Mengerti Bandarmologi

Date:

Bagi kalian yang baru saja terjun ke pasar saham, mungkin kalian telah mengenal analisis teknikal dan analisis fundamental.

Kedua analisis tersebut adalah prinsip mendasar dalam berinvestasi di seluruh dunia karena sudah terbukti baik secara akademik maupun secara empirik, bahkan dipelajari di perguruan tinggi.

Namun, pada kenyataannya, tedapat satu jenis analisis investasi lain yang marak digunakan, termasuk di Indonesia, yakni analisis bandarmologi.

Secara harfiah bandarmologi terdiri dari dua kata, yaitu Bandar dan Logi atau Logos. Bandar yang artinya orang punya kemampuan untuk mengendalikan suatu aksi (gerakan) secara sembunyi-sembunyi dan Logos yang artinya ilmu.

Sehingga bisa diartikan, Bandarmologi merupakan ilmu yang mempelajari pergerakan pihak atau kelompok tertentu yang punya kemampuan untuk mengendalikan pasar secara sembunyi-sembunyi.

Namun pada kenyataannya, aksi para ‘bandar’ ini bisa kita pelajari dan lihat secara terang-terangan. Karena data dan pola pembelian saham di bursa yang terbuka untuk umum.

Harapan pergerakan bandar ini tentu saja memanfaatkan ketidaktahuan/ketidakpedulian investor untuk latah membeli/menjual saham tanpa mengetahui kondisi fundamentalnya.

Godaan untuk memperoleh keuntungan dalam waktu singkat ini yang menjadi basis pekerjaan para bandar.

Ciri-ciri Bandar

Dalam perdagangan saham, Bandar sering kali dikenal dengan istilah “market maker”. Bahkan di beberapa negara, bandar atau market maker diberikan lisensi oleh bursa yang proses pendaftarannya cukup ketat. Tapi tidak demikian di Indonesia.

Sebagai catatan, tidak selamanya bandar bekerja dengan sembunyi-sembunyi, cara kerja bandar tetap bisa dibaca dengan kasat mata.

Terdapat dua karakteristik bandar perlu diketahui, yaitu:

  1. Kapasitas Modal yang Besar

Pada dasarnya, bandar berperan dalam membangun kepercayaan atau persepsi bahwa suatu saham memiliki potensi kenaikan di masa mendatang.

Untuk menjalankan perannya, bandar harus memiliki kapasitas modal yang cukup besar di bursa agar dapat mempengaruhi pergerakan saham tertentu. Bandar harus memiliki “Umpan” yang dilemparkan untuk memancing investor lain masuk ke saham tertentu dengan jumlah yang tidak sedikit.

Tidak mungkin kalau hanya dengan uang 100 juta Bandar bisa mengendalikan pergerakan harga suatu saham di bursa. Paling tidak, bandar harus punya kontrol yg cukup besar dari total kepemilikan saham publik di suatu perusahaan tertentu.

  1. Tidak semua saham bisa dikendalikan

Meskipun punya modal yang besar, tapi terdapat saham-saham yang tidak mungkin dikendalikan oleh Bandar.

Saham tersebut adalah perusahaan yang memiliki kapitalisasi pasar yang besar seperti Astra International ataupun HM Sampoerna. Sebab semakin besar kapitalisasi pasarnya, maka semakin besar juga “umpan” yang diperlukan oleh bandar untuk mempengaruhi pasar.

Oleh karena itu, pergerakan harga saham yang memiliki kapitalisasi yang besar bisa dikatakan murni dari pergerakan mekanisme pasar.

Alasannya? Karena bandar akan membutuhkan dana yang sangat besar, dan seandainya bandar punya dana yang sangat besar sekalipun, bandar tetap akan kesulitan untuk mengangkat harga dan mendistribusikan saham yang sudah dibeli karena ukuran perusahaan yang sudah terlalu besar.

Bagaimana Bandar bekerja?

Prinsipnya, bandar bekerja dalam dua fase, yaitu fase akumulasi dan fase distribusi.

Fase akumulasi adalah fase ketika bandar membeli suatu saham untuk menaikkan harga dalam jangka pendek atau fase ketika bandar melemparkan umpan ke pasar.

Berikutnya fase distribusi, adalah fase saat bandar melepas kembali saham yang sudah dibeli ke bursa untuk mengembalikan atau menurunkan harga saham suatu perusahaan yang sudah naik dalam beberapa waktu terakhir.

Awalnya, bandar membeli saham dengan harga yang rendah. Saat mengumpulkan saham dengan harga murah, bandar membeli dengan sedikit-sedikit agar tidak menimbulkan kenaikan yang signifikan. Pada beberapa kasus, bandar juga dapat menyebar isu negatif dengan tujuan harga saham perusahaan turun ke titik terendahnya.

Saham yang dibeli secara perlahan akan mengakibatkan kenaikan harga di suatu saham, dan pada tahap ini isu mengenai saham tersebut mulai direspon oleh investor ritel.

Pada tahap ini pula kabar-kabar positif mulai bertebaran, misalnya seperti rencana akuisisi, rencana perubahan pemegang saham mayoritas ataupun proyeksi positif perusahaan tersebut.

Kenaikan secara bengasur akan terlihat seperti seolah-olah “digerakkan” secara alami oleh mekanisme pasar. Kenaikan harga ini akan menarik perhatian investor lain untuk ikut berinvestasi.

Terutama investor yang tergoda untuk mendapatkan keuntungan dalam waktu singkat.

Cara ini bisa dibilang efektif untuk mengelabui pasar. Tidak sedikit investor yang tertarik untuk ikut membeli saham yang sedang ‘digoreng’ para bandar.

Dalam beberapa jurnal ilmiah di bidang keuangan, fenomena ini sering disebut sebagai dumb money, atau sekumpulan investor yang tidak memahami saham yang ia beli. Dumb money cenderung hanya sekadar mengikuti pergerakan pasar.

Ketika pasar sedang naik, dumb money akan masuk karena takut akan ketinggalan tren. Sedangkan ketika pasar turun, ia pun ikut menjual karena tidak ingin rugi lebih dalam.

Ketika harga sudah tinggi dan mencapai target yang diinginkan maka Bandar akan mulai masuk ke fase kedua yaitu fase distribusi.

Fase distribusi adalah fase dimana Bandar melepas saham yang telah dibeli secara perlahan agar tidak menimbulkan kepanikan akibat penurunan yang signifikan. Saat fase distribusi selesai, maka saham akan berada pada harga terendah yang mana merupakan harga saham sesungguhnya.

Boom! Ketika bubble telah meletus, the market maker takes all.

Berikut gambarannya:

Fluktuasi tidak wajar pergerakan saham SIAP (PT SEKAWAN INTIPRIMA)

Dari penjelasan di atas, ada beberapa hal yang bisa menjadi pelajaran bagi kita:

1. Stick to the fundamental

Percayalah kalau secara jangka panjang, harga saham akan mengikuti kinerja fundamentalnya. So, do your homework. Temukan dan pelajari perusahaan yang ingin kamu beli.

2. Beli saham dengan kapitalisasi besar.

Untuk yang belum berpengalaman, utamakan untuk membeli saham-saham bluechips berkapitalisasi besar sehingga sulit digoreng oleh bandar. Hindari saham-saham IPO atau gorengan yang gampang dimainkan oleh bandar.

3. Jangan tergoda dengan keuntungan jangka pendek.

Pasar modal bukanlah tempat untuk menjadi kaya dalam waktu singkat. Butuh proses dan kesabaran. Let’s get rich slowly.

***

Jika anda selama ini menutup mata terhadap kondisi fundamental suatu saham yang akan anda beli, besar kemungkinan salah satu saham yang Anda pegang sekarang adalah saham hasil gorengan.

Bukan tidak mungkin juga, salah satu saham yang Anda pegang saat ini adalah saham yang sifatnya buy on news tanpa disertai kondisi fundamental. Anda bahkan sama sekali tidak memahami saham perusahaan yang Anda beli.

Bukan tidak mungkin pula, selama ini Anda merupakan salah satu investor yang rentan untuk dikelabui oleh bandar.

Bahkan bukan tidak mungkin, Anda adalah bagian dari kumpulan investor disebut sebagai dumb money.

Now the question is…are you?