Direktur 4 Emiten Ini Borong Saham, Apa Artinya?

Date:

Para direktur di sejumlah emiten memborong saham perusahaan yang dipimpinnya di tengah fluktuasi pasar saham yang signifikan pada Maret-April 2020.

Aksi investasi yang dilakukan oleh sejumlah direktur itu dapat dimaknai dengan berbagai kemungkinan. Kemungkinan pertama, para direksi meyakini harga saham perusahaan saat ini dijual di bawah harga wajarnya.

Kemungkinan kedua, para direksi ---pihak yang paling mengetahui kondisi perusahaan--- meyakini bahwa kinerja keuangan perusahaan akan terus meningkat di masa depan sehingga akan diikuti oleh peningkatan harga saham.

Terlepas dari benar atau tidaknya kemungkinan itu, yang pasti para direktur dari 4 emiten telah memborong saham perusahaan setelah harganya jatuh cukup drastis akibat wabah corona yang menyerang seluruh dunia 2020.

Berdasarkan keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia, berikut ini sejumlah saham yang diborong para direktur emiten tersebut.

1. HEAL

Pada akhir April 2020, sejumlah Direktur PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) memborong saham HEAL dengan harga bervariasi. Para direktur itu antara lain Presiden Direktur Hasmoro dan Direktur Medis dan Kepatuhan Binsar Parasian Simorangkir.

Binsar membeli HEAL di harga Rp2.451-Rp2.508 dengan jumlah yang bervariasi, mulai dari 15.000 lembar hingga 132.000 lembar saham. Sementara itu, Hasmoro membeli HEAL di harga Rp2.451-Rp2.511 dengan jumlah yang bervariasi, mulai dari 25.000 lembar hingga 279.600 lembar.

Sampai 6 Mei 2020, harga saham HEAL bergerak di level Rp2.600an atau di atas harga pembelian para direktur tersebut.

Sumber: RTI, diakses pukul 11.15 WIB

2. ADRO

Salah seorang direktur PT Adaro Energy Tbk. (ADRO), Chia Ah Hoo, membeli 1,5 juta lembar saham ADRO di harga Rp645 per saham pada 19 Maret 2020 atau pada saat IHSG mengalami penurunan drastis.

Dengan transaksi beli tersebut, kepemilikan Chia Ah Hoo di ADRO mencapai 10,59 juta lembar atau meningkat dibandingkan dengan 9,09 juta lembar. Pada saat ini, harga saham ADRO berada di level Rp900-an atau telah meningkat sekitar 40% di atas harga pembelian tersebut. 

Sumber: RTI, diakses pukul 11.00 WIB

3. ASII

Sejumlah direktur PT Astra International Tbk. (ASII) memborong saham ASII di kala fluktuasi pasar saham pada Maret 2020. Presiden Direktur Astra Prijono Sugiarto, misalnya, yang memborong saham ASII sebanyak 5,92 juta lembar. Sebelumnya, Prijono telah memiliki 7 juta lembar saham ASII. 

Direktur lainnya, Johannes Loman dan Suparno Djasmin juga tercatat memborong saham dengan jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan Prijono.

Dalam Laporan Bulanan Registrasi Pemegang Efek yang dirilis di laman BEI tidak ditampilkan berapa harga pembelian tersebut. Pada Maret 2020, harga ASII sempat jatuh hingga level Rp3.280 per lembar. Dalam dua hari terakhir, ASII bergerak di level Rp3.500-Rp3.600.

Sumber: RTI, diakses pukul 11.15 WIB

4. MYOR

Salah seorang direktur PT Mayora Indah Tbk. (MYOR) Andre Sukendra Atmadja membeli puluhan ribu lembar saham MYOR pada 16 April 2020 dengan harga Rp1.885-Rp1.890 dengan total sekitar 68.800 lembar.

Dengan transaksi tersebut, Andre memiliki lebih dari 2 juta lembar saham MYOR dengan porsi kepemilikan 0,01%.  Pada saat ini, saham MYOR mencapai level Rp2.000an atau bergerak di atas harga pembelian tersebut.

Sumber: RTI, diakses pukul 11.15 WIB

Ikut atau Tidak?

Seperti pernah diulas di tulisan lain, pada saat "orang dalam" (direksi atau komisaris perusahaan) melaporkan Laporan Kepemilikan atau Setiap Perubahan Kepemilikan kepada OJK dan dipublikasikan di situs BEI, investor yang membaca informasi tersebut sebenarnya memiliki dua pilihan: peduli atau tidak peduli.

Berbagai keputusan investasi dari para direktur itu juga menimbulkan pertanyaan: apakah investor saham perlu mengikuti keputusan tersebut atau tidak? Jawabannya, bisa ya, bisa tidak, tergantung strategi setiap investor. Ada investor yang menganggap keputusan para direktur itu sebagai sebuah sinyal beli.

Namun, investor lain berpendapat bahwa yang terpenting dalam membeli saham adalah berdasarkan analisa yang diyakininya, bukan keputusan para direktur tersebut. Yang pasti, tindakan direktur emiten itu adalah sesuatu yang berada di luar kendali para investor ritel kebanyakan.