Mengukur Kemampuan SRAJ Bertahan Keluar dari Jeratan Kerugian

Date:

Grup Mayapada tak ingin ketinggalan dalam perlombaan di kalangan emiten rumah sakit saat ini untuk memanfaatkan momentum pertumbuhan selama pandemi guna menciptakan lompatan bisnis.

Grup usaha ini sudah memiliki emiten rumah sakit yang melantai di Bursa Efek Indonesia, yakni PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk. Sama seperti kebanyakan perusahaan rumah sakit lainnya, emiten dengan kode saham SRAJ ini juga menikmati kenaikan kinerja selama pandemi.

Seiring dengan itu, perusahaan juga mempersiapkan diri untuk langkah ekspansi yang lebih besar melalui pembangunan dan akuisisi rumah sakit baru. Untuk itu, belanja modal jumbo pun dipersiapkan mencapai Rp800 miliar untuk tahun ini.

Jika menilik pada laporan keuangannya, SRAJ berhasil membukukan pendapatan senilai Rp1,02 triliun pada paruh pertama tahun ini. Capaian itu melejit 115,35% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp476 miliar (year-on-year/YoY).

Perseroan juga membukukan kenaikan beban, tetapi tidak setinggi kenaikan pendapatannya. Beban langsung naik 77,9% YoY menjadi Rp607,3 triliun, sehingga laba brutonya dapat melonjak lebih tinggi lagi, yakni tumbuh 210,3% YoY menjadi Rp417,7 miliar.

Seiring dengan itu, perseroan berhasil membalikkan kondisi rugi bersih senilai Rp63 miliar pada paruh pertama tahun lalu menjadi laba bersih senilai Rp151,1 miliar pada periode yang sama tahun ini. Ini tentu saja lonjakan yang sangat tinggi.

Berikut kini perincian kinerja keuangan perseroan yang belum diaudit. Adapun, perseroan kini tengah mengaudit laporan keuangan ini untuk kepentingan rights issue:

Menariknya, jika menilik pada riwayat kinerja keuangannya dalam beberapa tahun belakangan, emiten ini sudah membukukan kerugian sejak tahun 2013. Baru pada tahun inilah perseroan berhasil keluar dari jurang kerugian tersebut. 

Jelas sekali bahwa lonjakan kinerja keuangan yang pesat pada SRAJ tidak terlepas dari adanya faktor luar biasa, yakni pandemi Covid-19. Kini pertanyaannya, selepas pandemi berlalu, apakah SRAJ bakal tetap mampu mempertahankan kinerja positif ini atau tidak?

 

Kinerja SRAJ Selama Pandemi

Pada awal pandemi tahun lalu, bisnis SRAJ sejatinya juga belum betul-betul ketiban untung. Justru saat itu banyak masyarakat yang menghindari pelayanan rumah sakit karena takut terpapar Covid-19. Alhasil, jumlah pasien non-Covid-19 malah berkurang.

Hanya saja, pada paruh kedua permintaan terhadap pelayanan rumah sakit mulai meningkat pesat. Selain itu, pelayanan yang terkait Covid-19 juga tumbuh cukup tinggi seiring dengan meningkatnya jumlah pasien yang terkena Covid-19.

Tren ini lalu berlanjut sepanjang awal tahun ini. Kondisi pandemi benar-benar meningkatkan aktivitas layanan yang diberikan oleh SRAJ. Dengan demikian, pada paruh pertama tahun ini saja, pendapatannya sudah berhasil melampaui capaian setahun penuh 2019.

Kenaikan kinerja pada paruh pertama tahun ini ditopang oleh meningkatnya pelayanan rawat inap terhadap pasien Covid-19, deteksi dini Covid-19 melalui Laboratorium PCR, dan beroperasinya unit rumah sakit di Kuningan, yakni Mayapada Hospital Kuningan (MHKN) sejak 15 Juli 2020.

Kenaikan kasus baru pandemi pada awal tahun ini meningkatkan jumlah kunjungan ke rumah sakit perseroan, sekaligus meningkatkan rata-rata pendapatan per kunjungan. Jumlah kunjungan pasien pada semester I/2021 meningkat 28,8% YoY dari 177.624 kunjungan menjadi 228.796 kunjungan.

Kenaikan kunjungan juga tidak terlepas dari adanya tambahan rumah sakit baru. MHKN belum beroperasi pada semester I/2020, sehingga wajar jika capaian kunjungan pada paruh pertama tahun ini meningkat. Total ranjang kini mencapai 613 unit, tumbuh 47,7% YoY dari 415 unit pada semester I/2020.

Penambahan tempat tidur ini tidak saja terjadi karena adanya rumah sakit baru yang beroperasi, tetapi juga karena perseroan memang meningkatkan kapasitas tempat tidur di rumah sakit existing guna mendukung penanganan pandemi.

Adapun, kini SRAJ sudah memiliki empat rumah sakit. Rumah sakit baru MHKN menyumbang tambahan 71 unit tempat tidur. Artinya, lebih dari 100 unit tempat tidur lainnya adalah peningkatan kapasitas di tiga rumah sakit lainnya.

Selain itu, pada paruh pertama tahun lalu juga banyak pasien non-Covid yang menghindari kunjungan ke rumah sakit. Dengan demikian, base line pembanding memang lebih rendah sehingga terlihat adanya lonjakan kunjungan yang signifikan pada paruh pertama tahun ini. Pada paruh pertama tahun ini, pendapatan non-covid sudah tumbuh kembali dan tercatat meningkat 9% YoY.

Sementara itu, biaya berobat akibat Covid-19 secara rata-rata cukup tinggi. Alhasil, perseroan menikmati kenaikan rata-rata pendapatan per pasien sebesar 67,2% YoY dari Rp2,68 juta menjadi Rp4,48 juta. Ini menjadi alasan di balik lonjakan pesat pendapatan perseroan dan keluarnya SRAJ dari kerugian.

Capaian ini tidak terlepas dari upaya perseroan untuk meningkatkan kapasitas pelayanan dan infrastruktur untuk penanganan pandemi, mulai dari mesin tes PCR, tempat tidur, ketersediaan obat-obatan, dan fasilitas pendukung lainnya untuk mencegah transmisi penularan di lingkungan rumah sakit.

Sepanjang paruh pertama tahun ini, SRAJ sudah merawat lebih dari 5.000 pasien Covid-19. Kenaikan jumlah kasus yang sangat tinggi pada Juni 2021 menyebabkan rasio keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) meningkat pesat, pun pundi-pundi perseroan.

Untuk itu, perseroan menambah ruang rawat isolasi Covid-19, pemisahan IGD khusus Ispa, termasuk  protokol kesehatan yang diperlukan agar pasien non-covid tetap dapat berobat dengan aman. BOR perseroan naik dari 64% pada semester I/2020 menjadi 66% pada semester I/2021.

Perseroan juga menyediakan pelayanan isolasi mandiri, baik di hotel maupun di rumah. Perseroan juga memberikan layanan konsultasi online dengan dokter dan pengantaran obat melalui fasilitas telemedicine. Layanan ini memberikan alternatif pilihan yang lebih aman bagi pasien non-covid.

Pendapatan dari kedua segmen ini, yakni isoman dan telemedicine, mencapai Rp6 miliar pada paruh pertama tahun ini.

Perseroan juga sejak awal  2021 meluncurkan layanan pusat Post Covid Recovery and Rehabilitation (PCRR) bagi pasien penyintas Covid-19 untuk dapat memeriksa kondisi kesehatan hingga benar-benar pulih. Layanan ini ada di keempat rumah sakit perseroan.

Dengan perkembangan terkini dan kondisi pandemi yang masih berlanjut, perseroan percaya diri akan mampu membukukan total pendapatan hingga Rp2 triliun pada akhir tahun nanti dengan laba bersih Rp250 miliar. Target pendapatan itu mencerminkan tingkat pertumbuhan sebesar 56% YoY dibanding capaian 2020 yang senilai Rp1,28 triliun.

 

Rencana Ekspansi SRAJ

Kondisi pandemi jelas memainkan peranan penting di balik membaiknya kinerja SRAJ tahun ini hingga akhirnya kembali berhasil membukukan laba setelah bertahun-tahun puasa laba. Namun, di luar itu, tentu tidak dapat diabaikan pula adanya faktor tambahan kapasitas dari rumah sakit yang baru.

Dalam paparan publiknya, manajemen perseroan mengumumkan bahwa rencana ekspansi rumah sakit ini belum akan berhenti. Bahkan, perseroan berencana untuk mempercepat langkah ekspansi ini.

Dalam waktu dekat, tepatnya Oktober 2021 nanti, satu rumah sakit lagi bakal beroperasi, yakni Mayapada Hospital Surabaya. Rumah sakit tipe B ini memiliki luas bangunan 24.216 m2 dengan total kapasitas tempat tidur mencapai 200 unit.

Sementara itu, pada akhir tahun ini, perseroan juga berencana untuk mengoperasikan gedung baru Mayapada Hospital Tangerang. Bangunan baru ini memiliki luas lantai 5.295 m2 dan tambahan kapasitas 91 tempat tidur.

Kinerja keuangan yang solid pada tahun ini membantu perseroan untuk mempercepat investasi dan modernisasi bisnis, serta meluncurkan proyek-proyek dan layanan-layanan baru.

Saat ini, ada satu proyek lain yang juga sedang dalam tahap pengembangan, yakni rumah sakit Mayapada Hospital Bandung (MHBD). Ini juga merupakan rumah sakit tipe B dengan luas bangunan 27.701 m2 dalam 11 lantai, dengan kapasitas tempat tidur mencapai 200 unit.

Dengan semua proyek ini, tidak mengherankan jika perseroan menganggarkan belanja modal hingga Rp800 miliar pada tahun ini. Hingga akhir tahun ini, Mayapada sudah akan mengoperasikan lima rumah sakit dengan tambahan kapasitas pada salah satu rumah sakit existing.

Sementara itu, rumah sakit di Bandung ditargetkan bisa tutup atap atau topping off pada Februari 2022 dan beroperasi penuh pada Desember 2022. Dengan tamban kapasitas dari rumah sakit baru, SRAJ tentu berpeluang untuk meningkatkan kinerjanya dengan lebih kuat di masa mendatang.

Untuk mendukung rencana ekspansi ini, perseroan juga akan menerbitkan saham baru dalam rangka penambahan modal. Langkah rights issue ini sudah disetujui oleh pemegang saham perseroan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) SRAJ pada 18 Februari 2021 lalu.

Saat ini, perseroan masih mempersiapkan rights issue tersebut sambil menunggu rampungnya proses audit atas laporan keuangan perseroan periode 30 Juni 2021. Adapun, jika langkah rights issue ini berjalan sukses, perseroan dapat meraup dana segar antara Rp1,2 triliun hingga Rp1,8 triliun.

 

Prospek Usai Pandemi

Ekspansi rumah sakit SRAJ telah direncanakan dan dimulai sejak sebelum pandemi. Artinya, langkah ini memang telah diperhitungkan perseroan dalam rangka memacu kinerja jangka panjangnya. Terlepas dari ada atau tidaknya pandemi, ekspansi rumah sakit tersebut akan tetap dilakukan.

Adanya kondisi pandemi seperti menjadi durian runtuh bagi perseroan atau menjadi berkah yang tidak terduga. Perseroan pun cukup berhasil mengoptimalkan peluang yang ada sehingga dapat meningkatkan kinerja hingga tumbuh dua kali lipat.

Meski belum dapat memastikan kapan pandemi akan berakhir, kita tahu bahwa ini adalah kondisi luar biasa yang kemungkinan besar tidak akan selamanya ada. Ada ancaman besar bahwa peningkatan kapasitas yang selama ini dilakukan SRAJ untuk mengimbangi kebutuhan selama pandemi di rumah sakit existing bakal idle usai pandemi berakhir.

Selama ini, kinerja rugi yang dibukukan SRAJ tidak terlepas dari tingginya beban operasional perseroan. Artinya, adanya tambahan rumah sakit baru tidak menjamin masalah operasional ini dapat teratasi. Jika tak mampu mengoptimalkan pendapatan, perseroan tetap akan kesulitan menutupi biaya ini dan berisiko kembali rugi.

Laba yang dibukukan pada paruh pertama tahun ini jelas belum dapat dibanggakan, sebab terjadi di tengah kondisi yang tidak normal dan cenderung menguntungkan bagi sektor rumah sakit. Oleh karena itu, ujian sesungguhnya bagi kinerja SRAJ baru akan dimulai setelah pandemi berakhir.

Tambahan kapasitas dari rumah sakit baru di Bandung dan gedung baru perluasan rumah sakit di Tangerang akan terefleksikan tahun depan. Meski begitu, umumnya rumah sakit baru belum akan segera menghasilkan kinerja yang positif dalam waktu dekat.

Oleh karena itu, kinerja SRAJ yang sesungguhnya dari tambahan kapasitas rumah sakit akan lebih terefleksikan pada kinerja keuangan 2023 nanti. Semoga saja perseroan dapat benar-benar keluar dari jerat kerugian, bukannya berbalik rugi setelah pandemi ini berakhir.