Profil William Tanuwijaya, Penjaga Warnet yang Jadi Bos Tokopedia
[Waktu baca: 4 menit]
Nama William Tanuwijaya kembali banyak diperbincangkan akhir-akhir ini. Perusahaan yang didirikannya, Tokopedia, membentuk holding bersama Gojek. Dua perusahaan teknologi itu melahirkan holding GoTo yang diperkirakan menjadi holding dengan valuasi terbesar di Indonesia.
Dalam GoTo tersebut, William Tanuwijaya tetap dipercaya menjabat sebagai CEO Tokopedia, perusahaan yang didirikannya pada 2019. Bicara soal Tokopedia memang tak bisa lepas dari sosok William Tanuwijaya. Begitu juga sebaliknya!
Di bawah kepiawaian William Tanuwijaya, Tokopedia menjelma menjadi unicorn terbesar kedua di Indonesia (di bawah Gojek, sebelum merger) dengan valuasi US$8-10 miliar (per awal 2021). Siapa sebenarnya William Tanuwijaya? Simak ulasan Big Alpha berikut ini:
1. Anak Rantau dari Siantar
William Tanuwijaya lahir di Pematang Siantar, Sumatra Utara pada 11 November 1981. Dalam sejumlah kesempatan wawancara dengan media massa, William menggambarkan kondisi keluarganya sebagai keluarga yang sederhana dan tidak ada latar belakang bisnis sama sekali.
Selepas lulus pendidikan menengah atas, putra Pematang Siantar itu merantau ke ibu kota Indonesia, Jakarta.Di Jakarta, William kuliah di Universitas Bina Nusantara jurusan Teknologi Informatika.
Jakarta membuka mata William Tanuwijaya bahwa ada ketimpangan yang antara pusat dan daerah. Di ibu kota, William yang suka membaca bisa menemukan toko buku dengan mudah, sesuatu yang berbeda dari kampung halamannya.
2. Kerja Sampingan Jaga Warnet
Saat menjadi mahasiswa, perjalanan hidup William tidak mulus. Dia menghadapi berbagai cobaan. Setelah dua tahun menempuh pendidikan tinggi, ayahnya jatuh sakit. William pun perlu mencari pekerjaan sampingan untuk membantu biaya pengobatan sang ayah.
Akhirnya William menemukan peluang menjadi penjaga warung internet (warnet) yang masih cukup menjamur di masa-masa itu. Warnet adalah jasa yang menyediakan layanan internet ketika laptop dan jaringan WiFi belum sebanyak saat ini.
Ia menjaga warnet dari pukul 9 malam sampai 9 pagi. Profesi sebagai penjaga warnet ternyata membuka jalan bagi William untuk bisa mendalami dunia internet. Dia menganggap internet memiliki kekuatan yang tanpa batas. Dengan internet, William berselancar menjelajahi ilmu pengetahuan.
3. Mulai Kepikiran Membangun Tokopedia
William Tanuwijaya lulus kuliah tahun 2003. Saat itu, dirinya belum ada pikiran untuk membangun sebuah raksasa bisnis. William sempat bekerja kantoran di sejumlah perusahaan selama empat tahun sampai 2007. William bahkan pernah menjadi game developer.
Baru lah pada 2007, William Tanuwijaya melihat peluang untuk membangun Tokopedia. Nihilnya modal untuk merintis usaha tidak menyurutkan niatnya. William Tanuwijaya melihat perusahaan teknologi seperti Google dan Facebook sebagai inspirasi dalam mencari modal, yakni melalui pemodal ventura.
Tapi William mengaku tidak punya link untuk mengakses modal ventura ini. Satu-satunya peluang adalah dengan meminta bantuan bosnya di perusahaan saat itu. Setelah mendapat sejumlah penolakan, mantan bosnya menjadi pemodal utama Tokopedia pada 2009. Pada tahun itu, Tokopedia memulai bisnis customer to customer (C2C) marketplace.
4. Dari Tak Dikenal, Jadi Rebutan
Masa-masa awal merintis usaha bukan periode yang mudah bagi William Tanuwijaya. Saat modal awal didapat, ia tentu butuh sumber daya manusia (SDM) untuk menjalankan perusahaan.
William menjajal menjaring kandidat di kampusnya melalui pameran peluang kerja. Namun dua hari pamerang berlangsung, tidak ada satupun kandidat yang melamar bekerja di Tokopedia. Di seberang booth Tokopedia justru ada sebuah stan bank besar yang didatangi ribuan mahasiswa.
William Tanuwijaya pun mengubah strategi perekrutannya dengan datang dari kelas ke kelas. Ia pun akhirnya mempekerjakan 85 orang di tahun kelima Tokopedia berdiri.
Jika dulu tidak ada anak muda yang berminat bekerja di Tokopedia, kini justru ribuan lulusan universitas berlomba-lomba untuk diterima. Bahkan lulusan Harvard Business School saja magang di Tokopedia.
Tokopedia kian berkembang dari waktu ke waktu. Pada 2013, penjualan barang dan jasa di Tokopedia mencapai 2 juta unit per bulan. Pada 2014, Tokopedia menjadi perusahaan rintisan pertama di Asia Tenggara yang mendapatkan pendanaan US$100 juta dari SoftBank dan Sequoia. Raksasa teknologi China, Alibaba, turut berinvestasi di Tokopedia pada 2017 dengan nilai US$1,1 miliar.
5. Ekosistem UMKM yang Terus Berkembang
Tokopedia punya peran penting dalam menumbuhkan ekosistem usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia. Per Mei 2021, aplikasi Tokopedia digunakan oleh lebih dari 100 juta pengguna setiap bulannya. Ada lebih dari 11 juta penjual yang terdaftar, dengan 86,5 persen di antaranya adalah pebisnis baru.
Tokopedia mencatat, mereka telah memberdayakan 90 persen penjual berskala mikro. Dari survei internal yang dilakukan, 7 dari 10 pelaku usaha di Tokopedia mengaku mengalami lonjakan volume penjualan seiring beralihnya sistem penjualan dari offline ke online melalui Tokopedia.
Penggabungan GoTo diperkirakan akan membuat Tokopedia menjadi semakin lebih besar sekaligus mengubah lanskap persaingan e-commerce di Indonesia. Simak ulasan mengenai perkembangan terkini di industri e-commerce Indonesia dalam artikel berikut: Merger GoTo dan Lanskap Baru Persaingan Ekonomi Digital Indonesia.
Date: