3 Penyebab Reli IHSG 5-10 November 2020

Date:

[Waktu baca: 4 menit]

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) reli. IHSG terus menghijau: 3,04% (5 November 2020), 1,43% (6 November), 0,38% (9 November), 1,55% (sesi I 10 November).

Sampai sesi I (10 November): IHSG menyentuh level 5.400. Itu level terbaiknya sejak "Maret kelabu" saat IHSG terperosok ke level 3.900 karena kepanikan investor seluruh dunia terhadap corona.

IHSG sudah kembali ke level pra-pandemi? Belum. Secara year to date, IHSG masih minus lebih dari 13%. IHSG ditutup di level 6.200 akhir Desember 2020.

Kenapa IHSG reli awal November 2020? Ada banyak faktor. Berikut ini tiga di antaranya:

1. Kemenangan Biden

Saat perhitungan suara di Pilpres AS dimulai (pertengahan pekan pertama November 2020), lebih banyak pihak memprediksi Joe Biden daripada Donald Trump yang menang.

Dan benar, Biden memenangkan Pilpres AS.

Ada satu hal yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang saat Biden terpilih sebagai Presiden AS: penyelamatan ekonomi AS.

Ekonomi AS porak-poranda (PDB kuartal 2/2020 minus 32,9%) sehingga perlu diselamatkan. Untuk itu, Biden mau menggelontorkan aneka stimulus.

Stimulus itu antara lain: bantuan tambahan (additional checks) buat keluarga yang membutuhkan, membebaskan kewajiban pinjaman siswa minimal US$10.000 per orang, meningkatkan jaminan sosial US$200 per bulan, penanganan gratis terkait corona dan masih banyak lagi.

Stimulus itu diharapkan membuat masyarakat AS memiliki uang. Dengan uang, konsumsi rumah tangga ---penopang utama ekonomi AS--- bisa kembali meningkat. Selain itu, Biden berjanji akan berusaha membuka lapangan pekerjaan yang banyak bagi pekerja.

Saat ekonomi AS bergairah, ekonomi negara lain yang menjadi mitra dagangnya akan terdampak, termasuk Indonesia. 

2. Perkembangan Vaksin

Kabar bahagia mengenai vaksin kembali muncul. Korporasi farmasi asal AS, Pfizer, bersama BioNTech (asal Jerman) yang sedang berkolaborasi meracik vaksin corona mengumumkan pada 9 November 2020: vaksin corona 90% efektif mencegah corona!

Angka itu lebih tinggi daripada harapan Dr. Anthony Fauci, penasehat Gedung Putih dalam hal virus corona, mengenai efektivitas vaksin sebesar 50%-60%.

Pfizer dan BioNTech berencana memproduksi 50 juta vaksin di 2020 dan 1,3 miliar di 2021. Pemerintah AS memperkirakan vaksin corona akan siap untuk disebarkan pada semester I/2021.

Vaksin corona adalah komoditas medis yang barangkali ditunggu oleh miliaran orang di dunia. Vaksin ini diharapkan dapat menangkal virus corona dan memulihkan kesehatan masyarakat. Saat kesehatan pulih, ekonomi diharapkan kembali memantul.

3. Harga Komoditas

Harga komoditas seperti minyak sawit (crude palm oil/CPO) dalam tren meningkat hingga November 2020 karena beberapa hal, salah satunya fenomena La Nina. Peningkatan curah hujan mempengaruhi produksi dan distribusi CPO.

Saat distribusi terganggu karena frekuensi hujan, produksi CPO menurun. Pasokan CPO di pasar menjadi berkurang sehingga mengerek harga. Dari posisi terendahnya pada April 2020, harga CPO sudah naik lebih dari 40%.

Selain sawit, harga batubara juga terkerek naik. Harga acuan batubara di ICE Newcastle menunjukkan harga untuk pengiriman Januari 2021 telah tembus US$60. Sebelumnya, harga batubara di Newcastle berada di level US$50 sejak April 2020 setelah tersungkur dari level US$70 karena pandemi pada Maret 2020.

Pergerakan harga komoditas ini sedikit banyak berpengaruh terhadap saham komoditas.