Banjir Sentimen Positif AGII di Kala Pandemi
PT Aneka Gas Industri Tbk. (AGII) adalah salah satu emiten yang kinerjanya justru bersinar karena tersulut oleh kondisi pandemi. Jika dicermati sebelumnya, AGII berada dalam tren pelemahan hingga pertengahan 2020, tetapi menjelang akhir tahun emiten ini seolah bangkit dari kubur.
Sejak listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 28 September 2016, saham AGII hanya sesaat menguat di atas harga IPO-nya. Kala itu, saham dilepas ke pasar dengan harga IPO Rp 1.100 per saham. Level tertinggi yang sempat dicapainya hanyalah Rp 1.185 yakni pada 14 Oktober 2016.
Sejak itu, saham AGII cenderung terus melemah di bawah Rp1.000 per saham. Level terendah yang sempat dicapai saham AGII yakni pada 24 Maret 2020 lalu, tepatnya di level Rp382.
Namun, ajaibnya saham AGII yang masih tertahan di bawah level Rp600 hingga Oktober 2020, tiba-tiba melesat hingga ke level Rp 900 pada akhir tahun 2020. Penguatan bahkan lebih tinggi lagi pada awal tahun ini.
Saham AGII tembus Rp1.000 pada 6 Januari 2021, lalu naik melebihi level IPO-nya pada 11 Januari 2021 di level Rp 1.155, dan tiba-tiba melesat ke posisi Rp2.010 pada 20 Januari 2021. Kala itu, saham AGII sangat ramai ditransaksikan, berkisar antara 30 juta hingga 92 juta saham per hari.
Sayangnya, setelah menyentuh level Rp 2.010 itu, saham AGII mulai anjlok hingga kembali ke level Rp 965 pada 24 Mei 2021. Meski akhirnya AGII berhasil kembali rebound, sejauh ini harga sahamnya belum mampu kembali ke level Rp 2.000-an. Harga tertinggi berhasil dicapai pada 29 Juli 2021, yakni Rp 1.805.
Sekedar catatan, turunnya harga saham AGII pada Januari 2021 juga tidak terlepas dari aksi divestasi yang dilakukan oleh PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG). Pada periode 20-21 Januari 2021, SRTG melepas hingga 17 juta saham AGII dengan rata-rata harga Rp 1.950 per saham.
Jumlah itu setara dengan 0,55% saham SRTG di AGII, sehingga kepemilikan SRTG pada AGII turun dari 8,39% menjadi 7,84%. Tampaknya, SRTG berusaha memanfaatkan momentum kenaikan harga saham AGII untuk merealisasikan keuntungan investasinya atau profit taking.
Bangkitnya kinerja saham AGII sendiri tidak terlepas dari sentimen Covid-19. Sesuai dengan namanya, AGII adalah emiten yang bergerak di bidang produksi aneka gas untuk industri. Selama pandemi, kebutuhan terhadap gas oksigen untuk pasien Covid-19 meningkat drastis.
AGII mengklaim bahwa 88% rumah sakit di Indonesia saat ini sudah menjadi konsumen perseroan untuk produk gas oksigen.
Selain itu, AGII juga memproduksi es kering atau dry ice, yakni karbon dioksida (CO2)yang dipadatkan. Produk ini berguna untuk menjaga temperatur suatu produk di suhu tertentu. Produk ini berguna untuk distribusi vaksin Covid-19. AGII sendiri menguasai sekitar 60% pangsa pasar dry ice nasional.
AGII juga memiliki produk nitrogen yang biasanya digunakan untuk menggelembungkan bungkus makanan ringan agar tidak cepat basi. Proses ini biasa disebut sebagai sistem modified atmosphere packaging (MAP). Produk ini juga dapat digunakan untuk pendingin vaksin.
Oleh karena itu, investor berekspektasi bahwa pandemi bakal menjadi ladang uang bagi AGII, sehingga kinerja keuangannya pun bakal melejit. Hal itu mendorong kenaikan harga sahamnya secara cukup fantastis.
Namun, ketika perseroan merilis kinerja keuangannya untuk periode 2020, ternyata kinerjanya justru masih melemah. Hal ini diakibatkan karena meskipun kebutuhan gas untuk pasien Covid-19 meningkat, permintaan dari industri manufaktur justru berkurang akibat lesunya perekonomian.
Secara total, pendapatan 2020 turun tipis 0,7% year-on-year (YoY) menjadi Rp 2,19 triliun, sedangkan laba melemah 4,5% YoY menjadi Rp 96,4 miliar.
Meskipun demikian, AGII melaporkan bahwa penjualan dan laba bersih khusus pada kuartal IV/2020 adalah penjualan tertinggi perseroan sepanjang masa. Penjualannya dalam satu kuartal itu mencapai Rp 611,42 miliar, sedangkan laba bersihnya mencapai Rp 67,69 miliar.
Pendapatan itu meningkat 11,9% bila dibandingkan kuartal III/2020, sedangkan laba bersihnya setara 5 kali lipat capaian laba bersih kuartal III/2020. Sentimen inilah yang akhirnya mempertahankan saham AGII tetap tinggi sepanjang tahun ini, jauh di atas level harga sebelum pandemi.
Menilai Prospek Bisnis AGII
Penguatan kinerja AGII pada kuartal IV/2020 rupanya berlanjut tahun ini. Pada pertengahan tahun ini, kasus baru Covid-19 yang tiba-tiba meningkat drastis telah menyebabkan terjadinya kelangkaan oksigen. AGII pun kebanjiran permintaan.
Sepanjang tahun ini, penderita Covid-19 yang dirawat di rumah sakit secara umum relatif lebih tinggi ketimbang tahun lalu. Seiring dengan itu, permintaan terhadap oksigen pun turut terkerek. Hal ini tercermin pada hasil kinerja keuangannya pada periode paruh pertama tahun ini.
Berdasarkan laporan keuangan yang telah dirilis AGII, perseroan mencatatkan kenaikan kinerja yang fantastis pada paruh pertama tahun ini. Pendapatannya melonjak 25,8% YoY menjadi Rp 1,3 triliun, sedangkan laba bersihnya meroket 468,1% YoY menjadi Rp 94,89 miliar.
Capaian laba bersih AGII pada paruh pertama tahun ini bahkan sudah mendekati capaian sepanjang setahun penuh 2020 lalu dan sudah melampaui capaian laba 2017 dan tahun-tahun sebelumnya.
Sementara itu, jika diukur dari sisi margin laba bersih atau net profit margin (NPM), capaian pada paruh pertama tahun ini sudah mencapai 7,3%, level NPM tertinggi AGII sepanjang masa. Pada semester I/2020 lalu NPM AGII hanya 1,6%, sedangkan NPM tertinggi sebelumnya yakni pada 2018 sebesar 4,8%.
Berikut ini kinerja keuangan AGII dalam beberapa tahun terakhir:
Hanya saja, mengingat capaian yang fantastis ini disebabkan karena kondisi pandemi, sulit untuk berharap bahwa kinerja seperti ini bakal berkelanjutan hingga pandemi berakhir. AGII justru berpotensi mengalami penurunan kinerja begitu pandemi selesai.
Sepanjang paruh pertama tahun ini, khususnya pada kuartal II/2021, AGII memainkan peranan penting dalam upaya menjamin ketersediaan oksigen dalam kondisi krisis kesehatan yang memburuk akibat kenaikan kasus baru.
Atas permintaan pemerintah, AGII mengonversi hampir 90% produk oksigen yang sebelumnya untuk industri menjadi untuk kebutuhan medis. Dalam kondisi normal, porsi gas oksigen untuk rumah sakit hanya 30%, sedangkan 70% lainnya untuk industri.
Namun, setelah kini kondisi sedikit mereda, tentu permintaan terhadap gas rumah sakit AGII juga menurun lagi. Sementara itu, permintaan industri lain tentu tidak akan tumbuh kencang dalam waktu singkat, mengingat ekonomi masih tertekan akibat pembatasan mobilitas.
Meski begitu, perseroan melaporkan bahwa sudah ada tanda-tanda pemulihan peningkatan pada sektor-sektor pelanggan lain di luar rumah sakit, seperti sektor barang konsumsi, infrastruktur, dan ritel. Pemulihan ekonomi secara gradual diharapkan bisa meningkatkan kembali permintaan gas industri ini.
Jika berkaca pada peningkatan kinerja AGII dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan kinerjanya sejatinya cukup tinggi. Pada periode 2015 hingga 2018 pertumbuhan pendapatan dan labanya konsisten mencapai dua digit, bahkan laba 2017 melesat 55,9% YoY.
Namun, pada periode 2019-2020, pertumbuhan kinerja AGII relatif lambat, bahkan turun tahun lalu. Artinya, jika semata-mata mengandalkan bisnisnya dalam kondisi normal, kinerja AGII relatif tidak begitu luar biasa, sebab ada dalam tren perlambatan.
Kondisi pandemi saat ini memainkan peranan besar bagi tercapainya rekor kinerja AGII. Jika ingin mempertahankan pertumbuhan ini, AGII perlu mengupayakan strategi lain guna meningkatkan penjualannya usai pandemi berakhir.
Saat ini, AGII tengah merencanakan perluasan atau penambahan pabrik pada fasilitas existing di beberapa wilayah, termasuk di Jawa Tengah dan Kalimantan Selatan. Strategi lain yang telah dijalankan antara lain menambah liquefaction unit atau unit pencairan gas di salah satu pabrik di Jawa Timur.
AGII juga menambah sarana dan prasarana distribusi oksigen, termasuk silinder tabung dan tangki penyimpanan untuk pelanggan rumah sakit. Selama pandemi, perseroan juga membantu pendistribusian oksigen medis sebagai bagian dari tanggung jawab sosial korporasi (CSR).
Untuk itu, AGII menggelontorkan belanja modal atau capital expenditure (capex) antara Rp 200 miliar hingga Rp 250 miliar. Ini merupakan capex rutin di luar anggaran yang digunakan untuk akuisisi pabrik pada awal tahun ini.
Adapun, untuk meningkatkan kapasitasnya, AGII telah mengakuisisi dua aset pabrik milik PT Samator, pemegang saham pengendali perseroan. Kedua pabrik itu berlokasi di Cikande dan Gresik dengan nilai transaksi mencapai Rp 683,39 miliar. Keduanya diklaim sebagai aset paling produktif dari Samator.
Berdasarkan data AGII, pangsa pasar AGII sepanjang 2020 di sektor gas industri mencapai 41,2%, sedangkan Samator 4,3% sehingga keduanya mencapai 45,5%. Sementara itu, di pasar gas medis pangsa pasar keduanya mencapai sekitar 75%-80%.
Seiring dengan naiknya kapasitas, perseroan juga berencana memperluas pasar, termasuk ke mancanegara. Tahun ini perseroan sudah mengirim gas medis ke dua negara, yakni India dan Maladewa untuk membantu mengatasi lonjakan Covid-19.
Namun, ekspor hanya dilakukan jika kebutuhan dalam negeri memang sudah mencukupi.
AGII juga terus mengembangkan kerja sama dengan pelaku industri untuk mengamankan kontrak jangka panjang. Perseroan, misalnya, telah bekerja sama dengan PT Timah Tbk. (TINS) untuk menyediakan pasokan gas yang dibutuhkan untuk operasional smelternya di Kepulauan Bangka Belitung.
Sektor ini juga mulai mengalami pemulihan, terutama karena ekonomi global yang membaik meningkatkan permintaan terhadap bahan baku komoditas logam. Kontrak telah ditandatangani untuk periode 12 bulan sejak Mei 2021 melalui anak usaha AGII, yakni PT Samator Gas Industri (SGI).
Langkah ini menjadi langkah awal sinergi dengan BUMN yang diharapkan dapat berlanjut dengan BUMN-BUMN lainnya di masa mendatang.
Seiring dengan itu, AGII berencana untuk mengembangkan pasar dan layanan lebih terintegrasi sehingga perseroan tidak hanya menyediakan gas medis, tetapi juga jasa instalasi dan peralatan pendukungnya.
Peluang Saham AGII
Peluang bagi bisnis AGII untuk terus bertumbuh tentu sangat besar. Perseroan menguasai pangsa pasar kebutuhan gas industri dan rumah sakit yang sangat besar, sehingga stabilitas bisnisnya relatif terjamin dalam jangka panjang.
Mungkin benar bahwa pertumbuhan yang dicapai setinggi tahun ini akan sulit untuk kembali terulang setelah kondisi pandemi berakhir. Namun, bisnis AGII yang strategis menjadikan sahamnya tetap prospektif dalam jangka panjang.
Dengan level harganya yang kini di kisaran Rp1.200, harga saham AGII masih tergolong wajar sebab ditopang oleh kenaikan kinerja yang juga sangat pesat. Price to book value (PBV) AGII relatif sehat di level 1,08 kali, sedangkan price to earning ratio (PER) di kisaran 19,39 kali.
Sebagai pembanding, PBV dan PER rata-rata IHSG saat ini masing-masing adalah 2,5 kali dan 11,4 kali. Saham AGII pun masih kerap masuk dalam daftar saham rekomendasi harian pada analis.
Selama pandemi masih berlanjut dan belum diketahui kapan berakhirnya, sentimen positif tampaknya masih akan terus menaungi AGII.
Date: