Mengenal Average Down Dalam Investasi Saham
[Waktu baca: 4 menit]
"Avg down dong!" kata seorang investor saham saat menyarankan temannya yang juga investor saham ketika membahas harga saham X sedang turun.
Avg down saham? Apa itu? Avg down adalah singkatan dari average down yang merupakan salah satu strategi investasi saham. Average down adalah keputusan membeli saham yang sama yang telah dimiliki sebelumnya ketika harganya sedang turun.
Bagaimana maksudnya? Untuk memudahkan pemahaman, berikut ini ilustrasinya:
Seorang investor saham membeli saham X di harga Rp396 per lembar dengan jumlah 383 lot.
Beberapa waktu kemudian, harga saham tersebut turun menjadi Rp390 per lembar. Di harga Rp390, investor itu membeli lagi dengan jumlah 767 lot.
Kemudian, beberapa hari kemudian, harga saham itu terus turun lagi ke harga Rp394 dan investor itu kemudian membeli lagi saham tersebut dengan jumlah 127 lot.
Dalam perkembangannya, harga saham X itu terus turun ke harga Rp284. Investor itu kemudian membeli lagi saham tersebut dengan jumlah 20 lot. Investor itu terus membeli saham tersebut meski harganya turun karena yakin bahwa penurunan harga itu hanya sementara.
Setelah beberapa kali melakukan pembelian saham, harga rata-rata pembelian saham itu menjadi Rp378, bukan lagi harga awal Rp396.
Mengapa? Karena investor tersebut membeli saham yang sama beberapa kali saat harganya turun. Dengan demikian, sesuai perhitungan yang dibuat secara otomatis oleh perusahaan sekuritas, harga rata-rata pembelian saham menjadi turun.
Apa artinya bagi investor? Bagi investor, kondisi itu membuat harga rata-rata pembelian sahamnya menjadi lebih rendah daripada sebelumnya. Dengan demikian, untuk mendapatkan keuntungan, investor itu tidak perlu menunggu hingga harga saham tersebut melewati Rp396, melainkan Rp378.
Apakah setiap penurunan harga dari saham yang dimiliki perlu disertai keputusan average down? Tentu saja tidak. Average down adalah keputusan yang dibuat saat investor benar-benar memiliki keyakinan berdasarkan analisa atas suatu saham tersebut serta masih memiliki uang untuk menambah jumlah kepemilikan.
Pada umumnya, average down dilakukan oleh seorang investor yang memiliki horizon investasi jangka panjang. Saat harga saham yang dipegangnya mengalami penurunan, investor tersebut tidak ragu untuk melakukan average down karena meyakini tidak ada perubahan berarti dalam hal fundamental saham tersebut. Koreksi pasar saham bisa terjadi kapan saja dan bisa saja hanya berlangsung sementara.
Bagi investor yang ingin menerapkan strategi average down ini setidaknya dapat melakukan dua hal: (1) analisa fundamental saham (2) menyiapkan modal untuk mengantisipasi penurunan harga.
Sebagai contoh, ada seorang investor memiliki modal investasi saham sebesar Rp10 juta. Sebelum membeli saham, investor itu melakukan analisa fundamental terlebih dulu. Setelah analisa selesai dilakukan dan berkesimpulan bahwa saham tersebut menarik untuk dikoleksi, investor itu membagi pembelian sahamnya dalam beberapa tahap.
Misalnya, tahap pertama sebesar Rp3 juta ketika harga saham tersebut sebesar Rp400, tahap kedua sebesar Rp2 juta jika harganya turun menjadi Rp380 dan sisanya (Rp5 juta) jika harga sahamnya turun lagi. Saham yang harganya turun itu tetap dibeli karena investor itu memiliki dasar hasil analisa yang dibuat sebelum investasi.
Dalam dunia nyata, ada banyak kisah menarik dari average down itu. Pada April 2020, Big Alpha mempublikasikan artikel berjudul Direksi Borong Saham BBCA Saat Turun Drastis, Pertanda Bagus?
Artikel itu mengisahkan bagaimana para direksi Bank Central Asia (BBCA) memborong saham BBCA ketika harganya turun drastis akibat kepanikan investor seluruh dunia terhadap virus corona. Saat itu, harga BBCA terjun ke bawah level Rp30.000 bahkan hingga Rp23.000 per lembar.
Apa yang terjadi setelah pembelian itu? Harga BBCA melesat beberapa bulan kemudian. Pada awal Januari 2021, harga BBCA telah menyentuh level Rp35.000 atau naik dibandingkan dengan harga beli para direksi BCA itu saat market crash.
Average down dapat berbuah manis bagi mereka yang sabar dan memiliki analisa yang tepat.
Date: