Terus Bengkak, Utang Indonesia Berasal dari Negara-Negara Ini

Date:

Berdasarkan publikasi Bank Indonesia Juli 2021, utang luar negeri (ULN) Indonesia pada Mei 2021 mengalami penurunan 0,6% (mtm), dari US$417,6 miliar pada April 2021 menjadi US$415 miliar pada Mei 2021. Namun secara tahunan, utang luar negeri masih tumbuh 3,1% pada Mei 2021. 

Utang luar negeri Indonesia terdiri dari utang luar negeri pemerintah sebesar US$203,4 miliar dan utang luar negeri swasta sebesar US$208,7 miliar. ULN pemerintah sendiri diprioritaskan untuk penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional. 

Dari statistik, penarikan utang luar negeri memang meningkat cukup tajam sejak 2014. Sebagai gambaran, pada 2011-2013 nilai utang luar negeri Indonesia masih berada di rentang US$275 miliar sampai US$266 miliar. Namun mulai 2014 hingga 2021 ini, nilainya melonjak hingga tembus US$400 miliar. 

Dari mana sih utang luar negeri Indonesia berasal? Salah satunya tentu dari negara-negara lain yang berperan sebagai kreditur alias pemberi pinjaman. Dalam publikasi yang disampaikan Bank Indonesia (BI), ada 21 negara atau pihak yang memberi pinjaman ke Indonesia. 

Siapa saja negara pemberi utang ke Indonesia? Big Alpha mengurutkannya dari yang nilai pinjamannya terbesar. 

1. Utang dari negara lain

  • Singapura US$66,6 miliar
  • Amerika Serikat US$30,76 miliar
  • Jepang US$27,57 miliar
  • China US$21,47 miliar
  • Hong Kong US$13,23 miliar
  • Negara Asia lain US$10,43 miliar
  • Korea Selatan US$6,42 miliar
  • Jerman US$5,84 miliar
  • Negara-negara sindikasi US$5,78 miliar
  • Belanda US$5,74 miliar
  • Amerika Lainnya US$4,72 miliar
  • Perancis US$4,09 miliar
  • Inggris US$4,02 miliar
  • Eropa lainnya US$3,07 miliar
  • Australia US$2,36 miliar
  • Swiss US$2,15 miliar
  • Afrika US$806 miliar
  • Austria US$398 miliar
  • Spanyol US$274 miliar
  • Belgia US$63 miliar
  • Oceania US$28 miliar

2. Utang dari organisasi internasional 

Kalau menurut organisasi internasional pemberi pinjaman:

  • IDRB (Bank Internasional untuk Rekonstruksi dan Pembangunan) US$17,97 miliar
  • ADB (Bank Pembangunan Asia) US$11,11 miliar
  • IMF (Dana Moneter Internasional) US$2,85 miliar
  • IDB (Bank Pembangunan Islam) US$1,28 miliar
  • Organisasi internasional lain US$1,21 miliar
  • IDA (Asosiasi Pembangunan Internasional) US$778 miliar
  • IFAD (Dana Internasional untuk Pengembangan Pertanian) US$201 miliar
  • NIB (Nordic Investment Bank) US$9 miliar

3. Kemampuan membayar utang pemerintah dipertanyakan

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sendiri sudah memperingatkan pemerintah terkait terus bengkaknya utang luar negeri. Dikutip dari Kompas, BPK mulai mempertanyakan kemampuan pemerintah dalam membayar utang dan bunga utang. 

Ada beberapa indikator yang memperlihatkan tingginya risiko utang dan beban bunga utang pemerintah. Pada 2020, rasio pembayaran bunga utang terhadap penerimaan negara mencapai 19,06 persen. Padahal mengacu pada standar IMF, angka idealnya adalah 7-10 persen. Sementara standar International Debt Relief (IDR) adalah 4,6-6,8 persen. 

Pada 2020 juga, rasio pembayaran utang terhadap penerimaan negara sebesar 369 persen. Rekomendasi IMF sebesar 90-150 persen, sementara standar IDR 92-167 persen. 

Selain itu, rasio pembayaran utang pokok dan bunga ULN terhadap penerimaan transaksi berjalan pemerintah pada 2020 mencapai 46,77 persen. Padahal rekomendasi IMF adalah 25-35 persen. Tapi capaian Indonesia masih berada di dalam rentang standar IDR yakni 28-63 persen.