Kinerja Erajaya (ERAA) di Tengah Pandemi

Date:

[Waktu baca: 9 menit]

PT Erajaya Swasembada Tbk. merupakan salah satu emiten yang bisnisnya tidak begitu terdampak oleh pandemi Covid-19. Bahkan, kinerja emiten berkode saham ERAA ini justru dapat dikatakan diuntungkan oleh kondisi pandemi, terutama akibat berlakunya pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

ERAA merupakan emiten ritel gawai dan aksesorisnya. Aturan bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah selama PSBB menyebabkan permintaan smartphone dan perangkat digital ERAA relatif tetap terjaga.

Pembelian smartphone baru oleh masyarakat kelas menengah atas untuk sekadar mengganti seri smartphone mereka yang lama mungkin saja berkurang akibat penurunan pendapatan. Namun, permintaan dari pelanggan baru dari kalangan pelajar mengimbangi tekanan itu.

ERAA telah melaporkan kinerja keuangannya untuk periode 9 bulan tahun ini atau per September 2020. Hasilnya, meskipun pendapatan sedikit turun, tetapi laba perusahaan melonjak drastis. Pendapatan turun 1,87% secara tahunan (year on year/yoy), tetapi laba bersih justru melonjak 78,22%. Bagaimana bisa?

Berikut ini laporan kinerja keuangan ERAA per September 2020 (dalam Rp miliar):

Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa pendorong utama laba ERAA adalah turunnya beban pokok penjualan 3,54% yoy sepanjang 9 bulan terakhir. Hal ini menyebabkan laba brutonya tumbuh 17,73% yoy. Perusahaan juga tampaknya cukup mampu menekan beban lainnya sehingga pertumbuhan laba terlihat makin tinggi.

Namun, perlu diketahui, lonjakan laba yang tampaknya tinggi ini terjadi setelah sepanjang 2019 lalu ERAA mengalami tekanan laba yang cukup tinggi. Artinya, baseline bagi kinerja tahun ini memang sudah rendah. Berikut ini kinerja keuangan ERAA 2019 (dalam Rp miliar):

Dari data tersebut, terlihat bahwa kinerja ERAA sudah tertekan sejak tahun lalu. Laba bersih perusahaan pun anjlok cukup dalam, yakni 065,29% yoy, menjadi tinggal Rp295 miliar.

Dengan demikian, lonjakan laba yang berhasil dibukukan ERAA hingga 78,22% yoy per September 2020 masih sangat jauh dibandingkan kinerja perusahaan pada 2018 lalu. Laba ERAA hingga akhir tahun ini pun kemungkinan masih akan sulit untuk dapat menyaingi raihan laba pada 2018 lalu.

Meskipun demikian, setidaknya poin positif yang dapat disematkan pada ERAA kali ini yakni perusahaan masih bisa memulihkan kondisi bisnisnya tahun ini dibandingkan tahun lalu, meskipun diadang oleh tantangan resesi.

Sekarang, mari kita bahas faktor-faktor pendongkrak kinerja ERAA tahun ini.

Terdongkrak Efisiensi

Berdasarkan data kinerja keuangan ERAA yang telah ditampilkan sebelumnya, terlihat bahwa kinerja laba bruto yang meningkat tertolong oleh turunnya beban pokok penjualan 3,54% yoy, lebih dalam dibandingkan penurunan pendapatan yang hanya turun 1,87% yoy.

Dalam laporan keuangannya, manajemen ERAA mengungkapkan bahwa perusahaan mendapatkan berbagai macam potongan pembelian dari pemasok. ERAA antara lain mendapatkan pasokan dari PT Samsung Electronics Indonesia, Apple South Asia Pte. Ltd. Singapore, dan PT Xiaomi Technology Indonesia.

Selain itu, manajemen perusahaan juga mengungkapkan faktor lain pendongkrak kinerja yakni berkurangnya jumlah utang tahun ini sehingga beban bunga berkurang. Berikut ini kinerja neraca ERAA tahun ini (dalam Rp miliar):

Dari data tersebut, terlihat bahwa total liabilitas atau komponen pemberat (utang) ERAA memang mengalami penurunan sepanjang tahun ini dibandingkan dengan kondisi akhir tahun 2019 lalu. Penurunan paling tinggi terutama terjadi pada komponen liabilitas jangka pendek, yakni -12,33% year to date (ytd)

ERAA pun tidak lagi terlalu agresif ekspansi pembukaan gerai baru tahun ini, meskipun awalnya direncanakan sebanyak 300 gerai baru tahun ini dengan dana Rp300 miliar. Kondisi pandemi menyebabkan perusahaan mengevaluasi rencana itu.

Hal ini dilakukan guna menghemat biaya operasional, mengingat kondisi pandemi belum dapat dipastikan kapan akan berakhir. PSBB pun menyebabkan ERAA banyak menutup gerai fisiknya tahun ini.

Berkah PSBB

PSBB menyebabkan permintaan atas sejumlah produk ERAA turut meningkat, seperti produk headset, aksesoris, dan perangkat pendukung lainnya. Hal ini berhubungan erat dengan kebutuhan produktivitas karena anjuran bekerja dan belajar dari rumah oleh pemerintah.

Berikut ini rincian penjualan ERAA sepanjang 9 bulan tahun ini (dalam Rp miliar):

Dari data tersebut terlihat bahwa meskipun penjualan komponen utama penyumbang pendapatan terbesar ERAA, yakni telepon seluler dan tablet turun tajam, tetapi komponen penjualan lainnya meningkat cukup tinggi.

Komputer dan peralatan elektronik lainnya, serta aksesoris dan lain-lain, meningkat cukup tinggi. Permintaan voucher juga meningkat seiring naiknya kebutuhan data internet. Alhasil, kinerja penjualan ERAA pun tertolong.

Mengoptimalkan Kanal Digital

Di tengah kebijakan PSBB dan penutupan pusat-pusat perbelanjaan, ERAA berupaya mempertahankan penjualannya dengan mengoptimalkan strategi omnichannel, yakni integrasi saluran pemasaran online dan offline atau offline to online (O2O). ERAA melakukan pemasaran secara mobile dan menyediakan layanan pengiriman ke rumah.

ERAA tertolong sebab sebelum pandemi pun, penjualan secara online sudah cukup tinggi. Manajemen perusahaan pun mengakui bahwa terjadi lonjakan permintaan yang cukup signifikan pada saluran pemasaran online ERAA tahun ini. Platform online ERAA antara lain yakni eraspace.com serta mobile selling atau WA center.

Lagi pula, adanya kebijakan IMEI (International Mobile Equipment Identity) pun menyebabkan pembeli merasa lebih aman membeli lewat jaringan pemasaran ERAA ketimbang yang lain, sebab lebih terjamin.

ERAA juga melakukan beberapa program promosi tahun ini untuk menggenjot pemasaran. Pada pertengahan Agustus hingga akhir Oktober lalu misalnya, ERAA menawarkan program diskon yang menarik melalui Eraversary.

Selain itu, untuk mematuhi protokol kesehatan, perseroan juga sudah mencanangkan pembukaan beberapa gerai smart retail dengan implementasi cashless system. Dengan begitu, pelanggan memiliki pengalaman belanja baru dengan interaksi fisik yang terbatas. Berbagai informasi dapat diakses melalui layanan QR code. 

Tak Bagi Dividen

ERAA memutuskan untuk tidak membagikan dividen tahun ini atas hasil laba tahun 2019 lalu. Hal ini dilakukan perusahaan karena mempertimbangkan kebutuhan untuk mengamankan arus kas di tengah ketidakpastian ekonomi dan resesi akibat pandemi.

Lagi pula, kinerja laba ERAA sepanjang 2019 lalu juga sangat tertekan, sehingga perusahaan memiliki ruang gerak yang terbatas untuk dapat membagikan keuntungannya kepada pemegang saham. Langkah ini memungkinkan ERAA dapat menjaga operasional bisnisnya tetap stabil di tengah pandemi.

ERAA sebenarnya termasuk dalam emiten yang cukup rajin membagikan dividen kepada pemegang sahamnya. Tahun 2019 lalu, ERAA membagikan dividen Rp159,5 miliar atau Rp50 per saham. Nilai tersebut setara dengan 18,8% dari total laba 2018 yang sebesar Rp850 miliar.

Pada tahun 2018, ERAA juga membagikan dividen dengan rasio 30% dari laba bersih tahun 2017, sedangkan pada 2017 perseroan membagikan dividen dengan rasio 21,9% dari laba 2016. Laba perusahaan memang terus meningkat sejak 2016 hingga 2018.

Adapun, kondisi kas dan setara kas ERAA per September 2020 tinggal Rp251 miliar, anjlok 56% dibandingkan posisi cadangan kas dan setara kas per akhir tahun 2019 yang senilai Rp571 miliar.

Terbantu Pembukaan Kembali Pusat Perbelanjaan

Meskipun ERAA tertolong oleh penjualan kanal online, tetapi gerai fisik tetap menjadi andalan utama pemasaran ERAA. Oleh karena itu, ketika PSBB mulai dilonggarkan dan pusat perbelanjaan mulai dibuka pada pertengahan tahun ini, bisnis ERAA pun tertolong.

Kenaikan penjualan ERAA sepanjang kuartal III/2020 juga ditopang oleh pembukaan gerai fisik ini. ERAA memiliki outlet tidak kurang dari 1.100 unit yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagian berada di dalam pusat perbelanjaan, sedangkan lainnya di luar pusat perbelanjaan.

Berdasarkan segmentasi geografis, penjualan terbesar ERAA berada di wilayah tengah yakni Jabodetabek, Kalimantan, Singapura dan Malaysia sebesar 68,54%, disusul oleh wilayah timur sebesar 16,68% dan wilayah barat yakni Sumatera dan Jawa 14,78% dari total pendapatan pada kuartal III/2020.

Pembukaan pusat perbelanjaan pada kuartal III/2020 menyebabkan terjadinya lonjakan pendapatan dan laba yang cukup tinggi pada ERAA. Berikut ini perbandingan kinerja ERAA dalam tiga kuartal sepanjang tahun ini (dalam Rp miliar):

Dari data tersebut, terlihat pada pada kuartal II/2020, kinerja ERAA turun sangat tajam dibandingkan kuartal I/2020. Pendapatan turun 14,73% quarter to quarter (qtq), sedangkan laba anjlok 89,56% qtq. Hal ini tidak mengherankan, sebab pada kuartal II/2020 PSBB mulai diberlakukan.

Sementara itu, pada kuartal III/2020, pelonggaran PSBB mulai terjadi sehingga aktivitas di pusat perbelanjaan pun meningkat lagi. Hal ini turut mendukung kinerja bisnis ERAA, terlihat dari lonjakan pendapatan dan laba yang sangat signifikan pada kuartal III/2020.

Kinerja pendapatan dan laba kuartal III/2020 bahkan sudah lebih tinggi dibandingkan capaian pada kuartal I/2020 sebelum pandemi. Lonjakan laba pada kuartal III/2020 bahkan mencapai ribuan persen dibandingkan kuartal II/2020.

Berharap Berkah Akhir Tahun

ERAA masih punya peluang untuk memperbaiki lagi kinerjanya pada sisa tahun ini. Tren belanja akhir tahun cenderung meningkat dari tahun ke tahun, sehingga memberi harapan akan adanya peningkatan penjualan.

Lagi pula, belanja negara seperti subsidi gaji terus bergulir, sedangkan kucuran dana program pemulihan ekonomi nasional (PEN) kemungkinan akan dikebut akhir tahun ini. Hal ini  bisa mendorong peningkatan kemampuan konsumsi masyarakat.

ERAA sendiri juga mulai mendiversifikasikan produk yang dijual ke produk-produk non-smartphone, seperti internet of things (IoT) yang marginnya lebih baik, antara lain produk drone DJI dan smartwatch Garmin. ERAA juga menjual produk brand skincare asal Korea Selatan The Face Shop.

ERAA pun mungkin akan terdongkrak oleh pemasaran produk iPhone baru pada kuartal terakhir tahun ini.

Meskipun demikian, pandemi sejauh ini belum benar-benar berakhir, sehingga optimisme terhadap prospek akhir tahun pun relatif terbatas. Masyarakat kemungkinan masih akan tetap khawatir untuk berbelanja di pusat perbelanjaan.

Lantas, Bagaimana Prospek Saham ERAA?

Nah, itu semua sentimen pendukung kinerja ERAA tahun ini. Lantas, apakah semua faktor tersebut cukup untuk mengapresiasi saham ERAA?

Kenyataannya, pasar sudah mulai memburu saham ERAA. Saham ERAA tercatat sudah bergerak di zona positif tahun ini dibandingkan level harga akhir 2019 lalu. Berdasarkan data RTI hingga akhir sesi pertama perdagangan hari ini, Selasa (17 November 2020), berikut ini kinerja saham ERAA:

Saham ERAA tahun ini sempat turun dalam hingga ke bawah level Rp1.000 per saham, yakni sekitar Rp840 pada akhir Maret 2020 lalu. Namun, setelahnya saham ERAA berangsur-angsur membaik.

Pasar tampaknya cukup optimistis dengan bisnis ERAA, mengingat era pandemi telah memaksa peralihan drastis gaya hidup masyarakat yang kini lebih terdigitalisasi. Dalam jangka panjang, permintaan smartphone dan perangkat digital lainnya kemungkinan akan terus meningkat.

Seiring dengan itu, bisnis ERAA pun kemungkinan tentu akan terus berkembang dan cukup menjanjikan dalam jangka panjang. Hanya saja, proses pemulihan bisnis ERAA pascapandemi tentu butuh waktu, setidaknya untuk dapat kembali seperti kinerja tahun 2018.
 

Sumber foto: Erajaya.com