Asa Tancorp Kembali Hantar Anak Usaha Ke Lantai Bursa 

Date:

Bursa Efek Indonesia telah memiliki satu perusahaan toko bahan bangunan yang sudah listing sejak 2007 silam, yakni PT Catur Sentosa Adiprana Tbk. (CSAP) atau lebih dikenal dengan nama Mitra 10. Kini, dalam waktu dekat perusahaan toko bahan bangunan lain akan segera menyusul ke lantai bursa.

Perusahaan tersebut yakni PT Caturkarda Depo Bangunan Tbk. (DEPO) yang sudah menyelesaikan proses penawaran awal atau bookbuilding sahamnya ke investor pada 8 November 2021 lalu. Perusahaan ini adalah pemilik toko bahan bangunan bernama Depo Bangunan.

Namun, jangan salah. Sejatinya kedua perusahaan ini berelasi, sebab sama-sama dimiliki oleh PT Buanatata Adisentosa. Perusahaan tersebut menjadi pengendali CSAP dengan kepemilikan sebesar 32%, sedangkan di DEPO menguasai 33,33% atau sama besarnya dengan PT Tancorp Surya Sukses.

Nah, kehadiran nama Tancorp dalam jajaran pemegang saham DEPO menjadi menarik sekaligus bakal menentukan daya saingnya dibandingkan dengan sister company saingannya tersebut. Tancorp sendiri tampaknya menjadi rekan pengendali pada DEPO bersama dengan Buanatata.

Tancorp Group bukanlah pendatang baru di lantai bursa. Grup usaha yang dikendalikan oleh Hermanto Tanoko ini sudah menghantarkan beberapa anak usaha lain ke bursa.

Sejauh ini, ada dua perusahaan yang dikendalikan Tancorp dan sudah IPO, yakni produsen air minum dalam kemasan merek Cleo, PT Sariguna Primatirta Tbk. (CLEO), dan pengembang properti Tanrise Properti, PT Jaya Sukses Makmur Sentosa Tbk. (RISE).

Selain itu, anak usahanya yang lain, PT Tancorp Investama Mulia melakukan investasi dengan menambah kepemilikan saham di emiten pemilik gerai Manzone, PT Mega Perintis Tbk. (ZONE), kendati tidak menjadi pengendalinya.

Dengan demikian, masuknya DEPO ke lantai bursa bakal menambah portofolio grup ini. Adapun, Grup Tancorp sendiri sudah cukup terpandang di Surabaya dengan jaringan bisnis yang luas. Pendirinya, yakni Hermanto Tanoko, kerap disebut Crazy Rich Surabaya dan masuk ke daftar orang terkaya ke-39 di Indonesia versi majalah Forbes.

Forbes mengestimasikan Wijono dan Hermanto Tanoko memiliki kekayaan senilai US$700 juta atau setara Rp10,01 triliun dengan estimasi kurs Rp14.300 per dolar AS.

Grup yang sudah beroperasi sejak 1983 ini sudah memiliki delapan subholding di berbagai industri, yakni properti, consumer goods, distribusi, hospitality, retail, health and beauty, makanan dan minuman, hingga bisnis jaringan.

Tancorp memiliki lebih dari 100 brand aktif yang dikelola oleh 36 business unit (BU), dengan jumlah karyawan yang mencapai lebih dari 11.600 tenaga kerja.

Lantas, bagaimana prospek bisnis DEPO selaku anak perusahaannya yang bakal menjadi pendatang baru di lantai bursa ini?

 

Lebih Jauh Mengenal DEPO

Berdasarkan keterangan di website resminya, Depo Bangunan adalah supermarket bahan bangunan yang menyediakan kebutuhan membangunan dan merenovasi rumah mulai dari bahan bangunan hingga perlengkapan rumah tangga.

Perusahaan ini merupakan pionir yang memperkenalkan cara berbelanja bahan bangunan dan perlengkapan rumah tangga dalam satu atap, lengkap, nyaman dan harga relatif murah dengan kualitas terjamin.

Caturkarda Depo Bangunan membuka gerai pertamanya pada 1996 di Kalimalang, Jakarta Timur. Hingga saat ini, perseroan memiliki 9 gerai yang tersebar di Kalimalang, Tangerang Selatan, Bandung, Bogor, Bekas, Bandar Lampung, Sidoarjo, Malang, dan Denpasar. Dalam waktu dekat, satu gerai di Jember akan melakukan soft opening.

Perseroan bisa memberikan harga yang murah sebab produk bahan bangunan yang disediakan berasal langsung dari produsen atau manufacturer. Dengan demikian, harga yang disajikan kepada konsumen adalah harga rata-rata eceran terendah yang ada di pasar.

Depo Bangunan menyediakan lebih dari 97.000 produk pilihan, baik lokal maupun impor dari mancanegara dengan pilihan kualitas good-better-best.

Perusahaan ini memenuhi segala kebutuhan masyarakat dari berbagai lapisan dan profesi mulai dari tukang bangunan, kontraktor, arsitek, desainer, real estate, developer, do it yourself sampai ibu rumah tangga.

Saat ini, saham perseroan dikuasai oleh empat entitas, yakni PT Tancorp Surya Sukses 33,33%, PT Buanatata Adisentosa 33,33%, Kambiyanto Kettin 32,34%, dan Johnny Liyanto 1%. Total modal ditempatkan dan disetor penuh mencapai Rp144,15 miliar.

Perseroan akan melakukan initial public offering (IPO) atau penawaran umum perdana saham sebanyak 1,02 miliar saham. Jumlah itu akan setara dengan 15,08% dari total saham beredar perseroan setelah IPO ini rampung.

Adapun, dari total saham baru yang ditawarkan, sebanyak 20,48 juta di antaranya akan dialokasikan untuk karyawan melalui program employee stock allocation (ESA).

Saham baru tersebut ditawarkan dengan nilai nominal Rp25 per saham, sedangkan harga penawarannya berkisar antara Rp426 hingga Rp525 per saham. Kendati proses bookbuilding sudah berakhir, perseroan sejauh ini belum mengumumkan harga final untuk pelaksanaan IPO perseroan.

Dengan rentang harga tersebut, perseroan berpotensi mengantongi dana segar senilai Rp436,22 miliar hingga Rp537,6 miliar dari IPO ini. Berikut ini perbandingan komposisi pemegang saham perseroan sebelum dan setelah IPO:

Perseroan akan menggunakan dana hasil IPO ini untuk sejumlah tujuan. Sebesar 18% akan digunakan untuk belanja modal, baik untuk pembukaan gerai baru maupun renovasi gerai-gerai lama. Perseroan berencana untuk memperluas jaringannya di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera dan daerah lainnya.

Selanjutnya, sekitar 8% dari dana IPO akan digunakan untuk melunasi pinjaman perseroan kepada BCA. Adapun, saldo pinjaman perseroan di BCA per 19 Oktober 2021 yakni Rp38,8 miliar dengan bunga 8% per tahun.

Sebesar 33% dana IPO akan digunakan untuk modal kerja dalam rangka mendukung kegiatan operasional perseroan, mencakup pengembangan bisnis portofolio produk, biaya riset pasar, pencarian lokasi gerai baru, pengembangan sistem informasi dan teknologi, dan pengembangan SDM.

Selain itu, porsi terbesar yakni 41% dari dana IPO akan digunakan sebagai setoran modal kepada entitas anak PT Megadepo Indonesia.  Perusahaan ini sepenuhnya dimiliki oleh perseroan dan bergerak di bidang supermarket dan/atau retail bahan bangunan.

Kontribusinya terhadap pendapatan DEPO tahun 2020 lalu mencapai 39,29%. Dana yang dialokasikan untuk Megadepo itu akan digunakan untuk pembukaan gerai baru dan renovasi, khususnya di kawasan timur Indonesia, serta modal kerja operasional.

 

Prospek Bisnis DEPO

Adapun, posisi ekuitas DEPO per Juni 2021 mencapai Rp627 miliar. Artinya, jika dana IPO yang diperoleh mampu mencapai level optimal yakni Rp537,6 miliar, jumlahnya setara dengan 86% dari total posisi ekuitas DEPO.

Namun, jika dibandingkan dengan jumlah asetnya yang mencapai Rp1,21 triliun, maka jumlah dana IPO itu bakal setara dengan 44% dari total aset. Berikut ini perkembangan neraca keuangan DEPO dalam beberapa tahun terakhir:

Dari data tersebut, terlihat bahwa dari tahun ke tahun, ekuitas perseroan terus meningkat, sedangkan beban atau liabilitas justru makin berkurang. Hal ini umumnya merupakan indikator yang positif bagi sehatnya kinerja keuangan. Namun, untuk menilai lebih jauh, perlu diperhatikan laporan laba ruginya.

Berikut ini kinerja pendapatan dan laba DEPO dalam beberapa tahun terakhir ini:

Data kinerja keuangan tersebut menunjukkan adanya penurunan pendapatan DEPO pada 2020 lalu serta paruh pertama tahun ini. Hal ini tampaknya tidak terlepas dari kondisi pandemi yang terjadi. Namun, menariknya, laba bersihnya masih tumbuh pada 2020 lalu, kendati turun pada paruh pertama tahun ini.

Naiknya laba bersih pada 2020 lalu tampaknya didukung oleh beban pokok yang juga turun cukup tajam mengimbangi turunnya pendapatan. Kondisi ini menyebabkan margin laba bersih atau net profit margin (NPM) DEPO justru menebal di saat pandemi. NPM perseroan konsisten di atas 4%.

Secara umum, prospek bisnis perseroan ditopang oleh kebutuhan pembangunan yang bakal tetap stabil di masa mendatang. Apalagi, pemerintah masih melanjutkan program sejuta rumah yang tentu bakal meningkatkan kebutuhan terhadap bahan bangunan.

Selain itu, proyek infrastruktur pemerintah pun membuka lebih banyak peluang pengembangan area pemukiman baru, sehingga menambah potensi peningkatan kebutuhan bahan bangunan. Belum lagi kebutuhan untuk renovasi yang cenderung konsisten dari tahun ke tahun.

Saat ini, kondisi pandemi memang cukup menahan laju pertumbuhan konsumsi masyarakat, termasuk di bisnis properti. Kendati demikian, adanya insentif pemerintah selama ini untuk sektor properti, mulai dari suku bunga murah, uang muka hingga 0%, diskon PPN, dan pelonggaran BMPK bank menjadikan tekanan di sektor properti sedikit reda.

Tahun depan, harapan bagi pemulihan ekonomi tampaknya lebih besar seiring dengan vaksinasi yang sudah makin luas. Dengan demikian, tingkat penularan diharapkan bisa lebih rendah sehingga pembatasan mobilitas pun tak perlu terlalu ketat. Alhasil, ekonomi akan kembali bergeliat.

Hal ini tentu saja membuka peluang bagi pertumbuhan bisnis DEPO tahun depan, apalagi setelah ada suntikan dana segar dari hasil IPO. Akselerasi pertumbuhan bisnis DEPO tentu bakal makin pesat.

Selain itu, dalam prospektusnya, DEPO menjanjikan untuk membayarkan dividen setiap tahun dengan rasio setidaknya 40% dari laba tahun berjalan mulai tahun buku 2022.

Kendati demikian, perseroan juga memperingatkan investor dalam prospektusnya bahwa risiko terkait investasi IPO ini adalah tidak likuidnya saham perseroan di pasar. Hal itu mungkin saja benar, apalagi jika 15% saham perseroan yang ditawarkan ke pasar dikuasai hanya oleh segelintir pihak.

Tags: