Bank Harda Menambah Daftar "Koleksi" Emiten Milik Chairul Tanjung

Date:

[Waktu baca: 5 menit]

Pengusaha Indonesia, Chairul Tanjung melalui PT Mega Corpora mengakuisisi 73,71% saham PT Bank Harda Internasional Tbk. (BBHI). Pembelian ini menambah daftar perusahaan yang dimiliki oleh Chairul Tanjung.

Seperti diketahui, Chairul Tanjung adalah pengusaha yang dikenal dengan kerajaan bisnisnya dengan nama CT Corp atau PT CT Corpora. CT merupakan singkatan nama dari Chairul Tanjung.

Bisnis CT membentang luas dari keuangan (Mega Corp), media (Trans Corp) dan pengolahan sumber daya alam (CT Global Resources). Di bisnis keuangan, CT memiliki bisnis bank, asuransi, pembiayaan, manajemen aset dan sebagainya.

Bank yang sebagian sahamnya dimiliki oleh CT Corprora antara lain PT Bank Mega Tbk., PT Bank Sulut, PT Bank Sulteng dan PT Bank Mega Syariah. Di asuransi, CT Corpora memiliki sebagian saham Asuransi Mega Jiwa dan Mega Insurance.

Di bisnis media, CT memiliki sejumlah media yaitu detik.com, cnbcindonesia.com, cnnindonesia.com, Trans TV, Trans 7 dan Trans Vision. Daftar bisnis CT masih bisa diperpanjang lagi di sektor ritel, transportasi dan food beverages.

Dari puluhan perusahaan yang dimiliki oleh CT, hanya sebagian kecil yang telah melantai di Bursa Efek Indonesia. Sebagian besar perusahaan Chairul Tanjung belum menjadi perusahaan terbuka kendati dia pernah mengungkapkan rencana IPO perusahaan-perusahaan di bawah CT Corpora pada 2011. 

Namun, rencana yang semula akan dieksekusi pada 2015 tersebut hingga kini belum terealisasi. Berikut ini sejumlah perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh CT dan telah melantai di BEI:

1. Garuda Indonesia (GIAA)

Chairul Tanjung memiliki Garuda Indonesia melalui PT Trans Airways dimana perusahaan itu memiliki 6,63 miliar lembar saham atau 25,6% saham per 30 Juni 2020. Pembelian saham tersebut memiliki sebuah kisah tersendiri.

Sebagian kalangan menilai CT membeli Garuda Indonesia di harga yang terlalu mahal yaitu Rp620 per lembar pada 2012. Pembelian itu dilakukan setelah satu tahun Garuda Indonesia melakukan penawaran umum perdana saham (IPO) dengan harga Rp750 per lembar.

Dalam jangka panjang, saham tersebut bergerak fluktuatif. Namun, harga saham GIAA itu kini belum kembali ke harga beli pada 2012 tersebut. Dalam 52 pekan terakhir, harga GIAA bergerak dalam rentang Rp140-Rp610 per lembar. Pada saat ini, GIAA bergerak di harga Rp200an per lembar.

Pada masa pandemi virus corona, bisnis Garuda Indonesia sangat terpukul dimana pendapatan mengalami penurunan drastis karena masyarakat menahan diri untuk tidak berpergian sebagai bagian dari upaya mengurangi risiko penyebaran virus corona.

2. Bank Mega (MEGA)

Bank Mega adalah salah satu bank yang sahamnya dimiliki oleh Chairul Tanjung. Berdasarkan sejarahnya, Bank Mega tidak didirikan oleh CT sendiri, melainkan seorang pengusaha di Surabaya, Jawa Timur pada akhir 1960an.

CT baru membeli Bank Mega pada 1996 melalui CT Corp yang kala itu masih bernama Para Group. Empat tahun setelah pembelian itu, Bank Mega melalukan IPO dengan kode saham MEGA. Kapitalisasi pasar saham MEGA kini sebesar Rp49 triliun.

Seperti dikutip dari CNBCIndonesia, aset Bank Mega hanya Rp120 miliar pada 1996 dan menembus Rp 100,8 triliun pada 2019. Artinya, bank Mega telah tumbuh 840 kali lipat selama 24 tahun. Bila diambil rata-rata, Bank Mega tumbuh 36 kali lipat setiap tahunnya sejak 1996.

3. Bank Harda (BBHI)

Emiten lain yang akan segera dibeli oleh CT melalui Mega Corpora adalah Bank Harda (BBHI). CT membeli Bank Harda dari PT Hakimputra Perkasa dimana kedua belah pihak telah menandatangani perjanjian pada 16 Oktober 2020.

Pemilik Bank Harda yaitu PT Hakimputra Perkasa melepas 3,08 miliar saham atau 73,71% saham BBHI. Dengan penjualan ini, CT melalui perusahaannya akan menjadi pemegang saham mayoritas.

Transaksi itu akan dilakukan melalui transaksi di pasar negoisasi setelah keluarnya izin dari regulator perbankan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Rencana akuisisi mendapatkan respon positif dari pasar saham dalam jangka pendek.

Setelah informasi mengenai rencana akuisisi ini beredar, saham BBHI "terbang" hingga sebesar 24,32% atau menyentuh batas atas (auto rejection atas/ARA) pada perdagangan Selasa dan Rabu, 3-4 November 2020.