Investasi Saham Tidak Cocok Untuk Anda, Jika...

Date:

Di kala IHSG sedang terpuruk seperti ini, makin banyak orang yang mulai panik atas kondisi portfolionya.

Momen ini sangat tepat untuk kita mengkaji kembali sesuatu yang sensitif. Banyak orang yang tidak memahami atau kadang mengabaikan hal ini.

Investasi saham memiliki risiko.

Oke, min. Udah tau kok.

Betul, tapi risiko dalam berinvestasi saham ada banyak sekali melebihi risiko di mayoritas instrumen investasi lain. Hal ini sejalan dengan potential return yang bisa didapat dari instrumen ini. Akan aneh seandainya risiko tidak sejalan dengan return yang akan didapat.

Di era informasi bebas seperti ini, sudah banyak yang membahas potential return dari saham saja tanpa membahas risiko apa saja yang melekat pada instrumen ini.

Alhasil, banyak yang ketakutan dan frustasi hanya karena value portfolio mereka berkurang karena harga saham yang menurun.

Jadi, jika anda tidak bisa menerima risiko ini, mungkin saham bukanlah instrumen investasi yang cocok untuk anda. Kembali saja memilih instrumen investasi lain yang memiliki risiko yang relatif lebih rendah seperti deposito atau surat utang negara.

Oke, kita bahas satu per satu.

1. Market Risk

Market Risk adalah risiko di mana value dari investasi kita menurut akibat perkembangan ekonomi atau sebuah event yang mempengaruhi keseluruhan pasar. Market risk ini adalah hal yang paling lazim terjadi di Indonesia, akibat masih betapa rapuhnya pasar modal kita terhadap capital inflow/outflow dari investor asing.

Contohnya bisa apa saja, mulai dari perang dagang, isu Brexit hingga yang terakhir adalah masalah coronavirus yang magnitude-nya semakin membesar belakangan ini. Bisa dijamin, anda akan mengalami floating loss akibat pergerakan pasar terlepas dari kondisi fundamental saham yang sedang anda pegang.

Baca lagi tulisan mengenai Mr. Market di sini.

2. Likuidity Risk

Risiko ini adalah risiko likuiditas yang melekat pada suatu saham karena jumlah bid yang terlalu kecil sehingga saham ini sulit dijual. Oleh karena itu, pihak bursa sudah membuat index saham paling likuid yang diperbaharui secara berkala. Index ini merupakan salah satu index paling terkenal di bursa dengan nama Index LQ45.

Likuidity risk juga bisa muncul akibat suspensi yang dilakukan oleh otoritas bursa terhadap saham tersebut karena adanya suatu kasus, baik karena UMA (unusual market activity) atau kasus yang terjadi pada saham itu sendiri. Contoh paling riil adalah kasus AISA yang hingga kini sahamnya di-suspend oleh bursa akibat fraud laporan keuangan yang manajemen lakukan.

Jadi, saham yang ada miliki belum tentu kembali laku dijual.

3. Concentration Risk

Risiko ini muncul akibat kondisi portfolio yang terlalu terkonsentrasi ke dalam satu sektor atau lebih parah lagi, hanya ke dalam satu saham. Akibatnya, portfolio anda akan bergerak hanya tergantung kepada pergerakan saham/sektor tersebut.

Untuk mengantisipasi hal ini, diversifikasi portfolio adalah solusi yang tepat. Diversifikasi portfolio bisa dilakukan dengan memecah konsentrasi saham lebih dari satu sektor, atau dengan membagi uang yang kita miliki ke dalam beberapa asset class yang lain, seperti instrumen yang menawarkan fixed income return (deposito atau surat utang pemerintah).

4. Regulation Risk

Regulation risk adalah risiko yang melekat terhadap instrumen saham akibat pengaruh regulasi pemerintah yang mempengaruhi sentimen market terhadap suatu sektor atau suatu saham tertentu.

Contohnya adalah pengaturan harga gas domestik yang mempengaruhi saham PGAS, kebijakan DMO batubara yang mempengaruhi emiten-emiten batubara yang ada di bursa atau harga cukai rokok yang dinaikkan pemerintah yang mempengaruhi emiten-emiten rokok.

Regulatory risk ini bisa mengikuti perkembangan politik dan tuntutan masyarakat yang ada. Jadi misalnya nanti muncul peraturan pemerintah untuk memotong emisi kendaraan, dipastikan hal ini menjadi sentimen negatif bagi emiten-emiten otomotif yang ada di pasar.

5. Commodity Price Risk

Risiko ini melekat kepada saham-saham berbasis komoditas. Baik itu minyak bumi, batubara, nikel dan timah, hingga emas. Untuk emiten-emiten dengan karakteristik seperti ini, harga sahamnya akan bergerak secara siklikal, yang mengikuti pergerakan harga komoditas tersebut di pasar.

Berbeda dengan industri lain, di mana produsen bisa menentukan harga jual produk yang mereka hasilkan, harga acuan komoditas tersebut berada di luar kendali perusahaan. Oleh karena itu performa keuangan mereka pun sangat bergantung kepada hal itu yang pasti akan mempengaruhi pergerakan sahamnya.

6. Information Risk

Risiko ini menggambarkan terhadap risiko yang melekat kepada arus informasi yang kita terima. Akan selalu ada information bias dari setiap informasi yang dikeluarkan seluruh pihak di pasar modal. Baik itu dari pihak otoritas bursa, rilis perusahaan sekuritas, hingga channel telegram komunitas. Begitu pula dengan setiap tulisan yang kami keluarkan di web, social media atau bahkan e-book kuartalan yang rutin kami terbitkan.

Bias tersebut dipengaruhi oleh bermacam hal, termasuk dari cara bagaimana suatu informasi itu diperoleh dan dianalisa.

Kita tidak bisa mengetahui semua hal sekaligus. Ada faktor yang ketidakpastian yang harus dihadapi sebagai investor. Untuk itu, ada asumsi-asumsi yang harus digunakan untuk menghadapi informasi yang tidak mencukupi (inadequate information). Faktor uncertainty tersebut lah yang juga harus kita pertimbangkan sebagai risiko dalam berinvestasi di pasar modal.

***

Investasi saham bukan untuk semua orang. Instrumen ini mampu memberikan imbal hasil yang lebih baik dari instrumen investasi lain. Tapi tidak lupa pula, ada banyak sekali risiko yang melekat di dalamnya. Jauh lebih banyak daripada risiko berinvestasi di instrumen yang lebih konservatif.

Di atas, kami sudah menuliskan beberapa risiko yang paling sering terjadi di pasar modal Indonesia.

Dan disinilah kemampuan anda sebagai investor untuk menilai profil risiko anda sendiri dinilai. Jika anda tidak siap terpapar semua risiko di atas, berarti investasi saham bukan untuk anda.

Without knowing the risks, you will lose your money!

Analisa laporan keuangan dan memilih saham yang akan dibeli adalah satu hal yang relatif mudah dilakukan dan diajarkan. Tetapi kematangan mental, ketenangan dalam bersikap, dan money management sebagai seorang investor jauh lebih sulit dilakukan.

Bombardir informasi di era digital saat ini tentu saja akan mempengaruhi mental kita sebagai seorang investor.

So the biggest question is: are you up to it?

PS: PO e-book Q4 2019 sudah dibuka, anda bisa mendapatkannya di sini.

Tags: