Bioskop Babak Belur Karena PPKM Darurat
Kamu fans Marvel? Mungkin kamu masuk barisan patah hati karena film teranyar Marvel, Black Widow, tak bisa diputar secara bebas di jaringan bioskop Tanah Air saat ini.
Padahal, para fans sudah sempat lega karena film yang sempat ditunda dua kali penayangannya secara global ini akhirnya bisa dirilis pada 9 Juli lalu. Eh tapi kok ya pas ada pelaksanaan PPKM Darurat! Rencana nonton Scarlett Johansson di layar lebar pun buyar sudah. Entah kapan bioskop bisa dibuka lagi, tergantung kebijakan pemerintah dalam menentukan perpanjangan PPKM Darurat.
Bioskop sendiri merupakan salah satu sektor usaha yang paling terdampak pandemi Covid-19. Sejak pelaksanaan PSBB tahun 2020 lalu, hingga nama pengetatan berubah-ubah menjadi PPKM mikro dan PPKM darurat saat ini, pengusaha bioskop sudah sangat babak belur.
Seperti apa gambaran kerugian industri layar lebar ini? Big Alpha merangkumnya untuk kamu.
1. Rugi Rp150 juta per lokasi per bulan
Pengusaha bioskop disebut-sebut mengalami kerugian Rp150 juta lokasi per bulan selama pandemi Covid-19. Hal ini diungkapkan Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI). Asosiasi ini mencatat, kerugian paling banyak disumbang oleh tingginya tagihan listrik dan perawatan bioskop. GPBSI juga menuntut adanya insentif usaha dari pemerintah, mengingat tidak sedikit karyawan yang dirumahkan selama pandemi.
Kerugian yang dialami pengusaha bioskop juga bisa dilihat dari keterbukaan informasi dari emiten perfilman. PT Graha Layar Prima Tbk (BLTZ) yang mengelola jaringan bioskop CGV di Indonesia melaporkan kerugian luar biasa besar, yakni Rp 445,83 milair sepanjang 2020 lalu. Padahal pada 2019, perusahaan masih mencetak laba Rp83,34 miliar.
Dilaporkan bahwa pendapatan perusahaan turun menjadi hanya Rp160,79 miliar, dari sebelumnya Rp887,13 miliar. Pendapatan dari bisnis makanan dan minuman juga anjlok menjadi Rp64,07 miliar dari sebelumnya Rp358,41 miliar.
Sementara itu pada kuartal I 2021, BLTZ mencatatkan kenaikan rugi bersih sebesar 53,45 ersen menjadi Rp54,3 miliar. Sementara itu, pendapatan bersih dilaporkan Rp27,33 miliar, turun 88,22 persen dibanding periode yang sama tahun 2020 lalu sebesar Rp232,17 miliar.
2. Industri film nasional rugi besar
Dalam sebuah wawancara dengan RRI, sutradara senior Indonesia, Joko Anwar, menyampaikan bahwa industri perfilman nasional mengalami kerugian dengan nilai tak sedikit. Dalam hitungannya, penonton bioskop anjlok sampai 97 persen. Hal ini membuat industri perfilman mengalami kerugian sampai Rp27 triliun.
Ia mengungkap, sepanjang 2020 lalu hanya ada 25 judul film yang dirilis di Indonesia. Itu pun, pemasukan yang diraup terbilang menyedihkan. Sepanjang 2020 pun hanya ada 1 judul film lokal yang ditonton sampai 15.000 orang.
3. Pengusaha bioskop patuh terhadap aturan pemerintah
Meski jelas merugi, namun pengelola bioskop di Tanah Air tetap patuh pada aturan pemerintah. Saat PPKM darurat berlangsung pun, pengelola memilih menutup bioskop-bioskopnya. Akun Cinema XXI misalnya, mengumumkan melalui media sosialnya bahwa jaringan bioskop mereka ditutup untuk wilayah yang menjalankan PPKM darurat.
Sementara itu, bioskop yang masih boleh dibuka pun tetap menjalankan protokol kesehatan yang ketat. Pengelola bioskop memang sedang berusaha meluruskan stigma yang menyebut bioskop paling rentan terhadap penularan Covid-19.
Date: