Menilik Kisah Pendiri Netflix, dari Rental DVD ke Layanan Streaming Terpopuler Dunia
Coba tengok di gadget kamu. Ada nggak logo huruf 'N' berwarna merah dengan latar hitam? Sebagian besar dari pembaca artikel ini pasti punya layanan streaming film dengan logo tersebut. Ya, Netflix semakin populer beberapa tahun belakangan.
Adanya pandemi Covid-19 yang mengubah budaya hidup masyarakat dunia, dari offline menjadi serba-online, membuat layanan streaming film seperti Netflix semakin digemari. Nggak heran sih. Tuntutan untuk lebih banyak 'stay at home' pasti membuat kita butuh lebih banyak hiburan bukan?
Jadi nggak heran pula, kalau sepanjang 2020 lalu, Netflix global meraup untuk US$25 miliar atau setara Rp350 triliun (kurs Rp14.030). Laba perusahaan juga tercatat tembus US$2,8 miliar. Saking laris manisnya, kenaikan tarif langganan pun tidak mengurangi jumlah pelanggan Netflix.
Sampai akhir 2020 lalu, jumlah pelanggan Netflix di seluruh dunia menyentuh 200 juta akun lebih, naik 30% ketimbang 2019.
Seluruh kesuksesan bisnis Netflix ini tidak lepas dari kepiawaian pendirinya, Reed Hastings dalam melihat peluang. Kecermatannya terasah pada 1997 silam, saat ia merintis usaha rental DVD. Nah seperti apa kisah lengkap Reed Hastings ini? Simak artikel Big Alpha ini ya.
1. Tertarik dengan 'artificial intelligence' sejak muda
Reed Hastings adalah lulusan Bowdoin College jurusan Matematika. Pria kelahiran Boston, Massachusetts, Amerika Serikat pada 8 Oktober 1958 itu sempat aktif di klub kemahasiswaan pecinta alam. Ia aktif bermain kano dan mendaki gunung saat merampungkan kuliahnya.
Jiwa petualangan Hastings juga terasah saat dirinya menjadi relawan sebagai guru matematika di sebuah SMA di Swaziland. Dua tahun jadi relawan, dirinya kembali ke AS dan melanjutkan kuliah bidang artificial intelligence di Stanford. Dari kampusnya saja, jelas lah ya kalau Hastings memang pintar?
2. Mendirikan perusahaan perangkat lunak
Pada 1991, Hastings mendirikan perusahaan software bernama Pure Software. Ia menjual perangkat debugging bagi teknisi komputer. Keuntungan yang berlipat membuat perusahaannya dilirik oleh Rational Software dan kemudian diakuisisi.
Hastings mendapat US$750 juta dari proses akuisisi ini. Dari situlah, kemudian Hastings punya modal untuk mendirikan Netflix pada 1997 bersama rekannya, Marc Randolph.
3. Netflix mentransformasi penyewaan DVD
Pada Agustus 1997, Netflix hadir sebagai bentuk kreatif dari penyewaan DVD. Kalau biasanya orang menyewa DVD per judul dengan batasan waktu sewa, Netflix menawarkan konsep baru.
Anggota hanya perlu membayar biaya bulanan untuk menyewa DVD apapun, langsung dikirim ke alamat rumah pelanggan.
Ide ini justru muncul saat Hastings kena denda US$40 dari Blockbuster, sebuah penyedia layanan sewa DVD, karena terlambat mengembalikan. Dari sinilah kemudian Hastings beride untuk menawarkan konsep keanggotaan, alih-alih sistem sewa per judul dengan batasan waktu.
4. Netflix merajai industri layanan streaming
Netflix sukses meraup banyak pelanggan. Pada 2000, Hastings bahkan sempat menawarkan separuh saham perusahaan ke Blockbuster yang saat itu masih menjadi raksasa penyedia jasa rental video. Apa yang terjadi? Blockbuster menolak tawaran Hastings.
Tapi siapa sangka, kini Netflix berhasil menyalip pencapaian Blockbuster. Pada 2005 saja, Netflix berhasil memiliki 4,5 juta pelanggan. Dari awalnya hanya menyediakan sewa DVD, Netflix merambah ke layanan film streaming pada 2007, hingga mampu memproduksi film dan serial sendiri.
Hingga 2020, Netflix berhasil meraup lebih dari 200 juta pelanggan di seluruh dunia. Film-film produksi Netflix pun berhasil menyabet sejumlah penghargaan internasional.
5. Reed Hastings masuk deretan orang terkaya dunia
Forbes melansir, Reed Hastings duduk di peringkat ke-550 daftar orang terkaya di dunia. Kekayaan Hastings mencapai US$5,4 miliar pada Agustus 2021.
6. Peduli pendidikan
Hastings ternyata tidak lupa untuk menyisihkan hartanya untuk kebaikan orang banyak. Pada Juni 2020, Hastings dan istrinya mendonasikan US$120 juta untuk mendanai beasiswa di melalui Black colleges dan the United Negro College Fund.
Date: