BUMN dengan Utang Terbesar, Angkanya Bikin Melotot
Ngomongin utang memang nggak ada habisnya. Salah satunya, utang yang ditanggung oleh perusahaan pelat merah alias badan usaha milik negara (BUMN). Usut punya usut, nilai utang yang dimiliki BUMN terbilang fantastis.
Bank Indonesia (BI) dalam rilis resminya menyebutkan utang luar negeri BUMN per Maret 2021 mencapai US$59,65 miliar atau setara Rp851,16 triliun (kurs Rp14.400). Angka itu juga setara dengan nyaris 30 persen utang luar negeri sektor swasta. Ada sejumlah faktor yang melatari bengkaknya nilai utang perusahaan negara ini. Salah satunya, beban penugasan pemerintah bagi BUMN untuk melakukan pembangunan dan pengembangan proyek strategis nasional (PSN) yang cukup besar.
Misalnya, proyek pembangkit listrik, proyek konstruksi, dan proyek lainnya. Memang sih, pembangunan infrastruktur bertujuan demi kemaslahatan masyarakat. Tapi dengan angka sebesar ini gimana nih sobat Big Alpha?
Nah, dari nilai utang BUMN yang tinggi itu, berikut ini adalah deretan BUMN yang memiliki utang paling besar:
1. Garuda Indonesia Tbk (GIAA)
Perkara utang yang jumbo tentu sudah jadi rahasia umum yang melekat pada maskapai nasional ini. Big Alpha pernah mengulas secara rinci mengenai kinerja keuangan GIAA yang memerah.
Adanya pandemi Covid-19 dengan segala pembatasan mobilitas, membuat kinerja Garuda Indonesia ikut jeblok. Pendapatan Garuda Indonesia pada 2020 lalu hanya Rp21,61 triliun, turun 67 persen dibanding pendapatan pada 2019 sebesar Rp66,3 triliun.
Sementara kerugiannya, lebih bengkak lagi. Kerugian pada 2020 tercatat Rp35 triliun, naik 6.000 persen dibanding kerugian pada 2019 sebesar Rp565 miliar. Ingat, dari miliar ke triliun!
Catatan Kementerian BUMN, utang Garuda Indonesia sampai saat ini terus menumpuk hingga menyentuh Rp70 triliun. Bahkan menurut perhitungan, angkanya terus bertumbuh Rp1 triliun setiap bulannya.
Pejabat Kementerian BUMN sempat membocorkan alasan di balik tingginya utang Garuda Indonesia: biaya sewa (leasing) pesawat yang tinggi, jenis pesawat yang tidak banyak, dan rute penerbangan yang tak profitable.
Demi menyelamatkan keuangan korporasi, Garuda Indonesia telah menjalankan sejumlah kebijakan. Mulai dari pensiun dini hingga penangguhan gaji komisaris.
2. BUMN Karya
Nggak heran kalau BUMN karya yang bergerak di bidang infrastruktur punya utang yang besar. Kementerian BUMN menengarai, nilai utang yang tinggi disebabkan besarnya beban penugasan yang diberikan kepada BUMN karya tanpa dibarengi dengan suntikan modal lewat penyertaan modal negara (PMN) yang mencukupi.
Maklum, di era pemerintahan Presiden Jokowi memang proyek-proyek infrastruktur terutama jalan tol jor-joran digarap. Adanya pandemi Covid-19 pun memperburuk kondisi keuangan perusahaan.
Pemerintah mencatat, total utang BUMN masing-masing konstruksi sebagai berikut:
- Adhi Karya (ADHI) Rp 34, 9 triliun
- Waskita Karya (WSKT) Rp 91, 76 triliun
- Pembangunan Perumahan (PTPP) Rp 39, 7 triliun
- Wijaya Karya (WIKA) Rp 45, 2 triliun
3. PLN (Persero)
Angka utang yang dimiliki perusahaan setrum ini terbilang super jumbo. Tak tanggung-tanggung, PLN mencatatkan utang Rp500 triliun (angka per akhir 2019). Besarnya utang PLN ini sejalan dengan tingginya beban yang diemban perusahaan untuk membangun proyek kelistrikan 35.000 Megawatt.
Manajemen PLN sempat menyampaikan kepada media massa bahwa lonjakan nilai utang perusahaan terjadi dalam 5 tahun terakhir.
4. PTPN
Menteri BUMN Erick Thohir sempat menyebutkan bahwa holding PTPN memiliki utang yang terbilang besar. Pada April 2021 Induk perkebunan milik negara, PT Perkebunan Nusantara III (PTPN III), menyelesaikan proses restrukturisasi utang senilai Rp 41 triliun.
Dalam keterangan yang disampaikan kepada media, ada 50 kreditur baik di dalam atau luar negeri yang sepakat melakukan restrukturisasi tersebut.
Date: