Menakar Efek Lebaran Bagi Penjualan Mobil Emiten Otomotif
[Waktu baca: 5 menit]
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo baru saja memperbarui data penjualan mobil nasional. Per April 2020, penjualan mobil nasional secara wholesales maupun ritel sudah tumbuh positif dibandingkan dengan tahun lalu.
Sejak pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia pada Maret 2020 lalu, penjualan mobil nasional langsung anjlok. Penjualan wholesale mobil pada Maret 2020 mencapai 76.811 unit, tetapi pada April 2020 langsung terjun bebas menjadi hanya 7.868 unit.
Sementara itu, penjualan secara ritel juga turun, meski belum sedalam penjualan wholesales. Pada April 2020 penjualan mobil secara ritel mencapai 24.275 unit, turun dari bulan sebelumnya yang mencapai 60.440 unit.
Adapun, penjualan wholesales adalah penjualan dari produsen ke dealer, sedangkan penjualan ritel adalah penjualan dari dealer ke pengguna akhir. Sejak pandemi melanda Indonesia, penjualan mobil nasional secara bulanan terus tertekan. Penjualan mulai perlahan bangkit menjelang akhir tahun 2020.
Pada awal tahun ini, penjualan mobil perlahan terus membaik. Hanya saja, mengingat penjualan mobil nasional pada kuartal pertama tahun lalu masih relatif normal, penjualan pada kuartal pertama tahun ini pun masih terlihat menurun jika diukur secara tahunan atau year on year (yoy).
Namun, mengingat sejak April 2020 penjualan otomotif nasional sudah anjlok, penjualan mobil pada bulan April tahun ini pun terlihat melonjak drastis. Alhasil, secara kumulatif, total penjualan mobil nasional selama periode 4 bulan atau Januari-April 2021 sudah lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Berikut ini data perkembangan penjualan mobil nasional pada 4 bulan pertama dalam 3 tahun terakhir:
Dari data tersebut terlihat bahwa khusus pada bulan April 2021, penjualan mobil nasional sudah melonjak drastis dibandingkan dengan April 2020 lalu. Peningkatan terlihat mulai dari sisi produksi, penjualan wholesales, hingga penjualan ritel.
Dengan demikian, secara kumulatif total penjualan 4 bulan pertama tahun ini sudah tumbuh positif dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Namun, dari sisi produksi masih terlihat adanya penurunan sebesar 1% yoy.
Meskipun demikian, jika dibandingkan dengan kondisi sebelum pandemi, yakni Januari-April 2019, terlihat bahwa penjualan mobil pada periode 4 bulan pertama tahun ini masih jauh lebih rendah.
Penjualan ritel yang mencerminkan penjualan riil ke konsumen pada Januari-April 2019 mencapai 340.585 unit, sedangkan pada periode yang sama tahun ini hanya di bawah 260.000 unit.
Dari data tersebut terlihat juga bahwa penjualan mobil memang sudah melemah sejak awal 2020. Kinerja penjualan pada tiap bulan sepanjang 4 bulan pertama 2020 tercatat selalu lebih rendah dibandingkan dengan penjualan bulanan sepanjang periode yang sama 2019.
Berkah Relaksasi Pajak
Penjualan mobil tahun ini tampak meningkat signifikan sejak Maret 2021. Hal ini tentu tidak terlepas dari berlakunya relaksasi pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) dari pemerintah untuk penjualan mobil sejak Maret 2021. Relaksasi ini akan berlaku satu tahun penuh.
Pemerintah memberikan diskon 100% PPnBM untuk periode Maret-Mei 2021, lalu disusul diskon 50% pada periode Juni-Agustus 2021, dan diskon 25% pada September-Desember 2021.
Diskon ini diberikan kepada mobil sedan atau station wagon atau jenis mobil lain dengan kapasitas penumpang kurang dari 10 orang dengan sistem satu gardan penggerak atau 4x2 dan kapasitas isi silinder sampai dengan 1.500 cc.
Namun, belakangan pemerintah memperluas insentif ini dengan menyertakan mobil dengan kapasitas angkut maksimal 10 orang selain sedan atau station wagon dengan sistem satu gardan penggerak (4x2) dan dua gardan penggerak (4x4) dengan kapasitas silinder 1.500 hingga 2.500 cc.
Untuk jenis 4x2, pemerintah memberikan diskon PPnBM 50% pada periode April-Agustus 2021, lalu 25% pada periode September-Desember 2021. Sementara itu, untuk jenis 4x4 diberikan diskon tarif PPnBM 25% pada periode April-Agustus 2021 dan 12,5% pada periode September-Desember 2021.
Selain memperluas jenis kendaraan yang memperoleh insentif pajak, pemerintah juga menurunkan jumlah tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) dalam komponen produksi mobil yang berhak mendapatkan insentif itu dari semula minimal 70% menjadi minimal 60%.
Ketentuan perubahan ini dimuat dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 31/PMK.010/2021 tentang Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas Penyerahan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah Berupa Kendaraan Bermotor Tertentu yang Ditanggung Pemerintah Tahun Anggaran 2021.
Selain insentif ini, pemerintah melalui Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga memberikan insentif lain untuk sektor otomotif, yakni penurunan uang muka kredit kendaraan bermotor (KKB) hingga 0% dan pelonggaran aset tertimbang menurut risiko (ATMR) KKB dari 100% menjadi 50%.
Pelonggaran uang muka KKB hingga 0% memungkinkan lebih banyak masyarakat bisa membeli mobil dengan uang muka ringan, sedangkan penurunan bobot risiko kredit KKB memungkinkan bank memiliki ruang permodalan yang lebih luas untuk memberikan lebih banyak KKB. Insentif ini juga berlaku sejak Maret 2021.
Dengan adanya insentif-insentif ini, tidak mengherankan jika penjualan mobil pada Maret tahun ini meningkat signifikan dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Produksi mobil pada Maret bahkan kembali menembus 100.000 unit sebulan.
Namun, menariknya pada April 2021 kinerja penjualan mobil secara wholesales justru sedikit menurun ketimbang Maret 2021, yakni dari 84.915 unit menjadi 78.908 unit.
Hanya saja, tampaknya tren ini bukan saja baru terjadi tahun ini. Sebelum pandemi atau pada 2019 pun, penjualan mobil pada bulan April cenderung lebih rendah ketimbang Maret.
Lagi pula, penjualan secara ritel yang justru mencerminkan tingkat permintaan yang riil dari masyarakat masih menunjukkan peningkatan dari 77.515 unit pada Maret 2021 menjadi 79.499 unit pada April 2021.
Penjualan secara ritel ini juga kemungkinan meningkat karena adanya event besar yakni Indonesia International Motor Show (IIMS) Hybrid 2021 yang berlangsung pada 15-25 April 2021.
Ada banyak program promosi dan diskon selama event berlangsung yang mestinya mampu mendorong penjualan meningkat pesat. Apalagi, makin banyak jenis kendaraan yang kini memperoleh insentif pajak dari pemerintah.
Peluang Besar di Ramadan
Ramadan tahun ini, khususnya memasuki bulan Mei 2021 tampaknya bakal menjadi momentum kunci bagi perusahaan produsen dan pemasaran mobil untuk memacu penjualannya.
Ada beberapa faktor yang bisa diyakini bakal menjadi pendorong penjualan mobil pada bulan Mei 2021. Pertama, puncak insentif fiskal berupa relaksasi PPnBM hingga 100% bagi mobil berkapasitas mesin di bawah 1.500 cc akan berakhir pada Mei 2021.
Jika menunda membeli mobil jenis ini hingga Juni 2021, diskon PPnBM yang didapatkan tinggal 50%. Oleh karena itu, masyarakat yang selama ini belum memanfaatkan insentif ini pada dua bulan sebelumnya bakal terdesak untuk segera melakukan transaksi.
Kedua, tunjangan hari raya (THR) Lebaran tahun ini umumnya baru cair pada awal Mei, sehingga peningkatan daya beli masyarakat menjadi cukup signifikan pada bulan ini. THR dapat menjadi modal yang cukup bagi masyarakat untuk uang muka mengambil kredit mobil baru.
Ketiga, adanya larangan mudik kemungkinan bakal meminimalisasi pengeluaran masyarakat, sehingga masyarakat memiliki dana berlebih yang mungkin saja dapat digunakan untuk membeli kendaraan baru.
Dengan adanya faktor-faktor ini, penjualan mobil diharapkan bisa meningkat bulan Mei, setidaknya dibandingkan April. Lagi pula, harapan bagi pemulihan ekonomi tahun ini sudah cukup tinggi, dengan gencarnya upaya vaksinasi dan pembatasan sosial yang tidak lagi seketat tahun lalu.
Hal ini kemungkinan bisa meningkatkan kepercayaan diri masyarakat untuk membeli barang berharga mahal atau high ticket item, termasuk hunian dan kendaraan bermotor.
Oleh karena itu, data penjualan mobil untuk periode Mei 2021 yang bakal dirilis pada pertengahan Juni mendatang bakal menjadi salah satu penentu untuk menilai prospek industri otomotif tahun ini.
Prospek Emiten Otomotif
Di pasar modal, ada beberapa emiten yang bergerak di bidang produksi dan penjualan mobil. Emiten terbesar tentu saja adalah PT Astra International Tbk. (ASII). Emiten ini masih menguasai pangsa pasar penjualan mobil nasional hingga lebih dari 50%.
Artinya, kinerja ASII benar-benar akan menjadi cerminan bagi industri secara keseluruhan. ASII antara lain mendistribusikan merek mobil BMW, Toyota, Isuzu, Daihatsu, UD Trucks, dan Peugeot.
Selain ASII, ada juga PT Indomobil Sukses Internasional Tbk. (IMAS) yang memegang merek Audi, Hino, Kia Motors, Nissan, Renault, Suzuki, Volkswagen, dan Volvo.
Selain itu, ada juga emiten dealer otomotif, antara lain yakni PT Tunas Ridean Tbk. (TURI), PT Industri dan Perdagangan Bintraco Dharma Tbk. (CARS), PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX), dan PT Bintang Oto Global Tbk. (BOGA).
Di pasar modal, saham emiten-emiten ini belum begitu diapresiasi pasar. Mayoritas sahamnya masih memerah sepanjang tahun ini. Berikut ini data kinerja saham-saham tersebut:
Saham ASII sebagai market leader di industri ini pun masih memerah. Insentif yang banyak di seputar industri otomotif pada awal tahun ini tampaknya belum cukup untuk meyakinkan investor untuk kembali mengapresiasi saham ASII. Kami sempat mengulas kinerja saham ASII di artikel ini: Di Balik Pudarnya Pesona Saham Astra (ASII)
ASII pun sudah merilis kinerja keuangannya untuk periode kuartal pertama tahun ini. Hasilnya, kinerja keuangannya memang masih tertekan. Pendapatannya turun 4% yoy menjadi Rp51,7 triliun, sedangkan laba bersihnya turun 22% yoy menjadi Rp3,73 triliun.
Hal ini tidak begitu mengherankan sebab kinerja penjualan otomotif memang belum sepenuhnya pulih. Meski ada perbaikan, pertumbuhan kinerja kuartal pertama tahun ini dihitung dengan pembanding yakni kuartal I/2020 yang mana saat itu kinerja ASII belum terdampak pandemi.
Sebagai penguasa pangsa pasar 50% industri mobil nasional, kinerja ASII ini cukup untuk menjadi gambaran bahwa kinerja industri ini secara umum memang masih tertekan.
Namun, data Gaikindo yang menunjukkan peningkatan penjualan mobil yang signifikan pada April 2021 memberikan harapan bahwa kinerja keuangan ASII dan emiten otomotif lainnya pada kuartal kedua tahun ini bakal jauh lebih baik.
Date: