sering dikaitkan dengan sang ayah, Mochamad Thohir atau yang akrab disapa Teddy. Selain faktor sang ayah, kesuksesan Erick Thohir juga dibangun atas usahanya sendiri dan ditambah dengan kepiawaiannya dalam memimpin organisasi. Erick Thohir belajar langsung dari sang ayah bagaimana bekerja keras dan membangun usaha dari nol.

Ayah Erick Thohir adalah perintis Astra Group sejak awal mula pendirian. Teddy yang lahir di Gunung Sugih, Lampung Tengah itu bergabung bersama William Soeryadjaya untuk membangun Astra Group. Tentu kita tahu, Astra Group telah bertransformasi menjadi entitas bisnis raksasa dengan tujuh anak usaha yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). 

Kegigihan Teddy dalam membangun bisnis kemudian "menular" kepada ketiga anaknya, yakni Rika Thohir, Boy Thohir, dan Erick Thohir. Kakak Erick Thohir, Boy Thohir, bahkan masuk dalam deretan orang terkaya di Indonesia dengan bisnis batubaranya, Adaro Energy. 

2. Kuliah di Amerika Serikat

Kepintaran Erick Thohir tak diragukan lagi. Ia mendapat pendidikan berkualitas dengan bersekolah tingkat sarjana di Glendale University di California, Amerika Serikat. Setelah lulus, ia lantas melanjutkan pendidikan Master of Bussiness Administration di California National University hingga mendapat gelar master pada 1993. 

3. Mendirikan Mahaka Group

Lini bisnis pertama sekaligus terbesar yang didirikan oleh Erick Thohir adalah Mahaka Group. Sepulang dari Amerika Serikat, Erick Thohir lantas mendirikan Mahaka Group bersama Muhammad Lutfi, Wisnu Wardhana, dan R Harry Zulnardy. Tahun 2001, Mahaka Group mengakuisisi Harian Republika yang saat itu memang butuh pendanaan segar. 

Erick Thohir pun mendapat bimbingan dari senior-seniornya, yakni Jakob Oetama sebagai pendiri Harian Kompas dan Dahlan Iskan sebagai bos Jawa Pos dalam mengelola bisnis media. Erick Thohir didapuk sebagai Presiden Direktur PT Mahaka Media Tbk (ABBA) hingga 2008 sebelum akhirnya menjabat sebagai komisaris perusahaan. 

Mahaka Group berkembang pesat. Selain memiliki Republika sebagai media cetak dan online, Mahaka Group juga mengelola JakTV, stasiun radio GEN FM, Prambors FM, Delta FM, Jak FM, hingga Female Radio. 

Setidaknya ada dua perusahaan di bawah Mahaka Group yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni PT Mahaka Media Tbk (ABBA) dan PT Mahaka Radio Integra Tbk (MARI). 

Jabatan Erick Thohir sebagai komisaris utama di kedua perusahaan tersebut dilepas begitu dirinya menjabat Menteri BUMN. Kami pernah mengulas secara khusus saham MARI dan ABBA dalam artikel berikut ini: Ketika Saham Erick Thohir "Ngamuk": MARI dan ABBA.

4. Kecintaan Erick Thohir terhadap Olahraga

Erick Thohir dikenal publik sebagai pengusaha yang punya ketertarikan dengan dunia olahraga. Ia mendirikan klub bola basket Satria Muda Jakarta dan Mahaputri Jakarta. 

Erick Thohir juga sempat menjabat sebagai Ketua Umum PERBASI pada 2006 sampai 2010 sebelum menjabat Presiden Asosiasi Bola Basket Asia Tenggara (SEABA) selama dua kali, 2006-2010 dan 2010-2014.

Tahun 2012, Erick Thohir bersama Jason Levien menjadi pemegang saham mayoritas di klub bola DC United yang berbasis di Washington DC, Amerika Serikat. Erick Thohir juga membeli saham Philadelphia 76ers. Pada Agustus 2018, Erick Thohir melepas kepemilikan saham di DC United. 

Langkah Erick Thohir untuk membeli klub bola Inter Milan pada 2013 membuat namanya semakin dikenal publik. Ia membeli 70 persen saham Inter Milan dari pemilik sebelumnya, Massimo Moratti senilai 350 juta Euro atau setara Rp 5,3 triliun. Namun pada 2019, Erick Thohir menjual seluruh kepemilikan sahamnya kepada Suning Group, perusahaan asal China. 

Di sela kesibukannya sebagai pengusaha, Erick Thohir juga mendapat amanat dari pemerintah untuk menjadi Ketua INASGOC, badan pengelola Asian Games tahun 2018 yang digelar di Indonesia. 

Saat itu, Erick Thohir dinilai banyak pihak telah berhasil menyiapkan dan menggelar Asian Games. Keberhasilan Erick Thohir ini juga membuatnya didapuk sebagai ketua tim pemenangan Jokowi-Ma'ruf dalam pilpres 2019. 

5. Menteri BUMN dengan Beragam Tantangan

Sukses mengantarkan Jokowi dan Maruf Amin sebagai presiden dan wakil presiden terpilih periode 2019-2024, Erick Thohir dipilih masuk ke dalam pemerintahan. Erick Thohir dilantik Jokowi sebagai Menteri BUMN menggantikan menteri sebelumnya, Rini Soemarno. 

Ada banyak gebrakan yang dibuat Erick Thohir saat menjabat sebagai Menteri BUMN ini, termasuk memilih Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai Komisaris Pertamina, membersihkan 'direksi' Garuda Indonesia, hingga mengubah konsep superholding menjadi subholding. 

Pada saat menjabat sebagai Menteri BUMN, Erick menghadapi sejumlah tantangan yang tidak mudah dalam penyelesaian kasus Asuransi Jiwasraya hingga Asabri dimana keduanya adalah BUMN. Seperti diketahui, Jiwasraya sempat dilanda kasus gagal bayar dan Asabri dilanda kasus dugaan korupsi. Saham-saham Asabri sempat kami ulas dalam artikel spesial ini: Mengupas 20 Saham Pilihan Asabri.

Pada masa kepempimpinan Erick, Kementerian BUMN meluncurkan nilai yang disingkat dengan AKHLAK yang merupakan singkatan dari Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif. Nilai ini harus diterapkan di BUMN.

Tags: