Nasib Emiten Rumah Sakit di Tengah Pandemi

Date:

[Waktu baca: 6 menit]

Pandemi virus corona adalah kejutan bagi hampir seluruh manusia di bumi ini. Dimulai dari sebuah daerah di China, virus ini menyebar begitu cepat ke hampir seluruh negara di dunia, tidak terkecuali Indonesia.

Seperti kita tahu, virus ini bukan hanya menyiksa, tapi juga membunuh para penderitanya. Lebih dari 3 juta orang meninggal karena virus ini pada akhir April 2021. Bukan hanya kesehatan manusia yang terdampak, kehidupan ekonomi pun terpukul.

Suka atau tidak, pandemi ini membuat banyak orang mendatangi tempat yang sebenarnya banyak orang ingin menghindarinya: rumah sakit. Rumah sakit adalah tempat dimana orang berusaha mencari pertolongan dan menyembuhkan dirinya dari suatu musibah kesehatan---termasuk virus corona.

Pandemi memukul berbagai sektor ekonomi, mulai dari ritel sampai pariwisata, namun di sisi lain menjadi "rezeki" perusahaan-perusahaan yang bergerak di industri kesehatan. Penyebabnya tidak lain adalah peningkatan permintaan jasa kesehatan yang disediakan rumah sakit.

Inilah sebuah kenyataan yang terjadi di tengah pandemi. Seberapa besar keuntungan yang dikantongi oleh rumah sakit di tengah pandemi? Bagaimana kinerja keuangan mereka? Bagaimana pula saham mereka? Simak ulasannya berikut ini:

Kinerja Kuartal I: Melesat Lebih dari 700%

Pada saat ini, setidaknya ada tujuh perusahaan rumah sakit yang telah menjadi perusahaan terbuka di Bursa Efek Indonesia. Berbagai perusahaan itu mengelola rumah sakit di berbagai daerah di Indonesia.

Tiga dari tujuh perusahaan itu sudah mengumumkan laporan keuangannya per kuartal I/2021. Ditilik dari laba bersihnya, perusahaan itu membukukan pertumbuhan kinerja yang fantastis sepanjang tiga bulan pertama 2021 dibandingkan dengan tiga bulan pertama 2020. Berikut ini tabelnya:

Laba Bersih Emiten Rumah Sakit Kuartal I/2021 (Dalam Rp miliar)

Dari tabel di atas diketahui bahwa Siloam International Hospitals (SILO) membukukan peningkatan kinerja hingga lebih dari 700% pada kuartal I/2021. Di antara berbagai emiten yang bergerak di sektor healthcare, SILO merupakan perusahaan dengan aset terbesar.

Sebagai gambaran, Siloam Hospitals saat ini mengelola dan mengoperasikan 39 rumah sakit, terdiri dari 14 rumah sakit di wilayah Jabodetabek dan 25 rumah sakit yang tersebar di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, dan Nusa Tenggara.

Siloam mendedikasikan 4 rumah sakit untuk merawat pasien yang terinfeksi virus corona. Per kuartal I/2021, Siloam memiliki 1.035 tempat tidur khusus untuk pasien corona di seluruh jaringan rumah sakit dan merawat lebih dari 18.129 pasien corona. Di samping itu, Siloam juga telah memvaksin lebih dari 113.000 orang.

Mengapa laba SILO melesat demikian tingginya? Dalam keterangan resmi yang dirilis oleh SILO, manajemen menjelaskan peningkatan profitabilitas didorong oleh fokus manajemen untuk meningkatkan pendapatan dan strategi manajemen biaya serta pelaksanaan program pengobatan dan pengujian virus corona.

Menurut manajemen, Siloam memiliki salah satu kapasitas pengujian virus corona terbesar di Indonesia dengan jaringan Lab Pengujian PCR di 15 rumah sakit. Sejak adanya pandemi hingga kuartal I/2021, Siloam telah melakukan 2,2 juta tes antibodi, serologi dan antigen serta lebih dari 340.000 tes PCR dan Isothermal.

Singkat kata, pandemi berdampak terhadap peningkatan kinerja keuangan yang dialami oleh perusahaan rumah sakit yang dimiliki oleh grup Lippo ini. Kondisi itu bukan tidak mungkin berlanjut pada 2021 mengingat pandemi belum berakhir di Indonesia.

Selain SILO, Mitra Keluarga Karyasehat (MIKA) juga membukukan pertumbuhan laba bersih pada kuartal I/2021 kendati tidak sebesar SILO. MIKA adalah perusahaan yang mengelola 17 rumah sakit yang sebagian besar terletak di Jakarta dan sekitarnya.

Kinerja keuangan MIKA naik karena pendapatan dari rawat inap dan rawat jalan naik masing-masing 48% dan 20%. Dibedah lebih rinci lagi, pendapatan MIKA dari rawat inap banyak berasal dari pos kamar rawat inap, jasa tenaga ahli dan obat dan perlengkapan medis dengan peningkatan masing-masing 61%, 64% dan 52%.

Sementara itu, Sarana Meditama Metropolitan (SAME) membalikkan keadaan pada masa pandemi, dari rugi Rp21 miliar pada kuartal I/2020 menjadi untung Rp39 miliar pada kuartal I/2021. SAME adalah emiten yang mengelola rumah sakit dengan nama OMNI Hospital yang tersebar di Pulomas, Pekayon, Alam Sutera dan Cikarang.

Sementara itu, ada sejumlah emiten rumah sakit lainnya yang juga mengalami peningkatan kinerja selama pandemi. Sayangnya, mereka belum merilis kinerja keuangan per kuartal I/2021, melainkan terakhir kali pada kuartal III/2020. Dari laporan keuangan terakhir mereka itu terlihat adanya peningkatan kinerja hingga bulan kesembilan 2020.

Mereka antara lain Metro Health Care Indonesia (CARE), Medikaloka Hermina (HEAL) dan Royal Prima (PRIM). Hanya Sejahteraraya Anugrahjaya (SRAJ) ---perusahaan yang mengelola rumah sakit Mayapada-- yang merugi dalam periode tersebut.

Laba Bersih Emiten Rumah Sakit Kuartal III/2020 (Dalam Rp miliar)

Sebagian rumah sakit yang dikelola oleh SAME, SILO, MIKA, CARE dan HEAL masuk ke dalam daftar rumah sakit rujukan pasien corona di Jakarta. Begitupula dengan berbagai daerah lainnya yang menjadikan rumah sakit mereka sebagai rumah sakit rujukan covid.

Kondisi 2021: PCR dan Vaksin Gotong Royong 

Seperti yang kita ketahui bersama, pandemi belumlah berakhir setidaknya sampai 2021 dan belum dapat dipastikan akhir dari situasi yang tidak diharapkan ini. Pada 2021 atau tahun  pemulihan ini, pengujian virus corona seperti tes PCR juga masih akan terus dilakukan oleh berbagai pihak sebagai upaya mendeteksi virus corona.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga menargetkan 25 juta warga Indonesia mengikuti tes PCR untuk deteksi virus corona (Covid-19). Tes itu dilakukan sebagai bagian dari upaya testing dan tracing.

Pada saat ini, berbagai tes PCR itu dilakukan di rumah sakit. Sejumlah emiten rumah sakit yang disebutkan di atas juga memiliki layanan tes PCR. Siloam, misalnya, memiliki "Paket Test Covid-19" dengan berbagai variannya. Tes PCR kini menjadi salah satu kebutuhan dalam berbagai agenda masyarakat.

Salah satu variannya disesuaikan dengan momentum, misalnya, Lebaran 2021. Dalam layanan itu, Siloam menyediakan jasa "Lebaran Swab Antigen" dengan promo yang berlaku hingga 31 Mei 2021. Begitupula dengan rumah sakit lainnya seperti yang dikelola oleh Mitra Keluarga dan OMNI yang menawarkan layanan PCR Swab Test.

Selain pengujian, layanan lain yang disediakan oleh rumah sakit pada 2021 ini adalah layanan vaksin. Seperti diketahui, pemerintah memiliki program Vaksinasi Gotong Royong yang rencananya akan dimulai pada 9 Mei 2021. Sampai tulisan ini dirilis, pemerintah berencana menerbitkan peraturan yang mengatur berbagai hal mengenai vaksin tersebut, termasuk soal harga.

Program Vaksinasi Gotong Royong adalah program vaksinasi yang akan dilakukan oleh pihak swasta dan dikoordinasikan oleh Kamar Dagang Indonesia (Kadin) berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 10/2021 tentang Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Covid-19.

Vaksinasi Gotong Royong dibedakan dari vaksin yang dipakai dalam program pemerintah. Rencananya ada sejumlah vaksin yang akan dipakai dalam program Vaksin Gotong Royong yakni vaksin Sinopharm dari China dan vaksin Moderna dari AS.

Pada saat ini, sejumlah rumah sakit telah melakukan "jemput bola" dengan mendata perusahaan yang rencananya akan melakukan Vaksinasi Gotong Royong tersebut. Siloam, misalnya, telah memulai mendata perusahaan yang akan melakukan vaksinasi bersama di jaringan rumah sakit tersebut.

Dalam Vaksinasi Gotong Royong ini, rumah sakit akan mendapatkan banyak pekerjaan mengingat Permenkes Nomor 10/2021 mengatur bahwa pelayanan vaksinasi tersebut akan dilaksanakan di fasilitas kesehatan milik pemerintah pusat, pemerintah daerah, atau masyarakat/swasta, yang memenuhi persyaratan.

Fasilitas kesehatan itu termasuk rumah sakit, selain puskesmas dan puskemas pembantu, klinik, rumah sakit, unit pelayanan kesehatan di kantor kesehatan pelabuhan. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sendiri telah menerbitkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) untuk vaksin  Sinopharm.

Singkat kata, apabila Vaksinasi Gotong Royong ini berjalan sesuai rencana dan tidak ada perubahan peraturan yang signifikan, rumah sakit-rumah sakit yang telah memenuhi persyaratan akan melayani program vaksinasi tersebut pada 2021 dan mungkin akan berlanjut hingga 2022. Vaksinasi Gotong Royong akan menjadi pekerjaan tambahan bagi rumah sakit selain pengujian virus yang telah dilaksanakan sejak 2020.

Namun perlu diingat, berbagai layanan tersebut, mulai dari pengujian virus sampai Vaksinasi Gotong Royong, barangkali hanyalah momentum sesaat dalam jangka pendek atau menengah bagi industri kesehatan. Segenap pihak sedang berusaha supaya pandemi yang melelahkan ini segera berakhir dengan berbagai cara.

 

Tags: