"Diselamatkan" Pemerintah, Saham 2 BUMN Ini Melesat
[Waktu baca: 4 menit]
Dua saham BUMN yaitu PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) dan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. melesat dalam 3 bulan terakhir seiring berbagai rencana pemerintah terhadap perusahaan ini.
Seperti diberitakan oleh media massa, pemerintah dan DPR pada Rabu, 15 Juli 2020, telah sepakat untuk memberikan dana talangan kepada dua perusahaan tersebut senilai total Rp11,5 triliun. Dari jumlah tersebut, Rp3 triliun di antaranya untuk Krakatau Steel yang akan digunakan untuk relaksasi pembayaran konsumen baja.
Sementara itu, sebesar Rp8,5 triliun lainnya diberikan kepada Garuda Indonesia untuk menjaga keberlangsungan usaha maskapai penerbangan tersebut. Menurut Menteri BUMN Erick Thohir, penurunan jumlah penumpang Garuda mencapai 95% di tengah pandemi virus corona.
Informasi mengenai rencana pemberian dana talangan itu telah mencuat sejak Mei 2020. Dalam tiga bulan terakhir hingga Kamis (16 Juli 2020), saham KRAS telah melesat hingga lebih 100% dan saham GIAA naik lebih dari 20%.
Harga saham dua perusahaan itu kini masih di bawah harga IPO. Secara kinerja keuangan, dua perusahaan ini juga mengalami kerugian selama bertahun-tahun bahkan sebelum pandemi virus corona mencuat.
Krakatau Steel
Dalam tiga bulan terakhir, saham KRAS telah melesat sekitar 111%. Pada Kamis, 9 Juli 2020, saham KRAS bahkan melesat hingga 24% atau hampir menyentuh level batas atas (auto rejection atas/ARA). Pada Kamis, 16 Juli 2020, saham KRAS melesat 4,44%
Kendati demikian, harga saham KRAS masih jauh berada di bawah harga IPO pada 2010 sebesar Rp850. Dibandingkan dengan harga IPO, saham KRAS sudah turun lebih dari 50%. Harga saham tidak jarang dianggap oleh investor saham merefleksikan kinerja perusahaan.
Sebelum ada wabah corona, kinerja keuangan Krakatau Steel telah mengalami tekanan yang besar. Perusahaan baja milik negara ini rugi selama bertahun-tahun. Perusahaan yang berkantor pusat di Cilegon, Banten ini terakhir kali untung 2012 sebelum akhirnya untung Rp1 triliun pada kuartal I/2020.
Di samping itu, perusahaan ini juga memikul utang yang sangat besar. Belum lama ini perusahaan merampungkan restrukturisasi utang hingga US$2,2 miliar atau setara Rp31 triliun pada Januari 2020. Utang itu harus dibereskan hingga 2027.
Garuda Indonesia
Dalam tiga bulan terakhir, saham GIAA telah melesat sekitar 21%. Setelah beredarnya berita mengenai kesepakatan pemerintah dan DPR atas pemberian dana talangan kepada Garuda, saham ini naik 2,33% menjadi Rp264 per lembar.
Sama seperti KRAS, harga saham GIAA masih jauh berada di bawah harga IPO pada 2011 sebesar Rp750. Dibandingkan dengan harga IPO, saham GIAA sudah turun lebih dari 50% pada saat ini.
Bisnis maskapai penerbangan adalah bisnis yang sangat terkena dampak dari penyebaran virus corona. Setelah jumlah korban terus bertambah, masyarakat di seluruh dunia mengurangi berpergian menggunakan pesawat terbang.
Penurunan permintaan atas jasa pesawat terbang tersebut mempengaruhi arus kas maskapai penerbangan. Sejumlah maskapai di beberapa negara bahkan terancam bangkrut akibat situasi ini. Penurunan jumlah penumpang mempengaruhi pendapatan Garuda.
Pendapatan usaha Garuda Indonesia turun hingga 30,1% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, maskapai penerbangan pelat merah ini mengalami kerugian sebesar US$120,1 juta (atau sekitar Rp1,7 triliun dengan asumsi kurs sekitar Rp14.000/dolar AS).
Apabila Anda berencana untuk berinvestasi saham, Big Alpha telah menyusun sebuah e-book kuartalan yang berisi 15 saham pilihan. Klik di sini untuk melakukan pemesanan
Date: