Weekly Wrap Up by Big Alpha [#1]

Date:

Sebuah rubrik mingguan dari Big Alpha yang mengkurasi pemberitaan seputar kabar pasar, isu ekonomi dan apa - apa yang sempat kamu lewatkan untuk dibaca. Kami mengkurasi hal penting selama seminggu terakhir.  

 

Indonesia

  • Setelah sekian pekan terpuruk, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan lalu kembali ke level level 6.065. Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), selama sepekan terakhir IHSG naik 3,70% dibandingkan penutupan perdagangan pekan sebelumnya yang berada di 5.848,62, Jumat (28/5). Merangseknya IHSG tidak terlepas dari meningkatnya kapitalisasi pasar bursa seminggu terakhir sebesar 3,68% menjadi Rp7.177,852 triliun dari Rp6.922,886 triliun pada pekan sebelumnya. 
  • Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS) merilis data inflasi nasional. BPS mencatat angka inflasi sebesar 0,32% (MoM) lebih tinggi 0,13% (MoM) dibandingkan bulan April. Jika melihat Inflasi year-to-date Mei 2021, tercatat 0.90%.
  • Dalam catatan BPS, nilai ekspor Indonesia pada April 2021 mencapai USD 18,48 miliar atau naik tipis 0,69 persen dibanding ekspor Maret 2021. Namun nilai ekspor naik cukup signifikan sebesar 51,94 persen jika dibandingkan April 2020. Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-April 2021 mencapai USD 67,38 miliar atau naik 24,96 persen dibanding periode yang sama tahun 2021.

 

Amerika Serikat

  • Wall Street menguat setelah ditopang data pertumbuhan tenaga kerja yang meredam kekhawatiran inflasi dalam negeri. Non Farm Employment Change menurun ke angka 559,000 pada bulan Mei. Hal ini tidak terlepas dari reopening economy dan program vaksinasi yang sukses. Tercatat Amerika Serikat telah memberikan lebih dari 300 juta dosis vaksin dengan laju pemberian dosis perhari di angka 937.669 ribu. Tingkat pengangguran juga turun di level 5,8% daru 6,1% atau terendah selama pandemi.
  • Indeks PMI Amerika Serikat (AS) naik dari 60,7% menjadi 61,2% yang menunjukan ada optimisme pasar terhadap prospek ekonomi. Ini menjadi yang tertinggi sejak Oktober 2009. Angka tersebut telah menyumbang 11,9% ekonomi AS.
  • Laporan data tenaga kerja tidak membawa angin segar pada pasar obligasi AS. Kenaikan imbal hasil US Treasury ke level 1,55% atau sebesar dua basis poin, membuat The Fed harus mengkaji ulang prospek kenaikan suku bunga dalam waktu dekat dan memikirkan ulang strategi inflasi akibat daya beli masyarakat yang meningkat. 

 

Asia

  • Ketegangan antara Cina dan Australia tak kunjung usai. Cina mengambil alih dengan membatasi Australia. Sejak seruan penyelidikan global terhadap penanganan COVID-19 di Cina. Beijing mulai mengambil beberapa langkah guna membatasi impor barang Australia. Mulai dari mengenakan tarif hingga larangan masuk barang berupa wine, daging sapi, dan batu bara. Cina sendiri merupakan salah satu mitra dagang terbesar Australia.
  • Bank Sentral Cina tengah menyusun kebijakan terkait mata uang Yuan telah menguat ke level tertinggi sejak tiga tahun terakhir. Hal ini memicu kekhawatiran tentang daya saing ekspor AS-Cina. Pemerintah Cina khawatir bahwa barang-barang dari negaranya akan relatif lebih mahal. Sektor ekspor merupakan penopang utama ekonomi Cina selama dua dekade terakhir. Untuk saat ini, Bank Sentral Cina telah mengumumkan akan menaikan rasio simpanan valuta asing demi meredam pergerakan yuan.
  • Jepang masih dirundung sentimen negatif akibat kondisi darurat COVID-19 di Tokyo, Osaka dan tujuh prefektur lainnya. Indeks Nikkei masih tertahan di level 28,941.
Tags: