Memutus Mata Rantai “Literasi Keuangan Rendah”

Date:

GENERASI muda turut berperan penting dalam menjawab tantangan pertumbuhan pembangunan di masa mendatang.

Sebagai agen penerus bangsa, generasi muda punya andil signifikan dalam menentukan arah bangsa ini ke depan, termasuk di sektor keuangan. Generasi muda saat ini menjadi prioritas bagi pemerintah untuk memperbaiki kualitas literasi dan inklusi keuangan nasional. 

OJK (2015) menekankan bahwa pemerintah tengah berupaya melakukan edukasi dengan menyasar generasi muda dari level Sekolah Dasar (SD) hingga universitas untuk membentuk kebiasaan finansial atau financial habit sedini mungkin.

Keputusan OJK tentu beralasan. Studi yang dilakukan oleh OJK pada tahun 2014 menunjukkan bahwa tingkat literasi dan inklusi keuangan nasional masih tergolong sangat rendah.

Tingkat Literasi dan Inklusi Keuangan Indonesia Tahun 2013

Sumber  grafik dari OJK  (2014).

Data di atas menunjukkan bahwa tingkat literasi penduduk Indonesia tertinggi terdapat di lembaga keuangan perbankan. Tapi tertinggi pun hanya mencapai 21,8%. 

Dapat diartikan, dari 100 penduduk Indonesia hanya 21 orang saja yang memiliki pemahaman mengenai produk, fungsi hingga risiko yang ditawarkan oleh perbankan.

Sementara itu, tingkat literasi paling rendah terdapat di lembaga keuangan pasar modal, bahkan tidak sampai 5%, Hal itu menjadi pekerjaan rumah besar bagi regulator.

Kualitas yang rendah bukan hanya terlihat di kualitas pemahaman mengenai lembaga keuangan, tetapi juga dari jumlah rekening perbankan yang dimiliki.

Oleh karena itu, pemerintah harus memutus mata rantai “literasi keuangan rendah” ini dengan melakukan edukasi secara berkelanjutan pada generasi muda. Tujuannya, supaya kualitas pemahaman keuangan nasional dapat membaik di masa mendatang.

Karena data mengenai pemahaman keuangan generasi muda juga sama mengkhawatirkannya.

Berdasarkan data inklusi keuangan global tahun 2015, dapat dilihat bahwa tingkat kepemilikan akun jasa keuangan generasi muda Indonesia masih relatif tertinggal dengan negara-negara tetangga. 

Persentase Penduduk yang Mempunyai Akun Bank

Sumber tabel dari Global Financial Inclusion Database (2015).

Penduduk dewasa muda Indonesia yang memiliki akun perbankan masih jauh tertinggal dari Malaysia, Singapura, hingga Thailand. 

Jadi, jangan jauh-jauh bicara soal investasi, jumlah anak muda yang memiliki akun bank pun masih terlampau rendah.

Padahal Bank Indonesia (2016) menyatakan bahwa keuangan yang inklusif memberikan banyak dampak positif bagi masyarakat. Misalnya, mendukung stabilitas keuangan, mempercepat efisiensi ekonomi, meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia, hingga mengurangi kesenjangan di masyarakat.

Untuk itu, penting bagi pemerintah untuk mendorong budaya menabung bagi generasi muda guna memperbaiki kualitas literasi dan inklusi keuangan.

Berdasarkan studi Jamison et. al. (2014), kebiasaan gemar menabung punya hubungan yang berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan. 

Semakin tinggi budaya gemar menabung seseorang, semakin besar kemungkinan orang tersebut memiliki tingkat kesejahteraan ekonomi. 

Kalau generasi penerus punya kualitas kesejahteraan ekonomi yang baik maka akan turut berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan ekonomi nasional di masa mendatang.


Big Alpha membuka kelas Money Savvy (kelas financial planning) dan Stock Savvy (kelas saham) di 7 kota (Jakarta, Surabaya, Medan, Semarang, Yogyakarta, Tangerang, Bandung) pada Februari-November 2020. Pemesanan di sini.  Tempat terbatas!