Profil Pelita Air Service, Maskapai yang [Disebut] Bakal Gantikan Garuda Indonesia

Date:

Menanggapi gugatan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) yang bertubi-tubi dilayangkan kepada Garuda Indonesia (GIAA), pemerintah pun menyusun strategi. Salah satu langkah yang disiapkan adalah memposisikan PT Pelita Air Service, anak usaha PT Pertamina (persero), sebagai 'cadangan' kalau-kalau Garuda Indonesia benar dipailitkan oleh pengadilan. 

Garuda Indonesia memang menghadapi masalah keuangan yang sangat serius. Per November 2021, utang perusahaan tercatat tembus US$7 miliar atau setara Rp100,5 triliun. Angka ini jauh di atas nominal utang sebelumnya, Rp70 triliun. Keuangan maskapai juga diberitakan sejumlah media, selalu besar pasak daripada tiang. Merugi terus-terusan. 

Dengan kondisi ini maka tidak salah jika pemerintah mulai ancang-ancang terhadap kemungkinan terburuk yakni kepailitan bagi Garuda Indonesia. Lantas seperti apa sih profil Pelita Air Service yang digadang-gadang bakal gantikan Garuda Indonesia? 

Tenang, Big Alpha mengulas fakta-fakta menarik yang perlu kamu tahu soal Pelita Air service. Yuk disimak. 

1. Anak usaha Pertamina

Pelita Air Service merupakan anak usaha PT Pertamina (persero). Maskapai ini berdiri tahun 1970 dengan melayani penerbangan ke site tempat Pertamina beroperasi, khususnya kota-kota yang dekat dengan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi. 

2. Belum memiliki penerbangan komersial berjadwal

Sampai 2021 ini Pelita Air belum masuk ke sektor komersial berjadwal. Pelita Air masih fokus pada layanan penyewaan pesawat termasuk layanan penerbangan VVIP, transportasi penumpang, charter kargo, jet eksekutif, transportasi lepas pantai, evakuasi medis, operasi seismik (eksplorasi migas), survei geologi, aktivitas pembuatan hujan, serta penanganan kebakaran hutan dan lahan. 

Diberitakan bahwa Pelita Air saat ini sedang mengurus kelengkapan syarat agar bisa kembali mengudara dan melayani penumpang seperti maskapai komersial lainnya. 

Sebagai informasi, Pelita Air Service sempat memiliki jadwal penerbangan domestik pada era 2000an. Namun, ketatnya persaingan di industri penerbangan membuat perusahaan meninggalkan penerbangan komersial berjadwal pada 2005. Sejak saat itu, Pelita Air fokus pada layanan logistik dan charter. 

3. Punya bisnis perawatan dan pemeliharaan pesawat

Enggak cuma Garuda Indonesia saja yang punya bisnis jasa dengan ongkos cukup mahal ini. Ternyata, Pelita Air juga melayani jasa ini melalui anak usahanya, PT Indopelita Aircraft Services. 

Pelita Air juga punya markasnya sendiri di Bandara Pondok Cabe. Layanan perawatan dan pemeliharaan pesawat dilakukan di hanggar, gudang, dan landasan sepanjang 2.000 meter. 

4. Armada yang memadai

Pelita Air Service, sesuai dengan fokus bisnisnya untuk layanan charter, memiliki sejumlah armada yang memadai. Pelita Air mengoperasikan sejumlah pesawat rotary wing dan fixed wing yang cocok untuk terbang di wilayah Indonesia sebagai kepulauan. 

Dikutip dari situs resmi perusahaan, beberapa armada yang dimiliki Pelita Air Service (PAS) antara lain:

Fixed wing

- ATR 42.500

- ATR 72-500

- CAS 212-200

- AT 802

Rotary wing

- Bell 412 EP

- Bolkow NBO-105

- Sikorsky S76 C++

- Sikorsky S76-A

- BELL 430

5. Punya klien dari swasta hingga pemerintahan

PAS tercatat melayani banyak klien dari berbagai kalangan. Saat ini misalnya, Pelita Air menyewakan pesawatnya untuk Sekretariat Negara, Sekretariat Wakil Presiden, Chevron Pacific Indonesia, PT Pertamina (persero), dan berbagai perusahaan swasta lainnya. 

6. Disiapkan gantikan Garuda Indonesia

Menyusul ramainya kabar terkait risiko pailit Garuda Indonesia, Kementerian BUMN selaku pemegang saham mayoritas pun mengambil langkah. Kementerian BUMN membenarkan disiapkannya Pelita Air Service sebagai maskapai nasional pengganti Garuda Indonesia. Hanya saja, opsi ini disebut sebagai 'cadangan' saja. 

Kendati begitu, pemerintah masih berupaya menyembuhkan keuangan Garuda Indonesia melalui restrukturisasi dan negosiasi. Jika mentok, Garuda Indonesia terpaksa ditutup. Alasannya, pemerintah tidak mungkin menyuntikkan penyertaan modal negara (PMN) kepada Garuda Indonesia untuk menambal utang yang fantastis.

Proses negosiasi dan restrukturisasi utang dilakukan terhadap seluruh lender dan lessor pesawat. Kementerian BUMN juga menunjuk 3 konsultan.